GAYA khas menlu Vietnam Nguyen Co Thach - tegar, kadang kala angkuh kembali mewarnai pidatonya di hadapan sidang Majelis Umum PBB, Selasa pekan lampau. Ia menuduh badan internasional itu bersikap acuh tak acuh terhadap perang yang pernah dilancarkan terhadap tiga bangsa Indocina. "Sekarang PBB memihak kelompok ekspansionis dan mengakui Pol Pot, alsojo pembantai tiga juta orang Kamboja," katanya. Walau pidato Thach diucapkan dalam bahasa Prancis, serangannya itu tidaklah terdengar lunak. Pol Pot adalah pemimpin kelompok Khmer Merah, unsur terkuat yang menegakkan RDK (Republik Demokratik Kampuchea) sesudah kelompok Son San dan Norodom Sihanouk. Dan adalah berkat lobi yang kuat, terutama dari presiden RDK Norodom Sihanouk, sampai tahun ini RDK tetap didukung penuh oleh PBB dan menyisihkan Republik Rakyat Kampuchea (RRK) yang dipimpin Heng Shamrin. Kenyataan ini agaknya terlalu pahit untuk Co Thach yang kabarnya, khusus datang ke PBB untuk merebut bangku PBB bagi RRK. Bicara tentang tentara pendudukan Vietnam di Kamboja, Co Thach menegaskan, "Dalam tempo lima sampai sepuluh tahun, manakala sukarelawan Vietnam meninggalkan Kamboja, Republik Rakyat Kampuchea pasti sanggup mempertahankan kedaulatan wilayahnya sendiri." Keterangan yang sama pernah diperdengarkannya di Jakarta, Maret lalu. Tapi Co Thach sama sekali tidak menyebut-nyebut "perantara" dan "tim internasional penyangga perdamaian untuk Kamboja" dua usul yang dilontarkannya September lampau, sebelum berkunjung ke PBB. Ada kesan bahwa Co Thach melangkah surut, di samping fakta yang tidak terbantah bahwa sikap Vietnam tidak akan berubah. ASEAN, misalnya, bisa saja berusaha keras mencarikan penyelesaian politik bagi konflik Kamboja, tapi sikap Hanoi, untuk sementara tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bahwa perang di Kamboja berlarut sampai enam tahun, menurut Co Thach, tak lain karena hampir semua pihak tidak bersedia mengangkat isu yang terpendam. Isu itu adalah perjuangan kemerdekaan bangsa Indocina menentang ambisi tetangga di Utara. Yang dimaksud menlu Vietnam itu tentulah RRC. Kepada Muangthai dimintanya "mengakhiri campur tangan dalam urusan dalam negeri Kamboja dan segera menarik mundur tentaranya dari tiga desa Laos yang diduduki secara tidak sah". Jepang, yang semula dijagokan Thach untuk tampil sebagai penengah, ternyata kurang memenuhi harapan, dan kini dianggapnya tidak lebih dari "kapal induk Amerika Serikat yang tidak mungkin ditenggelamkan". Tinggal Australia yang tampaknya masih punya peluang untuk menembus jalan buntu Kamboja. Seperti yang diberitakan kantor berita AP dari Australia, Perdana Menteri Bob Hawke dipercaya untuk berperan sebagai penengah dan sejak awal tahun ini sudah pula mempertukarkan pesan sekjen PKC Hu Yaobang dengan PM Vietnam Pham Van Dong. Pesan itu, antara lain, mengisyaratkan bahwa bagi RRC hubungan baik tidak mustahil asalkan Hanoi menarik tentaranya dari Kamboja. Co Thach bilang, penarikan dilakukan bertahap, padahal menurut duta Singapura di PBB, Kishore Mahbubani, "Yang terjadi bukan penarikan tapi penggantian tentara."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini