Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin diawali dari berita perang Rusia Ukraina. Situasi keamanan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia terus memburuk setelah serangan drone pada Sabtu lalu. Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA minta semua pihak menahan diri.
Berita top 3 dunia berikutnya adalah daftar 6 negara di Eropa yang bebas visa serta Hamas yang pesimistis akan gencatan senjata dengan Israel. Berikut berita selengkapnya:
Situasi keamanan di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia telah memburuk setelah serangan drone pada Sabtu, kata Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Situasi keselamatan nuklir di PLTN Zaporizhzhia di Ukraina memburuk setelah serangan drone yang mengenai jalan di sekitar perimeter lokasi pembangkit hari ini," kata IAEA dalam sebuah pernyataan, mengutip kepala badan tersebut, Rafael Grossi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak ada korban jiwa akibat serangan tersebut dan peralatan PLTN Zaporizhzhia tidak terpengaruh, namun, jalan antara dua gerbang utama pembangkit mengalami kerusakan, demikian isi pernyataan tersebut.
Grossi telah meminta pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri.
"Kita kembali melihat peningkatan bahaya keselamatan dan keamanan nuklir yang dihadapi PLTN Zaporizhzhia," kata Grossi.
"Saya tetap sangat prihatin dan mengulangi seruan saya untuk penahanan diri maksimal dari semua pihak dan untuk pengamatan ketat terhadap lima prinsip konkret yang ditetapkan untuk perlindungan pembangkit," kata Grossi seperti dikutip oleh IAEA.
Manajemen pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Rusia mengatakan sebuah pesawat tak berawak Ukraina menjatuhkan bahan peledak di jalan yang digunakan oleh staf, kantor berita TASS melaporkan sebelumnya.
Simak tautan berikut untuk berita selengkapnya.
2. 6 Negara di Eropa yang Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Indonesia
Beberapa negara di kawasan Eropa menawarkan akses masuk tanpa visa atau dengan kemudahan mendapatkan visa saat kedatangan (visa on arrival) bagi pemegang paspor Indonesia. Berikut adalah daftar negara Eropa yang memberikan kemudahan visa tersebut.
1. Armenia
Dilansir dari Henley Passport Index, Armenia adalah salah satu negara yang memberikan fasilitas visa kedatangan bagi warga negara Indonesia. Dengan paspor Indonesia, Anda bisa memperoleh visa saat tiba di bandara atau pintu masuk lainnya di negara yang terletak di persimpangan antara Eropa dan Asia ini. Fasilitas ini tentu memudahkan proses perjalanan, terutama bagi mereka yang ingin menjelajahi sejarah dan budaya Armenia yang kaya tanpa harus repot mengurus visa sebelum keberangkatan.
2. Azerbaijan
Azerbaijan yang terkenal dengan ibu kotanya, Baku, memiliki berbagai keindahan alam dan keunikan arsitektur modern. Seperti Armenia, Azerbaijan juga memiliki fasilitas visa kedatangan bagi pemegang paspor Indonesia. Proses visa kedatangan ini memungkinkan wisatawan Indonesia untuk mengurus visa mereka langsung di bandara atau perbatasan saat tiba di Azerbaijan, sehingga perjalanan menjadi lebih mudah dan fleksibel.
Baca di sini selengkapnya.
3. Hamas Tegaskan Tak Ada Kemajuan dalam Pembahasaan Gencatan Senjata dengan Israel
"Pemerintahan Biden mencoba menunjukkan bahwa situasinya positif. Tetapi putaran pertama menunjukkan tidak ada perbaikan," kata Abdul Hadi dalam wawancara dengan Sky News.
Menurut Abdul Hadi, pernyataan Biden bahwa dia optimis tentang prospek kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dan bahwa hanya ada beberapa isu yang perlu disepakati dibuat hanya untuk "membuat semuanya terdengar positif di media" dan untuk "menjaga Poros Perlawanan tetap tenang serta mencegah respons pembunuhan dan tidak tergelincir ke dalam perang regional."
Hal senada diungkapkan pejabat senior Hamas sehari sebelumnya. Anggota biro politik Hamas Sami Abu Zuhri membantah optimisme Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahwa gencatan senjata di Gaza semakin dekat setelah perundingan di Qatar.
“Mengatakan bahwa kita hampir mencapai kesepakatan adalah sebuah ilusi,” kata dia. “Kami tidak menghadapi kesepakatan atau perundingan nyata, melainkan pemaksaan diktat Amerika.”
Simak selengkapnya di sini.