Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tragedi mogadishu

Puluhan atau mungkin lebih dari seratus wanita dan anak-anak tewas di mogadishu selatan karena tembakan dari dua helikopter militer AS.

18 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANAH tuduhan bisa berbalik di Mogadishu. Biasanya AS dan PBB menembakkan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia ke negara Dunia Ketiga. Kali ini, bisa jadi keduanyalah yang menjadi sasaran tuduhan. Itu sehubungan dengan tergeletaknya puluhan anak-anak dan wanita korban peluru pasukan perdamaian PBB dari AS di Mogadishu, pekan lalu. Jumlah korban memang belum diketahui persis. Pihak militer AS di Mogadishu memperkirakan sekitar 60 warga Somalia tewas, termasuk anak-anak dan wanita. Palang Merah Internasional mencatat 107 korban luka-luka. Adapun juru bicara Jenderal Aideed, yang diburu oleh AS, menyatakan 150 warga Somalia tewas dan 300 luka-luka. Semua ini akibat pertempuran yang terjadi Kamis sore pekan lalu. Ini dimulai ketika tiga tank dan empat mobil lapis baja pasukan Pakistan keluar sarangnya untuk mengawal dua lusin pasukan zeni AS. Ketika sedang membersihkan barikade di sebuah jalan raya, menurut laporan PBB, gerilya pengikut Jenderal Aideed menyerbu. ''Wanita dan anak-anak Somalia datang mengerumuni pasukan kami,'' kata Brigjen Ikram ul-Hasan, komandan kontingen Pakistan di Somalia. Semula pasukan Pakistan menyemprot mereka dengan gas air mata. Tapi, ''Wanita dan anak-anak itu malahan melempari pasukan dengan batu dan bom molotov,'' tutur Ikram. Gerilyawan Somalia yang jumlahnya diperkirakan 100 hingga 300 bahkan berhasil menembak sebuah tank Pakistan. Satu tentara Pakistan tewas dan dua lainnya luka-luka. Dua pasukan AS juga cedera. Segera bantuan diminta dan dua helikopter AS pun meluncur. ''Semula kami memberikan tembakan peringatan tapi tak digubris,'' kata Kolonel Mike Dallas, komandan pasukan gerak cepat AS. Ia akhirnya memerintahkan helikopter itu untuk menembak kaum penyerbu. ''Saya percaya yang kami hantam adalah musuh bersenjata, termasuk wanita di antaranya,'' tambahnya. Dallas dibela oleh komandan tertingginya, Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali. ''Dalam kasus ini, jatuhnya korban sipil menjadi tanggung jawab kaum penyerbu,'' katanya dalam sebuah pernyataan tertulis yang juga ''menyesali jatuhnya korban'' itu. Namun, sejumlah wakil rakyat AS malah meminta Presiden Clinton mencabut pasukan AS dari Somalia. ''Kami datang ke Somalia untuk menghindarkan terjadinya kelaparan ... dan sekarang kami malah membunuhi wanita dan anak-anak,'' kata Senator John McCain. Tapi, kata Panglima Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Colin L. Powell, yang beranggapan bahwa pasukan AS harus tetap menjalankan tugas sebagai pemelihara perdamaian: ''Adalah keliru, melarikan diri hanya karena keadaan menjadi lebih sulit.'' Persoalannya, masalah di Mogadishu memang terus bertambah kesulitannya. Keesokan harinya, pertempuran berkecamuk antara dua milisi Somalia di Mogadishu. Helikopter AS kembali bereaksi untuk melindungi kendaraan lapis baja Malaysia yang dipakai menolong para wartawan yang terjebak di antara dua milisi yang bertempur itu. Yang pasti, lima sopir televisi CNN tewas, dan empat lainnya luka-luka ditembak oleh milisi Somalia. Sebenarnya, di luar bagian selatan ibu kota Somalia ini keadaan sudah jauh lebih baik. Panen sudah dimulai di negara yang 300.000 rakyatnya tewas akibat kelaparan beberapa lama lalu itu. Bambang Harymurti (Washington, D.C.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus