Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Memancing di air keruh

Pasar gelap, kriminal, dan prostitusi meningkat di sarajevo. biangnya tak lain tentara pbb. mereka menjual senjata, jatah makanan, bahkan heroin. pbb mengirim pasukan khusus untuk pengusutan.

18 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI tentu sebuah kabar yang cukup mengagetkan. Di tengah- tengah usaha Presiden Alija Izetbegovic merundingkan pembagian wilayah negaranya, penduduk Sarajevo kini menghadapi gangguan baru. Memanfaatkan kesulitan sandang dan pangan di negeri yang dirundung malang itu, sejumlah anggota pasukan perdamaian PBB menjual jatah makanan, minuman, bensin, dan rokok ke pasar gelap di Sarajevo dengan harga yang tak masuk akal. Bahkan, menurut tabloid Inggris The Guardian Weekly edisi pekan lalu, mereka juga menyelundupkan 300 gram heroin. Menurut informasi yang diperoleh tabloid tersebut, heroin itu dibungkus dengan plastik yang diselipkan di tengah-tengah buah jeruk. Awalnya adalah seorang pedagang minuman dan rokok di pasar gelap di Jalan Valter Peric, Sarajevo. Ia punya dagangan begitu ''mewah''. Usut punya usut, ia mengaku semua itu diperolehnya dari pasukan PBB asal Ukraina, Perancis, dan Mesir. Di situ, pasukan Ukraina dan Perancis, yang bekerja sama dengan para mafia Sarajevo, dikenal ulung dalam memperdagangkan rokok, alkohol, bensin, anggur, emas, dan wanita. Menurut seorang perwira polisi di Sarajevo, untuk membeli barang mewah itu para pecandu tak segan-segan mencuri televisi, video, dan mobil, yang kemudian dijualnya ke pasukan PBB asal Ukraina di kota tua itu. Sejak perang meletus 16 bulan lalu, jumlah pecandu heroin konon meningkat. Sebelumnya di Rumah Sakit Kosevo cuma tercatat 112 orang pecandu, tapi kini tercatat lebih dari 600 orang pecandu. Bahkan, Profesor Ismet Ceric, kepala unit narkotik rumah sakit itu, memperkirakan kini ada 3.000 orang pecandu heroin di Sarajevo. Untuk menyambung hidup, warga Sarajevo tak hanya terpaksa melepas barang-barang kesayangannya, tapi juga menjual tubuh. Sebelum perang, jumlah pelacur profesional di kota itu cuma sekitar 30 orang, sedangkan kini wanita yang terjun ke profesi paling tua di dunia itu mencapai 200 orang. Tak jarang para pelacur yang rata-rata berusia 16 tahun itu diantar sendiri oleh orang tuanya. Seorang pelacur bernama Senada mengaku dibayar paling sedikit Rp 240.000 untuk sekali kencan. Langganan tetapnya, 10 orang tentara PBB. Seorang perwira polisi Bosnia mengaku hampir setiap malam memergoki wanita-wanita itu sedang memanjat barak penampungan pasukan Ukraina. ''Terhadap wanita itu kami bisa menangkapnya, tapi terhadap tentara PBB kami tidak bisa melakukan apa-apa,'' ujar seorang perwira polisi Bosnia. Konon, praktek pelacuran yang dilakukan dalam truk-truk pasukan yang diparkir di dalam barak ini direstui oleh perwira masing-masing. Kabar terakhir, pihak PBB pekan lalu mengirim satu pasukan khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap keterlibatan serdadu-serdadu korup itu. ''Ini merupakan kejahatan terburuk yang pernah saya tangani,'' demikian seorang perwira PBB di Zagreb mengecam. Sampai akhir pekan lalu dikabarkan 19 serdadu Ukraina dan 3 Perancis telah dipulangkan ke negerinya. Andy Reza Rohadian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus