Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah balon udara raksasa berwarna oranye berbentuk bayi mengenakan popok dengan ekspresi marah menyerupai wajah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mulai melayang di luar Gedung Parlemen Inggris untuk menyambut kedatangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balon raksasa atau blimp ini sengaja dibuat oleh sekelompok warga Kota London sebagai bentuk kritik, yang digelar besar-besaran untuk menyambut kunjungan pertama Trump ini. 64 ribu orang telah menandatangani petisi untuk menolak kedatangan Trump ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Sekitar 1000 orang berkumpul di depan Gedung Parlemen Inggris menyaksikan peluncuran balon bayi raksasa itu. Panitia mengenakan pakaian merah menyala dan memakai topi baseball dengan tulisan besar “Pengasuh Bayi Trump”.
“Sangat memalukan bagaimana pemerintahan kita jungkir balik mencoba menyenangkan seseorang yang tidak berminat untuk membangun hubungan timbal-balik AS – Inggris,” kata Nicola Tanner, 33 tahun, yang berasal dari Bristol seperti dilansir Reuters, Jumat, 13 Juli 2018.
Tanner sengaja mengambil libur sehari dari pekerjaannya untuk ikut berunjuk rasa sambil mengenakan seragam bertuliskan “Lawan”. Menurut dia, balon udara raksasa itu cara yang tepat untuk ‘menyinggung’ perasaan Trump.
Para peserta yang datang di lokasi berhitung mundur dari angka 10 untuk menandai peluncuran balon berukuran enam meter itu. Balon bayi Trump itu melayang setinggi 10 meter.
Baca:
Panitia acara, Daniel Jones, 26 tahun, mengatakan mereka ingin membuat masyarakat tertawa sekaligus membuat pernyataan serius soal Trump. “Ini juga bentuk dukungan terhadap warga AS yang menolak berbagai kebijakan Trump,” kata Jones.
Wali Kota London, Sadiq Khan, yang dikritik Trump dalam wawancaranya dengan tabloid The Sun karena dinilai gagal mengendalikan kejahatan dan mencegah serangan militan, merestui peluncuran balon itu. Khan menolak tindakannya itu sebagai bentuk tidak menghormati Presiden AS.
“Ide bahwa kita perlu membatasi kebebasan berpendapat, hak berkumpul, hak untuk memprotes karena seseorang mungkin bakal merasa tersinggung itu hal yang sensitif,” kata Khan dalam wawancara dengan radio BBC. “Kita memiiki sejarah yang kaya di negara ini soal humor juga.”
Trump tiba di London setelah mengikuti KTT NATO di Brussel, Belgia, yang diwarnai pernyataan kontroversial bahwa Jerman berada dalam tawanan Rusia dan negara-negara anggota harus berkontribusi hingga 4 persen dari produk domestik bruto untuk dana pertahanan.
Seperti dilansir CNN, Trump mengawali kunjungan di London ini dengan membuat pernyataan bombastis soal Brexit dalam wawancara dengan tabloid The Sun.
Soal unjuk rasa ini, Trump mengatakan,”Saya kira mereka sengaja menerbangkan balon raksasa untuk membuat saya merasa tidak diterima di sini. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk pergi ke London. Saya dulu suka kota London. Sudah lama saya tidak ke sini. Tapi ketika mereka membuatmu merasa tidak diterima, kenapa juga saya tinggal di sana,” kata Trump dalam wawancara dengan The Sun yang dilakukan sebelum kedatangannya.