Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tsu-seki dari kaisar

Presiden kor-sel roh tae-woo berkunjung ke jepang. kaisar akihito menyatakan penyesalan terhadap peristiwa perang masa lalu. pm toshiki kaifu meminta maaf. jepang akan memberi ganti rugi korban perang.

2 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNGKINKAH seorang kaisar Jepang minta maaf? Sampai menjelang kunjungan Presiden Korea Selatan ke Jepang Kamis pekan lalu, jawabnya tegas: tidak. Ternyata Kaisar Akihito, 57 tahun, cukup tanggap atas berubahnya zaman. Dalam sambutannya kepada tamunya, Roh Tae-Woo, Kamis pekan lalu, di ruang "Homeiden" di Istana Kaisar, Akihito menyatakan "tak dapat menahan penyesalan yang sangat mendalam mengingat kesukaran yang dialami rakyat Korea Selatan pada masa sial yang diakibatkan oleh negeri kami." Presiden Roh membalas dengan kata-kata menghibur. "Kenyataan sejarah tak dapat dihapuskan, juga tak bisa dilupakan. Tapi rakyat Korea Selatan tak bisa selalu terbelenggu oleh masa lampau," katanya. Keesokan harinya, di muka parlemen Jepang, Perdana Menteri Toshiki Kaifu pun menyampaikan kata maaf langsung kepada Roh. "Kami dengan rendah hati melakukan introspeksi dan dengan tulus iklas menyampaikan maaf atas pengalaman amat pahit rakyat Korea," katanya Kata "penyesalan yang sangat dalam", atau tsu-seki bahasa Niponnya, tampaknya cukup memuaskan Pemerintah Korea. Kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yoo Chong-Ha dalam konperensi pers di Seoul, walaupun kata itu buat rakyat Korea masih belum cukup, Korea Selatan tak akan lagi menuntut Jepang agar meminta maaf. Tapi ia juga mengatakan, istilah tsu-seki sebenarnya tak sepenuhnya memuaskan rakyat Korea. Masih adanya ketidakpuasan itu antara lain tercetus di koran-koran Korea Selatan. Surat kabar Joong Ang Ilbo, misalnya, dalam tajuknya mengatakan bahwa Jepang "mesti berbuat nyata sebagai akibat dari permintaan maafnya". Koran Donga Ilbo mempertanyakan "perilaku bangsa Jepang" setelah permintaan maaf dan penyesalan itu dikeluarkan. Harian Chosun Ilbo lebih langsung mempersoalkan penggunaan kata tsu-seki. "Sulit untuk mengetahui perbedaan arti ucapan kaisar lama dan kaisar baru dalam menggunakan istilah tsu-seki." Menurut surat kabar ini, istilah itu bisa juga hanya berkaitan dengan orang ketiga, dan tak ada kaitannya dengan orang pertama. Jelasnya, "penyesalan yang sangat dalam" Akihito bisa saja terjadi bukan antara Jepang dan Korea Selatan, tapi antara Korea Selatan dan entah siapa. Siapa? Tak jelas. Kim Dae-Jung, Ketua Partai Demokrasi Perdamaian -- partai oposisi menganggapnya lebih positif. Pada hematnya, ucapan Kaisar itu jauh lebih "maju" ketimbang ucapan mendiang Kaisal Hirohito kepada Presiden Chun Doo-Hwan enam tahun lalu. Ketika itu Kaisar Hirohito hanya mengatakan "menyesal atas masa lampau yang malang" tanpa menyebutkan siapa yang salah. Di Jepang sendiri masalah "maaf" ini dipahami dengan berbagai persepsi. Kaum muda, yang tak mengalami masa ekspansi militer Jepang, tak paham mengapa Korea begitu bernafsu menuntut kata maaf dari Kaisar, tokoh yang jadi lambang negeri dan rakyat Jepang. Sementara itu, kebanyakan kaum tua tak ingin mengingat perbuatan keji bangsa Jepang di masa lalu. Sebenarnya Pemerintah Jepang tak cuma minta maaf. Kaifu berjanji akan memberi ganti rugi empat milyar yen kepada orang-orang Korea yang jadi korban ketika bom atom meledak di Hiroshima dan Nagasaki. Masalah perlakuan diskriminatif terhadap 680 ribu minoritas Korea yang tinggal di Jepang akan diakhiri. Perdana menteri ini pun mengatakan, sikap introspeksi bangsanya akan tercermin dalam buku-buku pelajaran sejarah untuk sekolah-sekolah. Menarik ditunggu, akankah Jepang berbuat serupa terhadap Asia Tenggara dan Cina, yang juga mengalami kebrutalan dan kekejaman tentara Jepang. Seiichi Okawa (Tokyo) dan ADN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus