Kapak peperangan mulai digali. "Risiko diam lebih besar dibanding penyerbuan," suara Dick Cheney, Wakil Presiden Amerika, tegas saat ia memberikan ceramah di Nashville, Tennessee. Dalam acara temu bersama para veteran perang Korea itu ia menandaskan, makin cepat Saddam Hussein digulingkan makin baik.
Inilah mungkin tensi tertinggi setelah hampir setahun belakangan para "gang" Gedung Putih anti-Irak—George Bush, Dick Cheney, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz—mengembus-embuskan kemungkinan "Desert Storm II". Polemik terbuka meluber ke masyarakat. Majalah Time, Newsweek, dan stasiun televisi CNN pekan lalu mengadakan polling. Hasilnya: jumlah yang menolak dan yang mendukung perang hampir sama besar.
Pengacara Gedung Putih menegaskan, tanpa persetujuan kongres pun Bush berhak melancarkan perang. Gedung Putih menganggap sekarang ini Irak diam-diam mengembangkan senjata pemusnah biologi, kimia, dan nuklir. Pada 1990, Al-Hakam, sebuah industri biologi terbesar di pinggiran Bagdad, dimusnahkan PBB. Seluruh peralatannya dihancurkan. Juga berbagai fasilitas lain di Irak yang diduga memproduksi bahan-bahan "pestisida" yang dinilai mencurigakan. Tapi Gedung Putih sampai kini tetap dibayangi ketakutan. Mereka percaya Irak memiliki puluhan lembaga penelitian biologi yang dengan mudah diubah menjadi pabrik senjata biologi.
Mereka percaya, Irak diam-diam memanggil kembali para ahli mikrobiologinya untuk melakukan rekayasa kuman. Untuk proyek ini, kucuran dana mengalir terus dari Saddam. Sepuluh tahun lalu, saat mengakhiri Perang Teluk, Irak dikenai embargo yang menetapkan bahwa kekayaan minyak Irak hanya boleh dituai sepanjang jalur Yordania. Pentagon percaya, tapi Saddam kemudian membuat jalur-jalur tambahan ke Suriah dan Lebanon. Uang hasil jalur "kemplangan" itu masuk ke rekening bank bebas audit Saddam Hussein, dan digunakan penguasa Irak itu membangun gudang senjata biologis baru. Jelas ini seperti memelonco Resolusi 1248 PBB, yang menetapkan agar Irak berhenti membangun persenjataan.
Menurut Ray Zalinskas, anggota tim inspeksi PBB tahun 1995 yang sekarang bekerja di Monterey Institute for International Studies di California, para ilmuwan Irak dengan mudah dapat membangun pusat-pusat senjata biologi dalam waktu hanya enam bulan. Banyak media di Amerika, seperti Wall Street Journal, yang percaya bahwa serangan antraks di Amerika beberapa waktu lalu ada kaitannya dengan Irak. Setelah meneliti bubuk antraks itu, Laboratorium Angkatan Darat Amerika di Frederick, Maryland, misalnya, menemukan ada unsur berwarna cokelat sejenis lempung yang disebut bentonite.
Nah, sebuah sumber majalah Time mengatakan, saat inspeksi penggeledahan pabrik Al-Hakam di Bagdad pada tahun 1990-an, tim Pentagon menemukan berkarung-karung bentonite. Pabrik itu memiliki tanki-tanki fermentasi bakteri Bacillus thuringirnsis. Irak mengatakan itu untuk menghasilkan pestisida biasa. Tapi tes DNA menunjukkan bahwa bakteri tersebut telah direkayasa sehingga tidak menghasilkan toksin pestisida.
Tim menemukan bukti, alat-alat penyemprot di Al-Hakam setelah diperiksa ternyata dirancang untuk menyemprotkan partikel-partikel yang bukan pestisida hasil fermentasi, melainkan untuk bahan percobaan mengetes produksi antraks. Bentonite itu diduga berfungsi sebagai campuran proses pengeringan produksi antraks.
Cerita-cerita demikian banyak beredar. Termasuk adanya kemungkinan para ilmuwan biologi Soviet disewa di Irak. Henry L. Stimson Center, Washington, misalnya, memperkirakan lebih dari 7.000 ilmuwan Soviet adalah pakar senjata biologi. Mereka terbiasa bekerja secara klandestin dan mau mengembangkan di negara mana pun yang sanggup membayar mereka. Menurut dia, sangat masuk akal bila banyak di antara mereka bekerja di Irak.
Tapi semua itu masih dugaan, masih belum cukup bukti. Pekan lalu, Irak membuka diri mengajak wartawan untuk meninjau pabrik-pabrik yang diduga mengembangkan senjata kimia. Deretan tanki yang berisi bergalon-galon cairan kimia diduga menyimpan zat itu. Tapi setelah dibuka, bentonite, misalnya, ternyata bukan suatu lempung yang tumbuh di Irak. Jadi, bagaimana mungkin bahan-bahan berbahaya itu ditemukan di sana? Mungkinkah dibeli dari luar? Itu hanya salah satu misteri.
Sepulang dari berkeliling negara-negara Arab mencari dukungan, Wakil Presiden Irak Taha Yassin Ramadhan pun menyatakan negaranya tak gentar menghadapi gertakan Cheney. "Irak bukan seperti Afganistan. Mereka tahu itu." Menurut reportase AP, kini Bagdad dilapisi tiga ring pasukan. Pasukan paramiliter Irak juga siap berjaga di kota-kota. Para analis melihat kekalahan Irak di tahun 1991 adalah akibat perang terbuka. Kini, mereka akan melancarkan perang kota di jalan-jalan Kota Bagdad dan Basra, di antara rumah-rumah pendukuk dan di jalan-jalan kota itu. Di samping itu, Perang urban jelas lebih berbahaya, karena bisa membahayakan penduduk sipil.
Bila Kabul dengan mudah dapat ditaklukan, bisa dibayangkan Bagdad lebih alot. Ingat, dalam perang kota di jalanan Mogadishu, pasukan elite Amerika pernah terbantai. Bomber-bomber Amerika kini melakukan semacam overture—pembukaan pengeboman di wilayah zona larangan terbang di Irak selatan. Hanya Inggris yang membantu. Negara Eropa lainnya gamang. Alhasil, Tony Blair mendapat kecaman dari partai sendiri. Yang lainnya agaknya setuju melakukan penyerangan atas tuduhan yang belum bisa dibuktikan hitam di atas putih. Itu cara primitif koboi wild-wild west
Seno Joko Suyono (Washington Post, Time, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini