Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tulah Perang Irak bagi Blair

Informasi intelijen tentang senjata pemusnah Irak dinilai isapan jempol. Tapi Tony Blair dianggap tak bersalah. Toh pamornya kian meredup.

19 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAK tua Lord Butler hanya bisa mengulum senyum ketika ia melewati para demonstran anti-perang, Kamis pekan lalu. Saat itu, ia akan mengadakan konferensi pers. Kaum demonstran mengenakan topeng wajah Perdana Menteri Tony Blair yang menyeringai lebar, dengan hidung panjang bak punya Pinokio.

Pendemo juga mengusung poster ejekan tentang tidak ditemukannya senjata pemusnah massal Irak. Tapi kebohongan ini tak membuat Blair dan jajarannya meminta maaf dan mengundurkan diri. Demonstran juga menghujat Blair sebagai pembohong dan tokoh yang ikut mengakibatkan tewasnya ribuan orang.

Butler, 65 tahun, adalah ketua tim penyelidik kontroversi informasi intelijen Inggris tentang senjata pemusnah Irak. Hari itu ia dijadwalkan mengumumkan hasil lima bulan penyidikannya. Rakyat Inggris berharap kali ini Blair kena batunya. Butler dan timnya memang menyimpulkan, laporan yang menyebut Saddam Hussein bisa mengerahkan senjata kimia dan biologi dalam waktu 45 menit sebagai isapan jempol belaka.

Laporan tentang kesiapan Saddam dengan senjata canggihnya itu merupakan penilaian Komite Intelijen Gabungan pimpinan John Scarlett, yang juga muncul dalam dokumen pemerintah. Itulah yang "dijual" Blair kepada rakyat Inggris agar mereka mendukung keputusannya membantu Presiden Bush memerangi Irak. "Ini kegagalan intelijen Inggris paling memalukan," kata Robin Cook, bekas Menteri Luar Negeri Inggris. Cook hengkang dari kabinet Blair pada Maret 2003 karena menentang keputusan perang bosnya.

Sialnya, Butler tak menunjuk hidung si pendosa. Kok? Kilah Butler, "Ini merupakan operasi bersama yang kami identifikasi mengandung kelemahan. Namun tak ada upaya penyesatan dari pemerintah," ujarnya. Butler bahkan menegaskan, kesalahan tak bisa ditimpakan pada John Scarlett, meski kesalahan dalam dokumen pemerintah itu terkait erat dengan penilaian Komite Intelijen Gabungan. "Tapi itu kesalahan kolektif, dan John Scarlett tidak layak bertanggung jawab secara pribadi," kata Butler. Hebatnya, Scarlett kini justru dipromosikan sebagai direktur MI-6, badan intelijen Inggris yang tersohor.

Ujung-ujungnya, Butler juga menganggap Blair tak bersalah. Sambil tersenyum puas, Blair memuji laporan Butler itu teliti, menyeluruh, dan seimbang. "Tak ada kebohongan dalam menyusun alasan Perang Irak. Semuanya bertindak demi yang terbaik," ujarnya. Butler pun giliran dikecam. Pengamat menilai laporan Butler hanya menyentuh hal yang umum, sehingga wajar hasilnya tak membahayakan posisi Scarlett, apalagi Blair.

Laporan itu boleh saja menyelamatkan muka Blair, tapi kredibilitasnya selaku perdana menteri justru turun di mata publik. Rakyat Inggris masih ingat saat Blair ngotot membela kebijakannya bahwa senjata pemusnah massal adalah alasan penyerangan terhadap Irak. Namun belakangan ia mengaku tak pernah menemukan senjata itu. "Masyarakat akan tertawa jika satu hari Perdana Menteri mengatakan: saya akan mengirimkan tentara Inggris ke satu negara tertentu karena ada situasi berbahaya dan atas dasar informasi intelijen," kata Bruce Anderson, wartawan majalah politik Inggris The Spectator.

Dan kini Partai Buruh mulai menuai tulah. Kandidat partai ini jeblok dalam pemilihan parlemen di Leicester Selatan dan Birmingham, Kamis pekan lalu. Padahal dua wilayah ini basis pendukung Partai Buruh. Di Leicester Selatan, kandidat partai itu hanya meraih 1.600 suara, kalah telak oleh kandidat Partai Liberal Demokrat yang memetik 10.274 suara.

Penduduk dua wilayah ini kebetulan banyak beragama Islam dan imigran asal India yang membenci keputusan Blair mendukung Perang Irak. "Penduduk Leicester Selatan berseru pada rakyat Inggris bahwa Perdana Menteri telah mencederai kepercayaan mereka," kata Parmjit Singh Gill, penduduk Leicester. Lonceng kematian bagi karier politik Blair mulai berdentang.

RFX (The Guardian, The Independent, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus