Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Turki Tak Mungkin Hentikan Pembelian Minyak ke Iran

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkap sulit bagi pihaknya untuk menghentikan pembelian minyak mentah ke Iran.

27 September 2019 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkap fakta mustahil bagi negaranya untuk menghentikan pembelian minyak dan gas alam dari Iran. Pernyataan Erdogan itu menjadi sinyalemen kalau Turki kemungkinan akan mengabaikan sanksi dari Amerika Serikat yang melarang pembelian bahan-bahan energi dari Iran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Erdogan, pihaknya tidak akan terhalang oleh sanksi-sanksi Amerika Serikat pada minyak mentah Iran dan perdagangan gas alam dalam negara itu. Turki bahkan tidak memiliki ketertarikan untuk memutuskan hubungan dengan Iran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di kutip dari rt.com, Jumat, 27 September 2019, Amerika Serikat menjatuhkan sejumlah sanksi ke Iran sejak tahun lalu atau saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 yang dibuat antara Iran dan negara-negara kekuatan dunia. Sanksi yang dikenakan pada Iran itu disebut ‘kampanye tekanan maksimum’ oleh Gedung Putih, dimana sejumlah pejabat Amerika Serikat mengatakan mereka ingin melihat ekspor minyak mentah Tehran menjadi nol.

Semburan api pada platform produksi minyak di ladang minyak Soroush, di Teluk Persia, Iran, 25 Juli 2005.[Reuters]

Sebelumnya, muncul dugaan Cina dan beberapa negara tetap membeli minyak dari Iran secara rahasia, meski Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi embargo minyak Iran.

Investigasi New York Times pada 15 Agustus 2019, melacak pergerakan 70 kapal tanker Iran sejak 2 Mei ketika sanksi Amerika diberlakukan.

Dua belas tanker memuat minyak setelah 2 Mei dan mengirimkannya ke Cina atau Mediterania Timur, di mana pembeli kemungkinan termasuk Suriah atau Turki. Seorang analis mengatakan skala pengiriman yang didokumentasikan oleh investigasi New York Times kemungkinan lebih besar daripada yang diketahui secara publik.

Sedangkan Jepang dan Korea Selatan diduga mematuhi sanksi Amerika Serikat. Kedua negara itu kemungkinan takut akan sanksi yang diberlakukan oleh Washington jika mereka tetap melakukan bisnis dengan Iran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus