Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina mengumumkan dimulainya serangan balasan untuk merebut kembali wilayah di selatan yang diduduki pasukan Rusia sejak invasi mereka enam bulan lalu, sebuah langkah yang mencerminkan kepercayaan Kyiv yang tumbuh saat bantuan militer Barat mengalir masuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita itu muncul saat sebuah tim pengawas nuklir PBB menuju ke Ukraina untuk memeriksa pembangkit nuklir Zaporizhzhia - yang direbut oleh pasukan Rusia Maret lalu tetapi masih dijalankan oleh staf Ukraina - yang telah menjadi titik panas dalam perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moskow dan Kyiv saling tuding melakukan penembakan di sekitar pembangkit nuklir terbesar di Eropa dan dekat dengan garis depan dalam perang itu, di tengah kekhawatiran bencana radiasi di negara yang masih dihantui oleh bencana Chornobyl 1986.
"Hari ini kami memulai aksi ofensif ke berbagai arah, termasuk di wilayah Kherson," kata juru bicara komando selatan Natalia Humeniuk, Senin, 29 Agustus 2022.
Rusia dengan cepat merebut petak selatan Ukraina di dekat pantai Laut Hitam, termasuk Kherson, pada fase awal perang, sangat kontras dengan upayanya yang gagal untuk merebut ibu kota Kyiv.
Ukraina telah menggunakan senjata canggih yang dipasok Barat untuk menghantam gudang amunisi Rusia dan merusak jalur pasokan. Humeniuk mengatakan bahwa Ukraina telah menyerang lebih dari 10 tempat amunisi seperti itu dalam seminggu terakhir, menambahkan bahwa mereka "tidak diragukan lagi telah melemahkan musuh".
Dia menolak memberikan rincian serangan balasan, dengan mengatakan pasukan Rusia di Ukraina selatan tetap "cukup kuat".
Gubernur Semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia, Sergei Aksyonov, menilai pengumuman serangan balasan itu sebagai "propaganda Ukraina palsu lainnya". Krimea berbatasan dengan wilayah Kherson.
Sebelumnya, kepala Badan Atom Internasional (IAEA) mengatakan dia akan memimpin tim inspektur minggu ini ke pabrik Zaporizhzhia, di sungai Dnipro di Ukraina tengah selatan.
"Kita harus melindungi keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir terbesar Ukraina dan Eropa," kata Rafael Grossi dalam sebuah posting di Twitter.
IAEA menyatakan bahwa misi akan menilai kerusakan fisik, mengevaluasi kondisi di mana staf bekerja di pabrik dan "menentukan fungsionalitas sistem keselamatan dan keamanan". Mereka juga akan "melakukan kegiatan pengamanan mendesak", referensi untuk melacak bahan nuklir.
Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa misi IAEA "diperlukan" dan mendesak masyarakat internasional untuk menekan Ukraina mengurangi ketegangan militer di PLTN itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat dan Ukraina telah menyerukan penarikan peralatan dan personel militer dari kompleks nuklir untuk memastikan itu bukan target. Tapi Kremlin kembali menolak mengosongkan area tersebut.
Dengan meningkatnya kekhawatiran akan kecelakaan nuklir, pihak berwenang Zaporizhzhia membagikan tablet yodium dan mengajari warga cara menggunakannya jika terjadi kebocoran radiasi.
Pasukan Rusia menembaki Enerhodar, kota tepi sungai Dnipro tempat pabrik itu berada, kata kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Minggu malam di saluran Telegramnya di samping video petugas pemadam kebakaran menyiram mobil yang terbakar.
"Mereka memprovokasi dan mencoba memeras dunia," kata Andriy Yermak.
Liliia Vaulina, 22 tahun, di antara semakin banyak pengungsi dari Enerhodar yang tiba di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina, sekitar 50 km dari pabrik, mengatakan dia berharap misi IAEA akan mengarah pada demiliterisasi wilayahnya.
Reuters