Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Arab Saudi menahan seorang ulama yang berafiliasi dengan organisasi Sahwa Movement atau Gerakan Kesadaran, Sheikh Safar Al-Hawali, karena mengkritik keluarga Kerajaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar tersebut diketahui dari sebuah akun Twitter dengan nama Moatqali Al-Ray atau Tahanan Hati Nurani. Dalam tulisan di media sosial tersebut dinyatakan bahwa penahanan terhadap Sheikh Al-Hawali, 68 tahun, berlangsung hanya beberapa hari setelah dia menerbitkan bukunya, Muslim dan Peradaban Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Prancis, Florence Barley di Jeddah. english.alarabiya.net
"Buku tersebut berisi kritik terhadap keluarga penguasa Arab Saudi dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed," demikian ditulis Middle East Monitor.
Akun Twitter Tahanan Hati Nurani juga mengatakan pasukan keamanan menggeruduk rumah Al-Hawali. Dalam aksi tersebut, pasukan keamanan menutup mata Al-Hawali dan mengikatnya, termasuk putranya, Ibrahim.
Kehadiran polisi di rumah Al-Hawali membuat anak-anak ketakutan. "Polisi menyita telepon seluler dan perangkat elektronik."
PM Israel Netanyahu dan Raja Salman. REUTERS
Buku terbaru Sheikh Al-Hawali setebal 3.000 halaman itu berisi kritik terhadap keluarga Kerajaan Arab Saudi. Menurutnya, keluarga Kerajaan membuang uang dengan proyek palsu.
Sheikh Al-Hawali juga menyerang Putra Mahkota Mohammed bin Salman setelah dia diketahui melakukan perjanjian rahasia dengan Israel.
Menurut laporan sejumlah media di Arab Saudi, Sheikh Al-Hawali adalah seorang ulama pemegang gelar doktor di bidang agama. Dia dikenal pendukung teori benturan antara peradaban Islam dan dunia Barat. Al-Hawali juga salah seorang penentang kuat kehadiran Amerika Serikat dan Israel di kawasan Timur Tengah. Pada 1990-an, otoritas Arab Saudi menjebloskannya ke dalam penjara.