Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

University of Southern California (USC) di Amerika Serikat membatalkan pidato wisuda oleh seorang mahasiswi berprestasi pro-Palestina dengan alasan keamanan.

17 April 2024 | 12.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
University of Southern California di Los Angeles, California, AS, 13 Maret 2019. REUTERS/Mario Anzuoni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - University of Southern California (USC) di Amerika Serikat membatalkan pidato wisuda yang tadinya akan disampaikan oleh seorang mahasiswi muslim lulusan berprestasi, yang mengatakan bahwa ia dibungkam oleh kebencian anti-Palestina atas pandangannya mengenai hak asasi manusia. 
 
Dalam suratnya kepada komunitas USC pada Senin lalu, 15 April 2024, Andrew T. Guzman selaku rektor dan wakil presiden senior bidang akademik menulis bahwa diskusi tentang pemilihan pembaca pidato wisuda telah “mencapai titik mengkhawatirkan”. Ia menyebut adanya risiko besar menyangkut keamanan, bermula dari “intensitas perasaan” yang dipicu oleh media sosial dan konflik di Timur Tengah.
 
“Setelah mempertimbangkan dengan cermat, kami memutuskan bahwa mahasiswa pembaca pidato wisuda kami tidak akan menyampaikan pidato pada saat pembukaan,” katanya, dikutip dari situs USC. Ia menambahkan bahwa keselamatan harus didahulukan daripada tradisi.
 
Di AS, pembaca pidato wisuda disebut valedictorian, yang merupakan gelar akademik untuk mahasiswa berprestasi tertinggi dari suatu angkatan lulusan institusi akademik. USC mengatakan tahun ini panitia pemilihan mengevaluasi hampir 100 lamaran yang diajukan dari 200 lebih lulusan senior yang memenuhi syarat untuk dipertimbangkan berdasarkan IPK mereka.
 
Guzman berkata bahwa keputusan universitas “sama sekali tidak mengurangi prestasi akademis yang luar biasa” dari setiap mahasiswa yang dipertimbangkan atau dipilih menjadi valedictorian.
 
“Jelasnya: keputusan ini tidak ada hubungannya dengan kebebasan berpendapat. Tidak ada hak kebebasan berpendapat untuk berbicara pada saat wisuda. Persoalannya di sini adalah bagaimana cara terbaik menjaga keamanan dan keselamatan kampus, titik.”
 
Pernyataan Guzman tidak menyebut nama, latar belakang atau pandangan politik mahasiswi, maupun memerinci apa yang menjadi kekhawatiran dalam pidatonya. Ia juga tidak memberi detail spesifik tentang ancaman keamanan terhadap kampus.
 
Namun, terungkap bahwa mahasiswi valedictorian tersebut bernama Asna Tabassum dari jurusan teknik biomedis. Ia mengeluarkan pernyataan tertulis melalui platform Council of American Islamic Relations (CAIR), yang merupakan organisasi advokasi dan hak-hak sipil muslim terbesar di AS.
 
“Saya merasa terhormat telah terpilih sebagai Valedictorian USC Kelas 2024. Meskipun ini seharusnya menjadi saat perayaan bagi keluarga, teman, profesor dan teman sekelas saya, suara-suara anti-muslim dan anti-Palestina telah melancarkan kampanye kebencian rasis karena keyakinan saya yang tidak kenal kompromi terhadap hak asasi manusia bagi semua orang,” tulisnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tabassum, dalam pernyataannya, mempertanyakan “apakah keputusan USC mencabut undangan saya untuk berbicara dibuat semata-mata atas dasar keselamatan”. 
 
Mahasiswi pro-Palestina yang menggambarkan dirinya sebagai “generasi pertama muslim Asia Selatan-Amerika” itu berkata, pihak kampus menolak untuk memberi tahu apa yang menjadi kekhawatiran keamanan universitas dalam pertemuan mereka pada 14 April 2024.
 
“Masih ada keraguan serius mengenai apakah keputusan USC untuk mencabut undangan saya untuk berbicara dibuat semata-mata atas dasar keselamatan,” kata dia, mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya ancaman spesifik terhadap dirinya maupun universitas.
 
“Karena adanya ketakutan yang meluas, saya tadinya berharap untuk menggunakan pidato wisuda saya untuk menginspirasi teman-teman sekelas saya dengan pesan harapan. Dengan membatalkan pidato saya, USC hanya menyerah pada rasa takut dan membalas kebencian,” ujarnya.
 
Berbicara kepada teman-teman sekelasnya di USC, ia berpesan agar mereka memperjuangkan dunia di mana seruan untuk kesetaraan dan martabat manusia tidak dimanipulasi untuk menjadi ekspresi kebencian.
 
“Dan saya mendesak kita untuk mengatasi ketakutan terdalam kita dan menyadari perlunya mendukung keadilan bagi semua orang, termasuk rakyat Palestina,” kata Tabassum, menutup pernyataannya.
 
REUTERS | THE GUARDIAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus