KETEGANGAN itu telah berlalu. Ribuan demonstran yang menuntut perbaikan ekonomi tiba-tiba menghilang. Ratusan penjarah supermarket dan toko kelontong tak lagi berkeliaran. Argentina kembali tenang—setidaknya untuk sementara waktu—setelah Presiden Fernando de la Rua mengundurkan diri. Tepat 20 Desember lalu, pemimpin Partai Sosial Demokrat itu meninggalkan istana kepresidenan. Keputusan sulit itu diambil setelah kerusuhan di ibu kota menewaskan 27 demonstran.
Hanya berselang tiga hari, partai oposisi Peronis, yang menguasai parlemen, sepakat mengangkat Adolfo Rodriguez Saa sebagai presiden. Bekas Gubernur Provinsi San Luis itu akan memangku jabatan presiden hingga pemilu yang digelar pada 3 Maret mendatang.
Adolfo Rodriguez Saa, 54 tahun, adalah politisi bangkotan dari partai Peronis. Saat masih berusia 25 tahun, ia telah menjadi anggota legislatif di tingkat provinsi. Sejak saat itu, karir politiknya makin moncer. Ia menjadi Gubernur Provinsi San Luis selama 18 tahun (empat periode berturut-turut), prestasi langka di kalangan politisi Argentina. Selain itu, ayah lima anak ini adalah pengacara berpengalaman.
Tapi Argentina adalah kapal bobrok sarat penumpang. Utang luar negerinya menumpuk dan pengangguran makin membengkak. Rodriguez menyadari benar tantangan di hadapannya. "Saya tak bisa berjanji apa-apa. Pokoknya, saya akan bekerja dan bekerja," katanya.
Hasil kerja presiden pengganti itu, antara lain, Argentina tak akan membayar utang luar negerinya yang mencapai US$ 132 miliar—sebuah "pembangkangan" terbesar dalam sejarah.
Tentu saja keputusan mengemplang utang tersebut merupakan pedang bermata dua. Dalam jangka pendek, Argentina bisa bernapas lega. Uang yang sedianya untuk membayar cicilan utang yang jatuh tempo akan dimanfaatkan untuk menghidupi 10 juta orang miskin (hampir sepertiga jumlah penduduk negara itu). Tapi, dalam jangka panjang, kepercayaan masyarakat internasional akan pupus. Aliran modal asing, terutama dari investor swasta, bakal sulit diharapkan.
Untuk mengatasi pengangguran, Rodriguez meniupkan angin surga. Ia berjanji akan menciptakan lapangan kerja untuk sejuta penganggur dalam jangka waktu sebulan. "Bagaimanapun caranya, rakyat harus mendapat pekerjaan," janji sang Presiden.
Hasil yang lain, akan dikeluarkan mata uang baru yang disebut argentino sejumlah 10 miliar argentino. Awalnya, uang tersebut akan dipakai untuk membiayai keperluan rutin pemerintah seperti membayar gaji pegawai dan belanja militer. Dengan diciptakannya mata uang baru, sementara dolar Amerika dan peso tetap berlaku, ekonomi rakyat diharapkan berputar.
Akan berhasilkah Rodriguez? Sinyal positif datang dari Dana Moneter Internasional (IMF). Direktur IMF Horst Koehler menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah baru Argentina. Lalu Spanyol—kreditor terbesar kedua bagi Argentina—menurut menteri luar negerinya, Josep Pique, akan selalu mendukung Argentina.
Tapi cukupkah sebuah negara yang menjelang bangkrut hanya didukung oleh IMF dan sebuah negara yang tak tergolong superpower? Dibandingkan dengan Indonesia, setidaknya yang bakal diurus oleh Presiden Rodriguez cumalah 37 jiwa, sekitar seperenam penduduk Indonesia.
Setiyardi (AP, BBC, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini