Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wadah Anyar, Wajah Lawas

Mahathir Mohamad kembali mewarnai panggung politik di Malaysia. Mencuat lewat koalisi oposisi untuk menjungkalkan Perdana Menteri Najib Razak.

3 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDENGAR pernyataan Anwar Ibrahim d balik jeruji, Lim Guan Eng terbelalak. Lim, Sekretaris Jenderal Partai Aksi Demokratik (DAP), kaget bukan buatan lantaran Anwar menarik diri sebagai calon perdana menteri untuk koalisi oposisi Pakatan Harapan. "Kami merasa ditinggalkan dalam kegelapan," kata Lim, merujuk pernyataan Anwar pada 17 Juni lalu itu.

Anwar pemimpin de facto Partai Keadilan Rakyat (PKR), yang memotori Pakatan Harapan--koalisi empat partai oposisi. Sejak Februari 2015, pria 69 tahun itu menjalani hukuman lima tahun penjara akibat terbelit kasus sodomi yang kontroversial. "Agar (koalisi oposisi) bisa berfokus pada pemilihan umum, saya memilih tidak mencalonkan diri sebagai perdana menteri," ucap Anwar, yang pernah menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia.

Lim mengatakan DAP, salah satu anggota Pakatan Harapan, kukuh menyokong Anwar. "Posisi kami tetap sama," ujarnya. Namun Anwar telah bersikap bulat. "Dengan harapan menyatukan kekuatan untuk melawan UMNO-Barisan Nasional, semua pemimpin harus berperan, termasuk memanfaatkan posisi dan peran Mahathir," katanya. Mahathir yang Anwar maksud tentu adalah Mahathir Mohamad, perdana menteri era 1981-2003 yang kini menggawangi Partai Pribumi Bersatu Malaysia--anggota termuda Pakatan Harapan.

Anwar bukan tanpa alasan menyebut Mahathir. Anwar boleh jadi sangat populer di kalangan pendukung oposisi. Namun, dari dalam bui, ia bakal tak banyak berkutik untuk menjungkalkan Perdana Menteri Najib Tun Razak, lawan utama kubu oposisi. Itu sebabnya Anwar bersepakat dengan Mahathir. "Kedua pemimpin itu mengambil keputusan yang akan diterima luas oleh para pendukung oposisi," ujar seorang politikus yang mengetahui pertemuan empat mata Anwar dan Mahathir, seperti dikutip situs The Independent.

Pakatan Harapan tengah bersiap menyongsong Pemilihan Umum 2018. Mereka harus menghadapi lawan tangguh, Najib Razak dan koalisi pemerintah yang dipimpinnya, Barisan Nasional. Diperkuat tiga partai kawakan, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Malaysian Chinese Association, dan Malaysian Indian Congress, Barisan Nasional terus menggenggam tampuk politik Malaysia sejak 60 tahun silam.

Bagi Mahathir, mundurnya Anwar ibarat angin segar. "Anwar memberi ruang kepada para pemimpin oposisi untuk merundingkan kandidat yang paling sesuai," kata Wakil Presiden PKR Chua Tian Chang saat dihubungi Tempo, Rabu dua pekan lalu. Menurut dia, Anwar tidak ingin persoalan pencalonan perdana menteri menjadi polemik yang berlarut-larut di lingkup internal anggota koalisi. "Patutnya barisan oposisi berfokus memenangi pemilu."

Tidak seperti Barisan Nasional, yang segala keputusan politiknya didominasi para petinggi UMNO, Pakatan Harapan menganut konsensus, memberi kedudukan setara kepada setiap pemimpin partai anggota koalisi. "Saya yakin Anwar akan ditunjuk sebagai penasihat. Mahathir diberi peran bersama Wan Azizah Wan Ismail (istri Anwar dan Presiden PKR)," ucap Sekretaris Kepala Pakatan Harapan, Saifuddin Abdullah, kepada The MalayMail.

Ini gebrakan mutakhir Mahathir. "Restu" Anwar dari dalam bui menjadi bukti pengaruh politik Mahathir masih kuat. Pria 91 tahun itu kembali terjun ke dunia politik praktis, bahkan kali ini lewat jalan oposisi. Peluang untuk mendongkel Najib--bekas anak didiknya--kembali terbuka. "Dia menyalahkan Najib karena telah mencoreng nama Malaysia akibat kasus 1MDB," begitu menurut Channel News Asia. Dalam berbagai kesempatan, Najib berkukuh membantah terlibat dalam skandal megakorupsi dana investasi negara itu.

Perlawanan Mahathir terhadap Najib bermula pada pertengahan 2015. Saat itu skandal 1MDB tengah mencuat. Mahathir bertubi-tubi mengkritik dan mendesak Najib lengser. Alih-alih menggubris Mahathir, Najib justru memecat para pengkritiknya, di antaranya Wakil Perdana Menteri Muhyiddin Yassin serta sejumlah kader dan pentolan UMNO lainnya. Kelakuan Najib membuat Mahathir hengkang dari UMNO. "Organisasi yang kini dipimpin Najib bukan lagi UMNO yang turut saya bentuk pada 1946," katanya awal tahun lalu.

Dari luar partai, Mahathir meneruskan gerilya. Lewat media massa, suara Mahathir kencang mendesak Najib mundur. Politikus sepuh ini bahkan turun ke jalan dalam gerakan Bersih, unjuk rasa anti-pemerintah yang diikuti ribuan orang. Namun Mahathir juga tidak lupa melobi partai-partai oposisi. Ia, misalnya, bertemu dengan para petinggi Partai Amanah Negara, sempalan Partai Islam Se-Malaysia, yang juga tergabung dalam koalisi oposisi.

Manuver Mahathir terus berlanjut. Bersama kader dan petinggi UMNO yang anti-Najib, ia membentuk Partai Pribumi Bersatu Malaysia, September 2016. Mahathir lalu membawa partai anyar itu bergabung dengan Pakatan Harapan. Manuver makin kencang setelah ia menyeberang ke kubu oposisi. Dalam beberapa pekan terakhir, Mahathir aktif melobi para pemimpin oposisi untuk menjadikan Partai Bersatu kekuatan dominan di Pakatan Harapan.

Mahathir juga menyarankan agar ia dan Muhyiddin Yassin didapuk sebagai dua pemimpin puncak koalisi yang dulu bernama Pakatan Rakyat itu. "Mahathir percaya, jika ia dan Partai Bersatu mengambil alih kendali, aliansi oposisi itu dapat merebut suara komunitas Melayu yang selama ini digarap Barisan Nasional," begitu diberitakan The Straits Times.

Strategi Mahathir bertolak dari keyakinannya bahwa kekuatan di Malaysia dibentuk oleh politik berbasis ras. Kunci utamanya terletak pada dukungan dari komunitas Melayu, yang menyumbang lebih dari 60 persen populasi Malaysia. Dengan merebut ceruk pemilih etnis Melayu, yang muslim dan sebagian besar tinggal di perdesaan, Pakatan Harapan dapat memperkuat basis dukungan yang unggul di kalangan pemilih perkotaan dan suburban.

Pada pemilu Mei 2013, kubu oposisi--saat itu masih Pakatan Rakyat--memenangi nyaris 52 persen suara pemilih. Namun mereka hanya mampu menguasai 89 dari 222 kursi parlemen yang diperebutkan. Barisan Nasional, yang sukses merebut mayoritas kursi di parlemen, akhirnya berhak membentuk pemerintahan, meski kalah dalam jumlah pemilih dari oposisi.

Di lingkup internal koalisi, usul Mahathir menuai pro-kontra. "Cengkeraman UMNO terhadap suara warga Melayu harus dibongkar. Mahathir dan partainya punya kapasitas untuk itu," ujar seorang pemimpin senior PKR. Namun tak sedikit aktivis pro-oposisi yang menentang keterlibatan Mahathir. "Mereka marah karena Mahathir yang bertahun-tahun dicap penjahat kini berperan seperti penyelamat," begitu diberitakan Free Malaysia Today.

Mahathir mengakui upayanya merangkul para pentolan oposisi tak mulus. Menurut dia, masih ada resistansi ihwal perannya di dalam aliansi, terutama dari PKR. Apalagi Mahathir pernah mendepak dan memenjarakan Anwar pada 1999. Saat itu ia masih menjabat perdana menteri dan menuding Anwar berbuat korupsi. "(Saya pikir beberapa dari mereka) khawatir, mereka tak percaya," kata Mahathir kepada Channel News Asia, Senin dua pekan lalu. "Mereka merasa saya mencuri acaranya, membajak pestanya--pemikiran seperti itu."

Mahardika Satria Hadi (Asean Today, Channel News Asia, The Straits Times)


Strategi Mahathir bertolak dari keyakinannya bahwa kekuatan di Malaysia dibentuk oleh politik berbasis ras. Kunci utamanya terletak pada dukungan dari komunitas Melayu, yang menyumbang lebih dari 60 persen populasi Malaysia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus