Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Barisan Alternatif, yang terdiri dari partai-partai oposisi, yakni Partai Keadilan Nasional, Partai Tindakan Demokratik, Partai Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Rakyat Malaysia, terus melakukan konsolidasi. Bahkan, saat ini mereka tengah membentuk "kabinet bayangan". Sebuah gerakan yang berupaya untuk menarik simpati rakyat. "Anwar selalu mengatakan, yang paling ditakuti Mahathir adalah bersatunya oposisi. Itulah yang harus kita lakukan," kata Wan Azizah suatu ketika.
Namun, berharap semata dari negeri sendiriyang kebanyakan rakyatnya ketakutan pada Mahathirtampaknya perjuangan mereka muskil beroleh hasil. Mereka perlu dukungan dunia. Hal itulah yang membuat Presiden Partai Keadilan, Wan Azizah Wan Ismail, aktif menemui beberapa pemimpin negeri seberang.
Pertengahan Mei silam, di sela-sela menghadiri konferensi Council of Asian Liberals and Democrats (Dewan Liberal dan Demokrat Asia), Wan Azizah bertemu dengan Ketua MPR Amien Rais, yang sempat berkomentar terhadap nasib yang menimpa Anwar Ibrahim. Ia juga bertemu dengan Presiden Gus Dur. Namun, tak ada pembicaraan politik di antara mereka. "Kami kan berteman," katanya.
Ahad pekan silam, Purwani Diyah Prabandari dari TEMPO menemui perempuan kelahiran Singapura, 3 Desember 1952, ini di sebuah hotel di Jakarta, tempat acara konferensi berlangsung. Inilah kelima kalinya majalah ini mewawancarainya sejak suaminya ditahan dua tahun silam. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana Anda melihat pemerintahan Mahathir saat ini?
Secara umum, keadaannya baik dan aman. Tapi, buat kami tidak. Saat peringatan setahun pemenjaraan Anwar Ibrahim, beberapa pemimpin kami ditangkap. Izin untuk mengadakan rapat semakin sulit. Bahkan, di Melaka pun tidak boleh lagi. Media massa? Sulit. Ada saja media yang dianggap melanggar Akta Percetakan. Harakah milik PAS, yang terbit dua kali seminggu, kini hanya terbit dua kali sebulan. Bagi kami, mereka (Mahathir) semakin represif.
Lantas, apa yang menjadi prioritas Barisan Alternatif saat ini?
Dalam jangka pendek, kami akan kian erat bekerja sama. Ini demi kemajuan rakyat kecil. Jangka panjangnya, kami akan terus melakukan konsolidasi antara partai yang bergabung dalam Barisan Alternatif ataupun dalam partai kami masing-masing. Kami baru setahun berdiri dan harus memantapkan diri. Ini menjadi tugas yang sangat berat.
Sebenarnya, siapa pendukung Partai Keadilan atau partai lain dalam Barisan Alternatif ini?
Grass root. Tetapi memang berbeda-beda. Kami terdiri dari banyak partai. Konsentrasi PAS di Melayu, sedangkan Partai Keadilan lebih bersifat multietnis.
Termasuk mahasiswa?
Mereka memang tertarik dengan partai kami, tapi mereka tak bisa terlibat dalam kegiatan politik. Mereka harus mendapat izin lebih dulu. Mahasiswa di sana hanya diminta lulus dan tidak berpolitik. Itu sudah menjadi budaya. Sebenarnya mereka punya kesadaran politik, tapi tidak mau terlibat. Sangat berbeda dengan mahasiswa Indonesia.
Barisan Alternatif membentuk "kabinet bayangan". Apa yang sebenarnya akan dilakukan?
Banyak. Dalam bidang kesehatan, misalnya. Kami membantu orang-orang yang tidak mampu untuk mendapat fasilitas kesehatan yang memadai. Ini akan meningkatkan kualitas kesehatan dan hidup masyarakat.
Siapa saja yang akan ikut dalam "kabinet" itu?
Saat ini kami masih dalam tahap pembentukan. Mereka tidak mau namanya muncul. Mereka hanya akan menyumbangkan pikiran. Anda tahu sendiri bagaimana situasi politik di Malaysia. Mereka mendukung kami secara diam-diam. Sebab, kalau ketahuan, bisa-bisa mereka tidak mendapat proyek lagi.
Apakah "kabinet" itu juga memberi nasihat kepada pemerintah, atau setidaknya mengusulkan alternatif sebuah kebijakan?
Kami tidak bisa melakukan itu. Setelah pemilu kelak, kami membuat rencana anggaran negara alternatif, tapi kami tidak akan memaksakan anggaran kami itu. Sebab, bagi kami yang terpenting adalah melakukan hal yang baik untuk bangsa Malaysia. Karena itulah kami menjadi oposisi.
Apa hasil pertemuan Anda dengan Presiden Abdurrahman Wahid beberapa waktu lalu?
Kami tidak membicarakan masalah-masalah yang serius. Kami hanya sarapan pagi bersama. Dan Presiden Abdurrahman Wahid adalah teman Anwar Ibrahim. Jadi, tidak ada yang berarti yang kami bicarakan.
Apakah dia menjanjikan bantuan, misalnya untuk melobi Mahathir dalam kasus Anwar?
Tidak. Kami tidak membicarakan itu. Kami menghargai apa pun kebijakan pemerintah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo