Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina di Gaza berjuang menemukan lahan kosong untuk mengubur orang-orang terdekat mereka yang tewas dalam serangan bertubi-tubi Israel. Mereka mengatakan, dengan jumlah korban jiwa kini melampaui 40 ribu orang, tidak ada lagi tempat tersisa untuk memakamkan jenazah.
Saad Hassan Barakat, seorang pekerja pemakaman di Kota Gaza, mengatakan bahwa ia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya bekerja di makam tetapi belum pernah menghadapi situasi yang mengerikan seperti ini.
Barakat mengatakan bahwa sebelum perang, ia bisa mengerjakan hanya beberapa pemakaman setiap hari, tetapi sejak pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023, ia terkadang menguburkan 70, 80, 100 hingga 300 jenazah dalam satu hari.
Ia menggambarkan bagaimana jenazah sekarang dikubur berlapis-lapis di pemakaman. “Kesulitannya adalah tidak ada ruang tersisa untuk menggali kuburan, jadi saya menumpuk kuburan satu di atas yang lain,” katanya kepada Anadolu. “Tempat ini bukan hanya satu atau dua, tetapi tiga lapis kuburan.”
Setelah sebelumnya mengawasi sembilan makam di daerah tersebut, ia mengatakan bahwa sekarang hanya dapat mengakses dua makam karena pengeboman yang sedang berlangsung. Ia menambahkan bahwa jenazah dikubur di kuburan massal tanpa biaya, tetapi mereka yang meminta kuburan individu harus membayar sekitar 300 shekel.
Sa’di Baraka, yang menghabiskan hari-harinya mencangkul tanah di makam Deir al-Balah bersama beberapa sukarelawan, menyampaikan hal serupa. Ia bekerja menggali kubur sejak matahari terbit, terkadang harus membuka kembali kuburan yang sudah terisi.
“Kadang-kadang kami membuat kuburan di atas kuburan,” katanya kepada ABC News.
Mohammed Abdullah, seorang warga Palestina yang mengungsi dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza bagian tengah, mengatakan serangan gencar militer Israel telah mempersulit penguburan jenazah.
“Jumlah martir sangat mengerikan dan terus bertambah,” kata Abdullah. “Dalam pembantaian terkecil, kami kehilangan 10 atau 20 orang. Di wilayah tengah (Gaza), hanya ada tiga kuburan, dan semuanya penuh sesak.”
Ia mencatat bahwa kuburan di Gaza sekarang tidak hanya diisi dengan jenazah, tetapi juga orang-orang yang masih hidup, sebab para pengungsi mencari perlindungan di tempat mana pun yang tersedia.
“Tidak ada tempat untuk membuka kuburan baru karena banyak orang yang mengungsi telah berlindung di kuburan,” katanya, dikutip oleh Anadolu. “Mayat yang hidup menjadi prioritas.”
ANADOLU | ABC NEWS
Pilihan editor: Joe Biden Telepon Benjamin Netanyahu Serukan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini