Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warisan Si Seksi untuk Pakistan

Pesohor media sosial ini dibunuh adiknya atas nama kehormatan keluarga. Tiga bulan setelah kematiannya, parlemen meloloskan aturan yang bakal menghukum berat para pelaku.

17 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Qandeel Baloch. Setelah hidupnya yang singkat dan kematiannya yang tragis, Pakistan bisa berharap tradisi pembunuhan ¡±atas nama kehormatan keluarga¡± berkurang. Memang anggota parlemen lalu jadi sibuk menggodok amendemen atas pembunuhan itu. Kamis dua pekan lalu, amendemen yang memberikan sanksi lebih keras terhadap pelakunya itu disahkan.

Qandeel Baloch. Dua pekan sebelum kematiannyaia tewas pada 15 Juli 2016perempuan 26 tahun ini menulis surat kepada Kementerian Dalam Negeri Pakistan. Ia meminta perlindungan. Upaya ini ditempuh aktris, model, sekaligus pesohor media sosial tersebut setelah informasi pribadinyaseperti isi paspor dan nomor kesejahteraan sosialdiunggah orang tak dikenal ke dunia maya.

Penerobosan privasi ini berdampak besar. Sejumlah ancaman kematian dikirimkan melalui telepon seluler dan akun media sosialnya. Dalam surat yang ia teken dengan nama asli, Fauzia Azeem, Baloch mendesak pemerintah segera bertindak menghapus data tersebut dari dunia maya dan mengejar sang pelaku.

Insiden ini membuat saya sangat ketakutan dan depresi. Saya membutuhkan perlindungan dari kalian,¡± demikian tulis Baloch, seperti dikutip seorang polisi kepada Dawn, akhir Juni lalu.

Pada 15 Juli 2016, Baloch tewas mengenaskan. Namun ancaman terhadap hidupnya tidak datang dari jauh. Atas nama ”kehormatan keluarga”, adik kandungnya sendiri, Waseem Azeem, mengakhiri hidup Baloch. Tanpa menyesal, pria yang lebih muda setahun ketimbang Baloch itu dengan tenang menuturkan aksinya kepada media, dua hari setelah melarikan diri dari lokasi pembunuhan.

”Saya bangga atas apa yang telah terjadi. Perempuan seharusnya tinggal di rumah dan mengikuti tradisi. Dia tidak pernah melakukannya. Kini semua orang akan mengingat saya dengan kebanggaan karena telah mengembalikan kehormatan keluarga,” kata Waseem seperti dikutip CNN.

l l l

Kematian Baloch mengejutkan banyak pihak. Ketenarannya di dunia hiburan Pakistan—Baloch memiliki 750 ribu pengikut di akun media sosial—gagal melindungi perempuan cantik itu dari pembunuhan. Bahkan kematian Baloch justru dipicu oleh ketenaran itu sendiri. Baloch adalah sosok kontroversial di Pakistan karena kerap mengunggah foto ”panas”-nya. Perempuan yang sering disebut Kim Kardashian dari Pakistan ini juga sering melontarkan pernyataan provokatif dan dianggap melanggar tabu. Salah satunya berjanji menari bugil jika Pakistan berhasil meraih gelar Piala Dunia Kriket 2016.

”Saya sengaja melakukan ini (provokasi) untuk menantang budaya patriarkis Pakistan. Sangat sulit menjadi perempuan di Pakistan, dan saya ingin menjadi contoh positif bagi perempuan,” ucap Baloch dua bulan sebelum tewas.

Tapi ”vonis” mati dijatuhkan adiknya setelah Baloch mengunggah swafoto bersama ulama terkenal Mufti Abdul Qawi. Pertemuan keduanya di dalam kamar sebuah hotel di Karachi berujung pada pemecatan Qawi dari sebuah organisasi keagamaan. Dalam wawancara televisi, Baloch menyebutkan pertemuan keduanya menunjukkan sifat asli sang ulama: menghina tapi merindukannya. Pernyataan Baloch membuat adik dan kelompok konservatif Pakistan meradang.

Kisah Baloch bukanlah Cinderella. Dalam artikel yang diterbitkan Dawn sehari setelah ia tewas, Baloch terlahir dari keluarga miskin. Ia dipaksa menikah pada usia belia, melahirkan seorang anak lelaki, dan disiksa sang suami. Ia kemudian melarikan diri bersama anaknya dan tinggal di sebuah penampungan wanita, Darul Alam. Model seksi ini lantas memberikan hak asuh anaknya secara penuh kepada suaminya. Setelah itu, Baloch meninggalkan penampungan dan melanjutkan hidup dengan bekerja serta melanjutkan pendidikan sarjana.

Baloch menjalani beberapa pekerjaan sekaligus untuk bertahan hidup. Kesuksesan mulai direguknya setelah mengambil bagian dalam Pakistan Idol dan menjadi model terkenal. Ia tak mau menggunakan nama aslinya dan merahasiakan di mana ia dan keluarganya tinggal. Dari pekerjaannya, Baloch banyak membantu perekonomian keluarga. Ia membayar mahar untuk pernikahan adik perempuannya, membayarkan sewa rumah untuk keluarga, hingga membantu biaya pengobatan ayahnya.

Air susu dibalas dengan air tuba. Bagi Waseem, uang tidaklah berarti dibanding kehormatan keluarga. ”Uang penting, tapi kehormatan keluarga lebih penting,” katanya seperti dikutip The Telegraph.

l l l

Seperti kehidupannya, kematian Baloch memberi inspirasi bagi Pakistan. Setelah sempat mandek selama setahun terakhir, perubahan atau amendemen terhadap pasal pembunuhan atas dalih kehormatan akhirnya disahkan parlemen Pakistan pada Kamis dua pekan lalu. Tewasnya Baloch membuat pemerintah Perdana Menteri Nawaz Sharif melakukan segala cara untuk meloloskan aturan tersebut.

Hal ini terlihat dalam sidang parlemen selama empat jam hari itu. Kubu garis keras Islam mendesak agar Dewan Ulama Pakistan diizinkan mengevaluasi amendemen itu sebelum disahkan. Namun para pendukung amendemen yang berjumlah lebih banyak, seperti partai penguasa yang dipimpin putri Perdana Menteri hingga kelompok oposisi modern, menolak keras.

Para pendukung amendemen menyebutkan dewan ini berulang kali memveto legislasi yang melindungi perempuan. Bahkan mereka pernah membuat aturan yang mengizinkan suami memukul istri. ”Hukum seharusnya menjadi panduan untuk sikap yang lebih baik, bukannya menjamin tindakan buruk tanpa hukuman,” tutur Sughra Imam, mantan anggota parlemen yang mengusung amendemen ini dua tahun lalu.

Parlemen pun akhirnya menutup celah yang membuat pelaku pembunuhan atas nama kehormatan keluarga bisa bebas dari hukuman. Undang-undang yang baru disahkan menyatakan pelaku pembunuhan akan diganjar hukuman minimal 25 tahun penjara.

Sebelumnya, pelaku pembunuhan bisa diampuni oleh keluarga korban, yang menyebabkan mereka menghindari hukuman penjara. Dengan membayar diyat atau ”uang darah”, hakim dapat membebaskan mereka. Sekarang pengampunan hanya bisa diberikan kepada terpidana hukuman mati.

Perkembangan terbaru di Pakistan ini dianggap sebagai langkah maju untuk mengurangi jumlah kasus serangan terhadap perempuan yang menentang aturan konservatif yang terkait dengan pernikahan. Selama satu dekade terakhir, para pegiat hak asasi telah menggelar kampanye agar ada aturan hukum yang lebih keras untuk melindungi perempuan dari kekerasan.

”Pembunuhan atas nama kehormatan adalah kanker dalam masyarakat Pakistan. Aturan ini dibuat untuk melawan kanker tersebut,” kata Naveed Qamar, anggota parlemen dari partai oposisi, Partai Rakyat Pakistan, yang pernah dipimpin Benazir Bhutto.

Lembaga Honor Based Violence Awareness Network menyebutkan setiap tahun terjadi 5.000 pembunuhan atas nama kehormatan di dunia, 20 persen di antaranya terjadi di Pakistan. Pembunuhan dilakukan karena berbagai alasan, dari menikah tanpa izin hingga sekadar duduk berdampingan dengan lelaki bukan muhrim.

Pembahasan amendemen sempat mandek di parlemen selama setahun karena isunya yang cukup sensitif. Para pendukung amendemen membentuk sebuah komite agar persetujuan dapat dilakukan dengan konsensus. Partai konservatif Liga Muslim Pakistan pun memasukkan poin ampunan untuk mengurangi hukuman mati menjadi hukuman seumur hidup, sebagai konsesi bagi kelompok agamis.

”Banyak kompromi yang harus dilakukan dibanding amendemen awal. Tapi setidaknya para pelaku pembunuhan atas nama kehormatan tidak akan lagi dibebaskan,” ucap Sughra Imam.

Pegiat hak asasi Pakistan dan sutradara film Sharmeen Obaid—yang meraih penghargaan Oscar awal tahun ini untuk film dokumenter tentang ”pembunuhan demi kehormatan”—menghargai upaya yang dilakukan berbagai pihak sehingga aturan itu dapat diubah. ”Mungkin saja tidak mengubah semuanya dalam semalam, tapi ini sebuah langkah ke arah yang benar,” katanya dalam akun Facebook miliknya. ”Dan hari ini saya merasa bangga.”

SITA PLANASARI AQUADINI (AP, REUTERS, THE INDEPENDENT, BBC, DAWN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus