Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Xanana Gusmao: Kehadiran Mega Penting untuk Perdamaian"

5 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESMI sudah Xanana Gusmao berganti profesi. Dari bekas komandan gerilya, Rabu pekan lalu ia menjadi presiden. Modal untuk memegang tampuk kekuasaan muncul setelah 83 persen dari sekitar 300 ribu rakyat Timor Loro Sa'e memilihnya. Sejumlah agenda telah menunggunya. Akhir pekan lalu ia bertolak ke Stockholm, Swedia, untuk mengikuti konferensi internasional tentang rekonsiliasi dan terutama mempersiapkan proklamasi kemerdekaan negaranya pada 20 Mei nanti. Dalam perjalanan pertamanya sebagai presiden ke luar negeri, Sabtu lalu Xanana transit di Bali. Di bandara, ia disambut Panglima Kodam IX Udayana, Mayjen TNI William T. Da Costa, dengan seikat bunga. Berikut petikan wawancara dengan Xanana sebagaimana di-laporkan oleh kontributor Tempo News Room di Denpasar, Rofiqi Hasan. Apa rencana Anda setelah terpilih menjadi presiden dalam hubungannya dengan Indonesia? Garis besarnya adalah bagaimana menjaga hubungan baik yang sudah terjalin selama ini dan melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu. Saat ini kita sudah memasuki milenium ketiga dan saya kira semua orang menghendaki perdamaian. Apakah Anda akan mengundang Presiden Megawati dalam peringatan kemerdekaan nanti? Ya. Kami harapkan Megawati akan hadir dalam peringatan kemerdekaan Timor Loro Sa'e. Di Indonesia, muncul pro-kontra tentang kehadiran Megawati ke Timor Loro Sa'e. Soal prestise dan pamor politik tentu saja perlu kita cari. Namun, dalam milenium ketiga ini masih saja ada konflik di berbagai belahan dunia, misalnya di Timur Tengah. Saya kira kita semua bisa berusaha mewujudkan perdamaian dan kerja sama. Hal itu bisa terjadi kalau ada kemauan dari kita. Seberapa penting arti kehadiran Megawati bagi Anda? Secara ideal, kehadirannya penting untuk perdamaian. Saya tidak mau terlalu melihat secara taktis karena kita akan terjebak pada standar untung dan rugi. Kita perlu melihat hal yang lebih besar, walaupun di politik praktis mungkin tidak ada keuntungan bagi kedua negara. Apakah Anda memberikan jaminan keselamatan? Kabarnya banyak pihak yang masih tidak suka dengan Indonesia. Oh, itu tidak betul. Gus Dur tahun 2000 pergi ke Dili dan tidak ada masalah. Kabarnya ada perbedaan pandangan antara Anda dan Perdana Menteri Mari Alkatiri terhadap Indonesia? Tidak benar. Pada September 2002, saya, Mari Alkatiri sebagai perdana menteri, dan Menteri Luar Negeri Ramos Horta akan datang ke Jakarta. Saya akan bertemu dengan Ketua DPR dan pejabat-pejabat lain. Kami ingin menyampaikan pandangan yang sama mengenai masa depan hubungan Timor Loro Sa'e dengan Indonesia. Bagaimana dengan persoalan yang masih mengganjal, seperti pengungsi? Sudah ratusan ribu pengungsi yang kembali. Saya optimistis masalah ini akan segera selesai. Proses ini sedang berjalan dan saya melihat dari hari ke hari makin baik situasinya. Bagaimana dengan para mantan anggota TNI/Polri? Ada beberapa yang sudah kembali. Kami sampaikan kepada mereka bahwa Timor Loro Sa'e masih berada dalam proses sosial untuk memperbaiki keadaan sehingga perlu kader-kader untuk membangun. Anda sendiri kabarnya mengalami kesulitan untuk memberi jabatan kepada para mantan komandan Falintil? Tidak ada kesulitan itu. Dulu memang ada dua kelompok kader perjuangan, yaitu perjuangan bersenjata dan klandestin, yang merupakan kelompok intelektual. Saya bilang kepada semuanya, "Dulu Anda berjuang dan jadi pahlawan. Tapi, karena kita telah merdeka, posisi sama." Kalau tidak begitu, kondisi kita akan sama dengan negara-negara Afrika, yang penuh perang saudara. Sekarang, siapa yang memiliki keahlian dan bisa lulus tes akan mendapat (jabatan) di era kemerdekaan. Memang ada yang frustrasi dan kesulitan dengan keadaan ini karena dulu hanya berpikir bagaimana cara berperang. Kabarnya Anda memberikan prioritas kepada Indonesia daripada Australia dalam membina hubungan luar negeri? Saya punya tetangga dekat, dan satu lagi tetangga di seberang lautan sana. Wajar bila saya lebih akrab dengan yang dekat. Sebab, kalau ada kekurangan apa-apa, bisa langsung tanya. Kalau tetangga jauh, saya harus menyiapkan mobil. Tapi opini internasional menganggap Australia sudah banyak membantu Anda? Ya, bisa saja ada opini semacam itu. Bagaimana dengan Celah Timor? Apakah Anda kecewa dengan penyelesaian masalah ini? Masalah-masalah semacam itu adalah urusan pemerintah, dan saya tidak tahu terlalu banyak. Dalam konstitusi kami ada pembagian tugas antara kepala negara dan pemerintah. Anda tidak keberatan dengan adanya pembagian tugas itu? Ya, itu di-atur dalam konstitusi. Kalau saya melakukan campur tangan, itu namanya saya inkonstitusional. Gaya Anda kok sudah sangat mirip dengan Indonesia? Banyak yang bilang saya juga lebih mirip orang Portugis, ha-ha-ha....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus