PRESIDEN Ferdinand Marcos sekali lagi menjanjikan akan
mencabut Undang-Un ,dang Keadaan Darurat dalam waktu dekat ini.
Seorang pejabat -ang dekat dengan Istana Malacanang bahkan
menyebut ancer-ancer waktu sekitar Januari. Artinya, lebih cepat
dari rencana Presiden Filipina itu semula, yaitu Maret 1981.
"Bila diumumkan, itu mungkin akan mengagetkan kalangan oposisi,"
kata pejabat itu.
Sebelum sungguh-sungguh mencabut Undang-Undang itu, Marcos
rupanya melihat kemungkinan tuntutan di masa, depan. Maka ia
mengajukan suatu usul perubahan konstitusi. Tujuannya ialah
membuat sang Presiden dan seluruh pejabat pemerintahannya kebal
terhadap tuntutan atas perbuatan mereka sejak berlaku 'Keadaan
Darurat' tahun 1972. Dan National Assembly (lembaga pembuat
undang-undang yang mirip parlemen akan mengadakan sidang khusus
membicarakan usul amandemen itu.
Tak hanya itu. Marcos juga meng umumkan bahwa ia sudah siap
untuk menyelenggarakan pemilihan presiden. Tapi ia meminta agar
kaum oposisi juga mengajukan calonnya. "Adalah lucu kalau saya
maju tanpa ada saingan," ujar Marcos. Walaupun ia tak menyebut
kapan pemilihan itu, berbagai kalangan di Manila
memperkirakannya tahun depan.
Membersihkan Citra
Tapi belum jelas apakah pemilihan itu akan berlangsung di
bawah 'Keadaan Darurat' atau tidak. Tentu saja tak seorang pun
yang percaya bahwa Marcos akan menyerahkan kekuasaan dengan
ikhlas. "Jika kondisinya memuaskan, kami akan mengajukan calon,"
kata Salvador Laurel, tokoh oposisi di National Assembly. Konon
tokoh ini berambisi menggantikan Marcos.
Bekas Senator Jose Diokno, yang juga tokoh oposisi,
mengatakan bahwa tujuan Marcos mengadakan pemilihan hanya untuk
mencari pengesahan. Karena, menurut dia,Marcos sudah merasa tak
punya hak kekuasaan yang cukup. "la ingin membersihkan citranya
selama ini yang begitu bergantung pada bantuan keuangan negara
asing," ujar Diokno. Dan kalangan oposisi lainnya menyangsikan
pemilihan itu akan berlangsung secara jujur dan bersih, bila
'Keadaan Darurat' tidak dicabut lebih dahulu.
Memang belakangan ini serangan ke arah Marcos semakin
bertubi-tubi. Hingga suatu laporan dari hasil studi konsultan
lank Dunia bahkan bertanya: Apakah situasi politik di Filipina
cukup menolong bagi diteruskannya bantuan Bank Dunia dan
penanaman modal asing dalam bidang industri?
Selama ini Bank Dunia memberikan pinjaman sebesar US$ 2
milyar kepada Filipina. Selain itu Bank Dunia bermaksud akan
membiayai proyek yang melibatkan US$ 3 milyar lebih dalam 4
tahun mendatang.
Laporan itu yang dikerjakan oleh William Ascher, ahli
tentang risiko politik dari Universitas John Hopkins, juga
membeberkan berbagai ketidakberesan dalam rezim Marcos. Antara
lain hakhak istimewa yang dinikmati keluarga Marcos, dan
dominasi mereka yang datang dari suatu provinsi dengan Marcos --
Provinsi llocano --pada posisi penting di kalangan militer,
tehnokrat dan pengusaha.
Bank Dunia tampaknya menghadapi persoalan bagaimana
membantu ekonomi suatu bangsa tanpa menampilkan dukungan
terhadap pemerintahan yang otoriter dan tak stabil. Hal ini
mungkin akan mempengaruhi sikap 14 negara industri dan beberapa
lembaga keuangan internasional. Mereka akan bertemu bulan depan
menentukan berapa besarI)antuan yang akan diberikan kepada
Filipina. Atau mungkin juga tidak menentukan sama sekali.
Sementara itu citra Marcos membaik di negara Arab. Suatu
pertemuan rahasia antara First lady Imelda Marcos dan pejabat
tinggi Arab Saudi telah berlangsung di New York. Dan hasilnya,
demikian Presiden Marcos ketika membuka Minggu Energi di Istana
Malacanang pekan lalu, Menteri Minyak Arab Saudi Sheik Zaki
Yamani mengirimkan kawat yang isinya merupakan lampu hijau bagi
mengalirnya kembali minyak negara itu ke Filipina.
Semula Arab Saudi menghentikan pengiriman minyak karena
tidak puas melihat cara Marcos menghadapi umat Islam yang hanya
5% dari 48 juta penduduk negara itu. Suplai minyak dari Arab
Saudi setiap tahun berkisar 20 juta barrel, atau sekitar 50%
dari seluruh impor Filipina. Tapi penghentian pengiriman itu
selama ini dirahasiakan Marcos. Dengan mengumumkan pembuka.m
kembali pengiriman minyak itu, Marcos mungkin menunjukkan bahwa
pemerintahannya masih bisa diandalkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini