Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yeltsin menang, rusia bubar?

Usul yeltsin menyebabkan federasi rusia terancam pecah. banyak negara bagian yang berniat berdiri sendiri, dan ini membahayakan moskow.

24 Juli 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BORIS Yeltsin tampaknya terjebak dalam dilema. Rencana undang- undang dasar yang dihasilkan oleh majelis konstitusi Senin pekan lalu memperkuat kedudukannya. Namun, di sisi lain, rencana itu bisa mendorong pecahnya Federasi Rusia. Dan itu terjadi, sebenarnya, akibat strategi Yeltsin sendiri agar konstitusi baru itu disetujui majelis. Ia mengusulkan, agar 88 negara bagian dan republik di Rusia diberi lebih banyak otonomi serta hak-hak, yang sebelumnya menjadi wewenang pemerintah federal di Moskow. Misalnya, jika konstitusi itu diberlakukan, setiap negara bagian, yang semuanya berjumlah 68, berhak mengeluarkan undang- undang sendiri. Pasal ini memenuhi tuntutan negara bagian yang merasa dianaktirikan oleh Moskow. Mereka protes keras bahwa ke- 20 republik yang berpenduduk suku minoritas seperti Tatar, Kalmyk, dan Chechen, sudah lama dibolehkan memiliki sistem hukum dan lambang nasional masing-masing, serta kewarganegaraan sendiri. Mengapa yang lain tidak? Maka, Negara Bagian Sverdlovsk, kampung halaman Yeltsin sendiri, sebelum majelis konstitusi bersidang, mengubah diri menjadi Republik Ural. Padahal, daerah itu sama sekali tak memiliki suku minoritas, syarat negara bagian mendapatkan status republik. Tindakan pemerintah Sverdlovsk itu tak lama kemudian ditiru dua negara bagian lain. Tapi mengapa itu dilakukan oleh Sverdlovsk, bukankah bila konstitusi baru diberlakukan, hak-hak itu juga akan dimilikinya? Kata Yeltsin, ''Negara-negara bagian dan republik kini diberi hak ekonomi sama rata.'' Tampaknya memang ada kekhawatiran, konstitusi baru tak jadi diberlakukan. Jadi, apa salahnya mengubah diri dulu menjadi republik, status yang hak-haknya lebih besar. Dan ini tentu saja dianggap oleh negara bagian yang mengubah diri sebagai hal yang tak merugikan siapa-siapa. Bukankah konstitusi baru nanti pun memberikan hak-hak itu? Sebagai negara bagian, Sverdlovsk harus mengirimkan 55% hasil pajaknya ke Moskow. Lagipula, pemerintahnya cuma dibolehkan menguasai 5% dari sumber alam yang lumayan banyaknya. Sedangkan sebagai suatu republik, ia diberi lebih banyak wewenang atas kedua hal itu. Sverdlovsk tampaknya iri pada Republik Bashkortostan. Tetang- ganya itu hanya harus mengirimkan 10% hasil pajaknya ke Moskow, dan diizinkan mengantongi 20% dari penjualan minyaknya. Sebenarnya perjuangan Sverdlovsk mengubah diri menjadi republik sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Soalnya, dengan hak yang lebih itu, ''kami bisa menjadi bagian dari pasaran dunia,'' kata Alexander Ryzhkov, seorang warga Sverdlovsk. Selain itu, Sverdlovsk tampaknya berpikir jauh ke depan. Tak ada jaminan kesempatan yang kini ada bakal terus ada malah sebaliknya. Yakni, bila ''unsur-unsur lama kembali,'' kata Ryzhkhov, dan sistem sentralisasi dijalankan lagi, ketika itu Sverdlovsk sudah memiliki hak-hak yang kuat. Ryzhkhov tak yakin, Yeltsin bisa selalu mengalahkan kelompok garis keras yang berkeras melaksanakan ekonomi terpimpin lagi. Bagi Yeltsin, sikap melonggarkan hubungan republik dengan Moskow perlu agar rencana undang-undang dasarnya diterima oleh parlemen. Dan ia benar dari 700 anggota majelis yang terdiri dari pejabat pemerintah pusat maupun daerah serta wakil lembaga-lembaga sosial, 433 menyetujui rencana Yeltsin. Hal yang sangat diperjuangkan Yeltsin ialah diubahnya parlemen menjadi dua kamar. Yang pertama adalah majelis federal yang terdiri dari para wakil rakyat terpilih. Di situlah kekuasaan legislatif terletak. Sedangkan kamar kedua, dinamakan dewan federasi, terisi dengan dua wakil dari setiap 88 daerah dan republik yang tergabung dalam Federasi Rusia. Rencana konstitusi baru itu, kepala negara dipilih langsung oleh rakyat, masa jabatannya ditentukan empat tahun, dan seseorang hanya boleh menjadi presiden maksimal dua kali berturut-turut. Presiden diberi wewenang menunjuk perdana menteri serta anggota kabinet yang bertanggung jawab bukan saja kepada parlemen, tapi juga kepada presiden. Reaksi kelompok garis keras tentu saja keras. Kata mereka, pasal yang memberikan kekuasaan kepada negara bagian dan republik akan mempercepat kehancuran negara. Ketua parlemen, Khasbulatov, mengancam akan memblokir sidang. Kekhwatiran Khasbulatov, apa pun motivasinya, benar. Sebab, dalam beberapa bulan saja, jumlah negara bagian yang berniat memisahkan diri dari Federasi Rusia makin bertambah. Dan dalam tahap pertama ekonomi pasar kini, yang menimbulkan banyak keluhan, berbahaya bila sumber-sumber pendapatan Moskow disunat. Yeltsin sendiri tahu risiko ini. Tapi mungkin ia percaya, republik dan negara bagian tak sampai hati menghancurkan Federasi Rusia keyakinan yang dulu juga dipunyai Gorbachev: tak mungkin Yeltsin membubarkan Uni Soviet. Nyatanya, Uni Soviet bubar, dan Gorbachev tersingkir. Yuli Ismartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus