Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa pun tahu, sulit mengukur dampak ekonomis kebakaran hutan itu. WWF-Indonesia dan Canadian IDRC's Economy & Environment Programme for South East Asia (EEPSEA) mengalkulasi kerugian itu sekitar US$ 4,45 miliar. Artinya, angka itu bahkan melebihi gabungan jumlah kerugian bencana Bhopal (India, 1984) dan Exxon Valdez (Alaska, 1989), atau setara dengan 2,5 persen GNP Indonesia sebelum krisis moneter. Rinciannya silakan disimak:
Kerugian Akibat Asap (US$ 1,45 miliar)
Kerugian karena ongkos pembiayaan kesehatan, turunnya produksi industri dan perkantoran, dibatalkannya ratusan penerbangan, serta anjloknya bisnis pariwisata?yang diderita dan ditanggung tiga negara?mencapai lebih dari US$ 1,45 miliar.
NEGARA | KERUGIAN (JUTA US$) |
Indonesia Malaysia Singapura | 1.090 300 60 |
Total | 1.450 |
Sumber: EEPSEA/WWF 1998
Para Raja Rimba
Kegiatan komersialisasi hutan merebak setelah Soeharto naik pada 1966. Dia membagi-bagikan konsesi hak pengusaha hutan (HPH). Berikut ini lima nama terbesar di penguasaan hutan, nama-nama yang tidak asing pada era Orde Baru:
PERUSAHAAN | PEMILIK | LUAS (JUTA HA) |
Kayu Lapis Indonesia Djajanti Group Barito Pacific Kalimanis Group Korindo Group | Hunawan Wijajanto Burhan Uray Prajogo Pangestu Bob Hasan In Yong Sung | 3,4962 2,9542 2,7238 1,2738 1,2810 |
Sumber: Departemen Kehutanan, 1998
Suaka yang Tak Terlindungi
Kebakaran hutan Indonesia tahun 1997 merupakan yang paling hebat sejauh ini. Menurut data yang dipantau Dirjen PPH (Departemen Perhutanan) yang belakangan dilaporkan Kantor Meneg KLH, luas hutan yang terbakar mencapai 383.870 hektare. Sedangkan WWF dan EEPSEA?lewat satelit?memperkirakan luas kebakaran mencapai 5 juta hektare. Kebakaran hampir menyeluruh terjadi di semua provinsi di Indonesia. Namun, Kalimantan (60 persen) dan Sumatra (30 persen) yang paling parah. Singapore Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP) memperkirakan, sekitar 3 juta hektare hutan di Kalimantan dan 1,5 juta hektare di Sumatra, yang terbakar pada tahun lalu.
Hampir 40 persen dari hutan yang terbakar (versi pemerintah Indonesia) memiliki kekayaan tak ternilai untuk pelestarian lingkungan:
JENIS | LUAS | PERSEN |
Hutan Lindung Taman Nasional Suaka Alam Hutan Penelitian | 21,96 17,24 54,33 04,74 | 8,32 6,53 20,58 1,8 |
Sumber: Dirjen PHPA, 1998
Dunia Flora dan Fauna
Para pengamat ekologi menyebut bencana kebakaran hutan Indonesia sebagai global natural disaster (bencana alam global), sebab hutan tropis Indonesia adalah salah satu "mutiara bumi" yang termahal. Dia memberikan sumbangan lingkungan yang sangat bernilai: menjaga keseimbangan hidrologis serta menyimpan karbon sehingga bisa mencegah efek pemanasan global.
Indonesia memiliki kawasan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brasil dan Kongo? terserak terutama di Kalimantan, Irianjaya, dan Sulawesi. Bersama Brasil, Indonesia juga merupakan negeri dengan kekayaan hayati paling beragam. Berapa banyak hutan tropis Indonesia yang mengandung spesies flora-fauna dunia?
FLORA-FAUNA | % DARI SPESIES DUNIA |
Tumbuhan Mamalia Reptil dan Amfibi Burung Ikan | 10% 12% 16% 17% 25% |
Sumber: World Wild Fund, 1998
Kerugian Hangusnya Hutan (US$ 3 miliar)
Ini angka yang harus dipikul Republik. Kerusakan karena hilangnya kayu; terbakarnya tanaman pertanian dan produk hutan non-kayu; menurunnya jasa konservasi air dan tanah; serta meningkatnya ongkos pemulihan khazanah keragaman hayati; total jenderal bisa mencapai US$ 3 miliar.
Jenis Kerugian | Bentuk | Nilai (juta US$) |
Kehutanan Pertanian Fungsi Hutan Flora-Fauna Udara Cemar Pemadaman Lain-lain | Lenyapnya produk komersial hutan Tanaman yang terbakar Kerusakan hidrologi dan iklim Konservasi keragaman hayati Lepasan karbon & perubahan iklim Ongkos pemadaman kebakaran Biaya tak langsung | 493,0 705,0 1.077,0 30,0 271,0 13,4 410,6 |
Total | 3.000 |
Sumber: EEPSEA/WWF 1998
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo