Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Pohon Bisnis Kim yang Merangas

24 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kim memiliki 18 perusahaan, 17 di antaranya hasil akusisi. Kim Johanes membelinya saat perusahaan tersebut bermasalah dan memiliki utang besar di sejumlah bank. Kini, sepuluh perusahaan dalam kondisi keuangan yang buruk alias minus. Perusahaan induk yang menaungi semua perusahaan Kim adalah PT Intra Asia Corpora.

GROUP A

Pengendali bisnis di grup ini adalah R.B. Soekardi, mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum. Ketika kasus ekspor fiktif terkuak pada 1994, Soekardi, yang saat itu sudah pensiun dari kejaksaan dan tercatat sebagai Direktur Operasional PT Detta Marina, aktif membela Kim.

  1. PT Detta Marina.
    Perusahaan ini diakusisi Kim pada 1989 dari Kaptin Adisumarta, pengusaha garmen. Setelah Kim mengambil alih, ia meminjam dana di bank atas nama PT Detta Marina. Detta lumayan sehat, sekalipun untungnya tidak besar.

  2. PT Anchorjaya Pratama
    Dulu namanya PT Indo Pastika milik Markus Ali, pengusaha ekspor. Setelah utang Indo di BRI menumpuk, Kim mengambil alih dan mengganti namanya. Kim lalu melakukan sejumlah negosiasi dengan pengelola BRI. Kim lalu menyewakan perusahaan ini kepada PT Daya Enggal Manunggal. Anehnya, Kim terus meminta kredit ke BRI atas nama PT Indo Pastika. Awalnya, Markus manut-manut saja, tapi kini ia baru sadar, ia rugi dua kali: perusahaan hilang dan utang terus membengkak.

  3. PT Inkomas Lestari.
    Diambil Kim pada 1992, utang Inkomas yang lama sampai sekarang tetap saja belum lunas.

  4. PT Prodmin Internusa
    Diambil alih dari seorang petinggi di Departemen Kesehatan. Kondisi keuangannya terus minus atau setiap tahun rugi.

  5. PT Panca Makmur Sejati
    Utang Panca Makmur belum dilunasi Kim. Perusahaan ini merugi terus setiap tahun.

  6. PT Indojaya Prima Semesta
    Utang perusahaan ini juga belum dilunasi. Namun, secara umum, kondisi keuangan perusahaan ini masih baik. Masih untung, kendati kecil.

  7. PT Mila Tour.
    Perusahaan ini bergerak di bidang perjalanan wisata. Sekarang, kondisi keuangan perusahaan ini cukup baik atau masih untung.

  8. PT Mila Perdana Jaya
    Perusahaan ini juga diambil Kim dalam keadaan utang yang menumpuk. Tetapi hanya perusahaan inilah yang utangnya dibayar oleh Kim. Posisi keuangannya pun lebih baik dari perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan ini masih untung setiap tahunnya.

  9. Indowood Rimbapratama
    Perusahaan ini dulu milik A.A. Baramuli. Kim lalu masuk dan berkongsi. PT Indowood termasuk yang mendapat kucuran dana dari PT Era Giat Prima milik Djoko S. Tjandra dalam kasus Bank Bali.

  10. PT Sacacery Securitas.
    Utang perusahaan ini belum dilunasi, tiap tahun rugi.

Group B

  1. PT Carita Karya Grah
    Carita diambil Kim pada 1993. Kim terus meminjam uang di sejumlah bank atas nama Carita sekalipun utang lama belum dibayar. Kondisi perusahaan ini cukup baik.

  2. PT Hotel Kemala Terrace Hotel.
    Perusahaan ini bergerak di bidang perhotelan. Perusahaan ini terletak di Thailand.

  3. Balai Lelang Batavia.
    Utang perusahaan ini belum dibayar Kim. Setiap tahun rugi.

  4. Indocitra Finance
    Kondisi keuangannya terus memburuk.

Group C

  1. PT Asuransi Intra Asia
    Ini satu-satunya perusahaan yang didirikan sendiri oleh Kim. Sampai sekarang masih terus rugi.

  2. PT Asuransi Marano.
    Perusahaan ini awalnya adalah milik Andi Sose, pengusaha asal Sulawesi. Setelah pengambilalihan, Kim mulai dekat dengan sejumlah politisi asal Sulawesi Selatan, seperti Baramuli.

Group D

  1. PT Cipendawa Farm Enterprise
    Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian ini semula milik Probosutedjo. Saat perusahaan ini terbelit utang,Kim datang "menyelamatkan" dengan membelinya. Tetapi Kim tidak juga melunasi utang perusahaan ini dan malah meminta kredit baru atas nama Cipendawa. Anehnya, oleh bank, beban utang itu tetap ditimpakan pada Probosutedjo.

  2. PT Buana SF
    Utang belum dilunasi Kim, setiap tahun rugi.

Keterangan Infografis

Lewat aksi ekspor "angin" ini, Kim berhasil membobol Bapindo sebesar US$ 200 juta, Bank Danamon sebesar US$ 101,621 juta, dan Bank Pacific senilai US$ 84,578 juta. Total dana yang bisa diraup Kim dari permohonan rediskonto ini diperkirakan mencapai Rp 1,07 triliun.

Permohonan rediskonto yang diajukan bank devisa sebetulnya tidak memenuhi syarat yang tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 20 Tahun 1987, karena rediskonto wesel ekspor ternyata tidak diakseptasi bank koresponden di luar negeri dan tidak diasuransi

Bank Danamon mempunyai peran khusus karena boleh mengelola duit hasil rediskonto yang diterima Kim dari BI. Danamon memang mendapatkan surat kuasa dari Kim (yang eloknya disiapkan oleh Bank Danamon sendiri). Ada tiga hal "istimewa" yang dilakukan Danamon:

  • Mendepositokan uang sebanyak US$ 63,249 juta atas nama sembilan perusahan Kim di Bank Danamon Cabang Kepulauan Cayman. Deposito di negara ini bebas pajak.
  • Menerbitkan obligasi dan commercial paper atas nama PT Scotia Jaya (grup Detta Marina) senilai US$ 26,584 juta.
  • Memasukkan dana ke rekening eksportir (Kim) di Bank Danamon Indonesia. Besarnya tidak terdeteksi. Sementara itu, dari Bapindo, dana hasil rediskonto yang dimasukkan ke dalam rekening Detta Marina sebesar Rp 15, 361 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus