Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Islam Di Irian Jaya: Untuk Saudara..

Mh. Charles Killian dan Muhammad Ahmad Kurita meralat artikel T.B. Simatupang. Dikatakan sebelum Irian masuk RI sudah ada organisasi Islam dan madrasah.

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA ingin mengemukakan sedikit penjelasan buat Sdr. Simatupang atas isi wawancaranya yang dimuat TEMPO Nomor 30 Tahun VIII, 23 September 1978 pada halaman 56, yang berbunyi: Berdasarkan realitas sosiologis pun, menurut Simatupang, "kantong-kantong satu agama tak dapat lagi dipertahankan, terutama lantaran mobilitas penduk." Sebagai contohnya, dia sebutkan lrian Jaya. "Dulu tak ada Islam di Irian Jaya. Tapi setelah Irian masuk wilayah, RI, orang Islam kan bebas masuk, sana, bermukim dan menikmati kebebasan agama sama seperti orang Kristen." Penjelasan demikian itu sangat keliru -- bila kita tidak mau mengatakan bahwa Sdr. Simatupang kurang atau tidak mengetahui situasi sosial-budaya yang sebenarnya dari daerah Irian Jaya sebelum kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Sebelum Irian masuk wilayah RI Islam sudah berkembang terutama di daerah-daerah pesisir Irian bagian Selatan -- yakni Fakfak, Kokas, Kaimana dan Merauke -- serta di daerah Kepala Burung yakni Sorong dan Kepulauan Raja Ampat serta Serui (Teluk Cendrawasih). Untuk lebih memperjelas saya kemukakan di sini beberapa fakta: 1. Sebelum Irian masuk wilayah RI, di Irian Jaya sudah ada organisasi Islam bernama KING (Kesatuan Umat Islam Nieuw Guenea). KING berkedudukan di Holandia (sekarang Jayapura) dengan cabang dan rantingnya di kota-kota di Irian Jaya. Setelah masuk RI nama KING diganti menjadi KUIB (Kesatuan Umat Islam Irian Barat). Salah seorang pengurus KING adalah Bapak Raja H. Ibrahim Bauw (Raja Rumbati), beka anggota DPR-GR. 2. Dalam segi pendidikan telah terdapat sekolah yang diperuntukkan/khusus untuk anak-anak Islam yaitu OVVS, berkedudukan di Puncak Onin-Fakfak. Sekolah ini baik guru, murid maupun pengurusnya semuanya beragama Islam kecuali satu tenaga pembimbing yang diperbantukan oleh Pemerintah Belanda beragama Katolik (warga negara Belanda). Murid sekolah ini berasal dari daerah Babo, Stenkool/Bintuni, Kokas Fakfak, Kaimana, Merauke dan Sorong serta Raja Ampat. 3. Di pesisir Irian Jaya bagian Selatan dan Kepala Burung terdapat beberapa kerajaan yang raja-rajanya beragama Islam --sejak dulu, sebelum masuknya Belanda ke sana. Kerajaan-kerajaan tersebut sampai kini masih ada, seperti: a. Kerajaan Raja Ampat di Kepulauan Raja Ampat-Sorong. b. Kerajaan Raja Arguni di Kepulauan Arguni, Kokas, Fakfak. c. Kerajaan Raja Sekar di Sekar dan sekitarnya. Marga Rajanya adalah Rumagesan. d. Kerajaan Wertuar di Sisir dan sekitarnya. Marga Rajanya adalah Heremba. e. Kerajaan Patipi di Patipi dan Teluk Patipi, Kokas, Fakfak. f. Kerajaan Rumbati, di Rumbati dan sekitarnya. Marga Rajanya adalah Bauw. g. Kerajaan Uswanas di Fakfak dan sekitarnya. Marga Rajanya adalah Uswanas. Kesemua raja tersebut pemeluk Islam sejak beberapa keturunan. 4. Pun rumah-rumah ibadat telah ada sebagaimana layaknya ada pemeluk agama tertentu -- sebelum Trikora maupun jauh sebelum itu -- seperti di Jayapura/Holandia, Serua, Sorong, Sorong Doom Raja Ampat, Kokas, Fakfak, Kaimana, Merauke, dan lain-lain. 5. Sebelum pergolakan bersenjata pembebasan Irian, yakni setelah Perang Dunia-II, seorang tokoh pejuang Irian Jaya yang hijrah ke Jakarta yakni Alm. Bapak Raja Rumagesan, yang kemudian diangkat sebagai anggota DPA, pun seorang Islam. Dari fakta-fakta tersebut kiranya Sdr. Simatupang dapat mendudukkan permasalahan sebagaimana layaknya. MH. CHARLES KILLIAN Jl. Cilosari-17, Cikini, Jakarta Pusat. Menurut T.B. Simatupang tokoh DGI: "Dulu tak ada Islam di Irian Jaya." Menarik. Keterangannya yang dimuat TEMPO No. 30 Thn.VIII, 23 September 1978 tentang menurut kacamata misionaris. Islam masuk di Irja memang memerlukan penelitian. Tetapi di Kaimana sudah berdiri madrasah sejak Belanda doeloe, antara lain gurunya Ustadz Usman dan Al-Hamid. Madrasah ini merupakan satu-satunya perguruan Islam waktu itu karena tekanan yang lebih memberikan prioritas pada missi dan zending. Islam kemudian juga berkembang di akfak, Sorong, Manukwari dan Merauke. Dan sedikit Islam waktu itu di Kec. Sarmi Kabupaten Jayapura sekarang. Menurut beberapa keterangan yang dapat dipercaya, Islam masuk pertama di daratan Irian Jaya dibawa muballigh dari Kesultanan Ternate dan Tidore, dan juga orang-orang Islam dari Maluku Selatan (Ambon, dll) yang mengembara. Masuknya Islam di Ir-Ja jangan disamakan dengan usaha-usaha orang Kristen yang sekarang. Islam masuk bukan dengan program induk suatu organisasi yangmemakai liku kekuasaan di negara mana mereka berada. Islam tersebar dengan sendirinya, tumbuh tanpa problem, tidak pernah menimbulkan masalah. Makanya demi persaudaraan, janganlah overacting. Horas bah. MUHAMMAD AHMAD KURITA Kaimana, Irian Jaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus