Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Badai GATT dan perahu deregulasi

Persetujuan GATT (babak uruguay) disambut meriah oleh beberapa negara dan kalangan bisnis. dunia akan menikmati pertumbuhan ekstra dalam perdagangan dan pdb.Indonesia harus menyiapkan usul-usul ke mana orde dunia ini dituntun.

8 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUDAH tujuh tahun ingar bingar, akhirnya Babak Uruguay yang ke-8 dalam serinya mencapai sejumlah kesepakatan pada 15 Desember lalu. Menit-menitnya yang terakhir bersuasana tegang karena adu argumentasi Uni Eropa dan Amerika Serikat sedemikian rupa hingga seolah-olah babak ini hanya diisi oleh pertikaian antara dua raksasa itu saja. Persetujuan yang dicapai memang tidak spektakuler. Tapi tetap bukan perkara sepele bahwa, sekitar setahun dari sekarang atau sejak saat implementasinya, perdagangan hasil pertanian untuk pertama kali akan berada di bahwa payung GATT. Begitu juga beberapa jasa dan hak milik intelektual. Bagi negara seperti Indonesia, dikembalikannya tekstil dan pakaian ke asas dan aturan GATT setelah bertahun-tahun diatur dalam perjanjian terpisah juga merupakan perubahan besar. Payung kuota akan hilang, pertandingan terbuka akan mulai. Apakah berdirinya WTO (World Trade Organization) akan berarti perbedaan substantif bagi perdagangan dunia, hanya sejarah yang dapat bercerita. Toh, GATT sekarang sudah de facto menjadi Super-GATT. Juga bukan hal yang luar biasa bahwa beberapa persoalan masih terbengkalai, seperti jasa hiburan film dan jasa keuangan. Hakikat GATT adalah pertukaran konsesi babak demi babak, atas dasar nondiskriminasi dan ketimbalbalikan. Kalau ingat NAFTA, semakin jelas bahwa babak-babak baru masih akan digelar dan akan menyentuh perkara-perkara yang lebih sensitif, seperti aspek lingkungan yang menyangkut perdagangan. Lebih dari itu, kemajuan dalam GATT hanya sebagian dari ombak reformasi yang melanda dunia sejak Margaret Thatcher berkuasa di Inggris Februari 1975 dan Deng Xiaoping di Cina menghalalkan kucing hitam asalkan cekatan menangkap tikus. Kita kini serasa hidup di zaman edan. Beruang Rusia, gajah India, kerbau Vietnam, dan banteng Meksiko ramai-ramai turun ke pasar. Taruhannya tidak kepalang, yaitu daya tarik sebagai lokasi ekonomi pada awal abad ke-21. Walaupun dengan cacat-cacat, hasil Babak Uruguay disongsong riang oleh banyak pemerintah dan kalangan bisnis. Secara bersama-sama, dunia diduga akan menikmati pertumbuhan ekstra dalam perdagangan dan PDB. Ada yang menyebut angka US$ 200 miliar per tahun. Manfaat liberalisasi dalam rangka GATT kiranya jauh lebih besar daripada yang dicerminkan kalibrasi ekonomis. Bahwa ekspansi perdagangan dunia dalam kebanyakan tahun melewati ekspansi keluaran dunia, untuk sebagian adalah berkat GATT. Jika sebagian negara dan sebagian bisnis dalam setiap negara menjadi pihak yang rugi (dalam jangka pendek) sesudah liberalisasi, hal ini sulit dihindari. Wajar kalau antusiasme Kelompok Cairn dalam pertanian berbarengan dengan keluhan negara lain tentang kenaikan harga pangan karena pemotongan subsidi ekspor. Memang, peserta-peserta kunci dalam GATT tidak mau menunggu sampai setiap anggota berkemampuan sama dalam memetik keuntungan dari liberalisasi. Karena itu, pemerintah Hosokawa mengambil risiko diguncang oleh kelompok petani. Perdana menteri Korea pun melempar handuk karena pemberian konsesi beras berarti melanggar janjinya dalam kampanye. Walau demikian, GATT juga berkamar-kamar. Sejak tahun 1964, negara sedang berkembang menikmati perlakuan spesial dan diferensial. Asas pembangunan ini ditaati juga dalam Babak Uruguay berupa tenggang waktu 10 tahun, sebelum memikul kewajiban penuh dalam perkara-perkara penting seperti perlindungan hak milik intelektual. Indonesia pun disebut-sebut sebagai pihak yang dirugikan dari hasil Babak Uruguay. Sentimen dominan yang tersirat dalam berbagai tanggapan tentang Babak Uruguay tidak mengesankan antusiasme. Namun, hasil kalibrasi dan dasar sentimen ini perlu dipelajari mendalam. Sementara itu, di sisi lain perlu diingat bahwa akibatnya bisa fatal kalau ekonomi Indonesia jalan di tempat atau bahkan mundur, ketika bagian lain dunia ikut arus GATT. Ekonomi Indonesia kini bukanlah tanpa pijakan. Pertama, pengalaman reformasi Indonesia, yang diluncurkan dalam keadaan sulit, sudah terbukti positif. Pengalaman itu merupakan modal berharga untuk berhasil dalam pertarungan lebih tajam. Kedua, Babak Uruguay tidak berarti kebebasan yang tak berkaidah atau orde telanjang bulat. Alasan-alasan sah untuk proteksi tetap diakui. Tarif dan subsidi tidak hilang, tetapi dipotong, dirasionalisasi, dan didisiplinkan atau digiring ke bawah asas- asas dan aturan yang transparan, serta dijaga oleh birokrasi yang bersih dan efektif sebagai kontras terhadap adhokrasi. Ketiga, ada tenggang waktu cukup panjang bagi penyesuaian. Dengan demikian, bukan big bang yang akan terjadi, melainkan liberalisasi yang bertahap. Jika toh dalam 10 tahun ada pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan, mungkin sekali penanganannya yang salah. Kebetulan tahun 1994 adalah tahun raya bagi Indonesia. Tahun 1994 adalah tahun pertama Pelita VI dan PJPT II. Karena Gerakan Nonblok dan pertemuan (informal) pemimpin pemerintahan APEC, Indonesia harus menyiapkan usul- usul besar tentang ke mana kedua kamar Orde Dunia ini harus dituntun. Implementasi AFTA juga akan mulai, ketika dalam ekonomi masih bercokol berbagai distorsi atau kekuatan anti- persaingan yang tiap kali siap menghambat kemajuan. Kalau benteng-benteng distorsi ini diserbu jadi bukan dikilik-kilik hasil-hasil Babak Uruguay dapat menjadi angin buritan bagi perahu deregulasi Indonesia. Tetapi untuk itu tidak cukup lagi perubahan rutin ala Paket Oktober 1993. Ini adalah saat bagi visi baru, kreativitas, inovasi, dan keputusan tegar. Kalau tidak, bukan mustahil para kampiun perdagangan dan investasi dunia akan memunggungi Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus