Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tulisan "Merebut Beasiswa Negara Singa" (TEMPO, 6 Juli 1991, Pendidikan) sangat mengejutkan saya. Secara resmi, akan bebaskah anak-anak kita mendapatkan pendidikan dasarnya di luar negeri? Masalah ini saya pertanyakan, karena pada tahun lalu saya minta izin kepada kepala sekolah SD Strada Petukangan untuk anak saya, karena ia harus "cuti" mengikuti kami ke Jerman. Kata kepala sekolah, anak saya kalau kembali ke Indonesia harus turun kelas. Dengan alasan: sekolah di luar negeri, tidak ada mata pelajaran PMP, PSPB, dan IPS. Kalau itu memang peraturan, tentu, saya tidak mencari kompromi. Tapi, kalau penyimpangan ini diresmikan, apakah kita harus tetap berbangga dengan anak-anak top kita yang tak bisa lagi berbahasa Indonesia dengan baik, tidak tahu sejarah perjuangan bangsa, dan tak paham moral Pancasila? Menurut saya, beasiswa yang cukup menggiurkan itu seharusnya lebih dipikirkan lagi. Karena pengalaman saya memperlihatkan bahwa saya harus berupaya keras supaya nilai keindonesiaan anak tidak hilang, apalagi di usia yang sangat peka itu. NINUK Ehlentruper Weg 16 4800 Bielefeld 1 Germany
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo