Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah membaca tulisan Saudara Sony (TEMPO, 6 Juli 1991, Komentar) tentang kasus bocornya Ebtanas dan sikap mental pelajar saat ini, saya teringat pada makalah Bapak S. Mangunsarkoro tentang pendidikan kebudayaan dan masyarakat sekolah. Di situ, beliau mengemukakan bahwa yang penting pada sekolah bukan "mengajarkan" tapi "memberi kesanggupan" di bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan kehidupan beragama agar pelajar mampu menghadapi gejolak perubahan zaman. Jadi, sekolah bukan tempat untuk memperoleh angka atau peringkat bagi murid. Dapat dikatakan, pendidikan yang murni dan tulus telah kabur pada saat ini. Yang ada: seorang anak dituntut oleh orangtua atau lingkungannya untuk meraih angka-angka. Dengan kata lain, sekolah sebagai tempat mencari ilmu hanya tinggal sebagai ucapan di bibir saja. Jadi, tak usah kaget bila ada kasus-kasus norak seperti yang disebutkan di atas. Akhirnya sang murid hanyalah sebuah komputer dari teori-teori yang ada. Di mana kreativitas? Semua ini adalah bahan kajian kita bersama terutama para cendekiawan. Hal tersebut perlu ditinjau kembali. Begitu pula, arti menuntut ilmu yang hakiki perlu dirumuskan. Tentu saja hal ini menuntut waktu yang panjang. Bagi kita kaum awam, marilah kita tanamkan kepada generasi remaja kita akan pemahaman yang tegas, bahwa pendidikan adalah tempat untuk mencari ilmu, meluaskan wawasan, mengasah dan menajamkan nurani dan pikiran. Tempatkanlah angka-angka akademis itu pada posisi semula, yakni sebagai alat ukur atau pendeteksi sampai di mana tingkat pemahaman murid. Saya rasa, itulah dasar dunia pendidikan kita demi manusia yang berkualitas. TJENG YUSUF Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo