Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Berita Tempo Plus

Pembantaian di Kanjuruhan

Menggunakan gas air mata di dalam stadion merupakan kesalahan besar aparat. Apalagi, di Stadion Kanjuruhan, ditembakkan ke tribun penonton.

9 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Ilustrasi: Kendra Paramita
Perbesar
Ilustrasi: Kendra Paramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sudah jelas tertera dalam aturan federasi sepak bola internasional, FIFA, bahwa aparat keamanan dilarang membawa dan menggunakan gas air mata dan senjata api di stadion.

  • Suporter sepak bola di dalam stadion disamakan dengan perusuh di jalanan sehingga harus ditangani secara represif.

  • Putusnya urat malu dan miskinnya empati sepertinya sudah menjangkiti semua pihak yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa ini.

PEMBANTAIAN. Itulah kata yang lebih tepat untuk menyebut serentetan kelalaian yang membunuh 131 orang setelah laga sepak bola Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober lalu. Menyebutnya sebagai tragedi mengaburkan fakta sekaligus menyembunyikan penanggung jawab peristiwa itu. Bukti-bukti menunjukkan kematian sebagian besar pendukung Arema tersebut disebabkan oleh kebrutalan aparat keamanan dan ketidakbecusan penyelenggara pertandingan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus