Cara Mempercayai Bank LAKSAMANA SUKARDI KEPERCAYAAN merupakan modal utama bagi usaha perbankan sehingga masyarakat merasa aman menitipkan uang yang mereka miliki hanya dengan bukti selembar kertas yang ditandatangani oleh seorang pegawai bank yang pada umumnya bukan anggota direksi atau komisaris bank tersebut. Hal ini hanya bisa terjadi karena adanya kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan. Masyarakat sering bertanya bagaimana mengukur kepercayaan suatu bank. Adakah suatu tolok ukur bagi tingkat kepercayaan tersebut? Dan apakah setiap bank memiliki tingkat risiko yang berbeda? Dalam dunia investasi, kita mengenal risk-and-return principle, yaitu besarnya hasil investasi akan sama dengan besarnya risiko yang diambil. Jika kita menganut prinsip tersebut suku bunga deposito dapat dianggap sebagai tolok ukur tingkat kepercayaan suatu bank. Suatu perkembangan yang menarik dan hampir tak kita sadari, yaitu perbankan Indonesia pasca-Pakto sekarang ini sedang mengalami suatu transformasi tingkat kepercayaan terhadap bank-bank pemerintah dan bank-bank swasta. Ini ditandai dengan tingkat suku bunga beberapa bank swasta yang menyamai dan bahkan lebih rendah dari beberapa bank pemerintah. Pada 23 Mei 1991, suku bunga deposito 1 bulan adalah: Bank BNI 23%, BBD 23%, BDN 24%, BRI 24%, Bapindo 26%, BEII 22%, dan beberapa bank swasta devisa 23%. Suku bunga deposito 3 bulan adalah: Bank BNI 23%, BBD 24%, BDN 25%, BRI 25%, Bapindo 26%, BEII 22,5%, dan beberapa bank swasta devisa 23%. Hal ini tak pernah terjadi dalam sejarah perbankan Indonesia sebelum Pakto. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah benar bahwa menaruh uang di bank pemerintah lebih aman daripada di bank swasta. Lalu faktor apa yang membuat tingkat kepercayaan atau keamanan yang berbeda tersebut? Gejala tingkat suku bunga deposito beberapa bank swasta yang telah menyamai dan bahkan lebih rendah dari beberapa bank pemerintah tersebut merupakan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap bank swasta. Ini juga merupakan anggapan secara tidak langsung bahwa di alam deregulasi perbankan, beberapa bank swasta dan bank pemerintah memiliki tingkat kepercayaan yang sama di mata masyarakat. Jika kita menganalisanya lebih jauh, ternyata cukup sulit memungkiri anggapan tersebut. Apalagi jika kita ketahui bahwa tingkat kepercayaan atau tingkat suku bunga deposito pada umumnya dipengaruhi oleh "faktor teknis dan faktor nonteknis". Faktor teknis berupa kondisi assets dan liabilities tiap-tiap bank yang sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat suku bunga. Contohnya, bank yang mengalami kesulitan likuiditas akan berani membayar bunga setinggi apa pun. Kesulitan likuiditas tersebut pada umumnya disebabkan mismach antara dana dan pinjaman, atau akibat problem kredit macet yang dialami oleh bank tersebut. Dalam hal ini, bank swasta dan bank pemerintah punya posisi yang tidak berbeda, yaitu tidak ada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh bank pemerintah terhadap bank swasta. Faktor nonteknis merupakan faktor utama yang secara historis menempatkan bank pemerintah pada tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dari bank swasta. Ada anggapan, bank pemerintah tak akan bangkrut selama Republik Indonesia masih ada. Atau, bank pemerintah memiliki risiko yang sama dengan Indonesian sovereign risk. Di sinilah terjadi suatu transformasi yang telah membuat beberapa bank swasta besar berhak memiliki tingkat risiko yang sama dengan Indonesian sovereign risk. Beberapa bank swasta besar tersebut telah mampu meningkatkan skala usahanya, baik jumlah deposan dan penabung yang sangat besar dan tersebar di seluruh Nusantara maupun jumlah pemegang saham yang diperbanyak melalui usaha go public. Dengan demikian, bank swasta tersebut sudah dapat dianggap mewakili kepentingan masyarakat luas, baik individual maupun perusahaan, yang jika digabungkan akan menjadi kekuatan ekonomi yang tak kalah ukurannya dengan sebuah bank pemerintah. Persamaan hak untuk mendapat predikat memiliki risiko yang sama dengan sovereign risk ini, seperti pengalaman yang terjadi di Amerika. Ketika mengalami problem, ternyata Bank of America & Continental Illinois tetap dibantu dan diselamatkan oleh Federal Reserve Bank. Tindakan tersebut diambil karena pemerintah AS tak berani mengambil risiko yang akan terjadi jika bank-bank tersebut ambruk. Di samping itu, dengan adanya kecenderungan bank-bank pemerintah yang meningkatkan permodalannya dengan jalan go public -- nantinya akan membuat struktur/profil pemegang saham menjadi tidak jauh berbeda dengan bank swasta yang telah go public -ukuran tingkat kepercayaan akan lebih ditentukan oleh faktor teknis dan kondisi intern bank masing-masing, seperti likuiditas, efisiensi, dan kualitas manajemen. Karena kesehatan bank sulit diketahui secara pasti oleh masyarakat umum, satu-satunya ukuran yang dapat menggambarkan kondisi dan tingkat kepercayaan tersebut adalah tingkat suku bunga. Mengingat modal utama bank adalah kepercayaan, diharapkan masyarakat dapat menilai tingkat risiko dan kepercayaan setiap bank dengan melihat tinggi rendahnya suku bunga deposito yang ditawarkan. Jika kita mampu memasyarakatkan pengertian ini, kiranya dapat diharapkan bahwa perbankan akan berlomba-lomba membuktikan diri sebagai bank yang terpercaya. Caranya, mereka berlomba-lomba menurunkan suku bunga deposito, yang akhirnya dapat menurunkan suku bunga pinjaman dan menggairahkan dunia usaha. Mudah-mudahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini