Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Ekonomi Indonesia: Serba Kurang ...

Sistem ekonomi Indonesia merupakan gabungan positif dari sistem kapitalis & sosialis. Mengambil hal yang baik dari kedua sistem tidak mudah. Sistem di Indonesia serba kurang, lebih, gampang & serba perih.

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN hanya orang awam, "ahli"pun kadang-kadang bertanya-tanya mengenai perilaku perekonomian Indonesia. Istilah kejutan sering kita lihat cukup cocok, baik yang disengaja maupun yang tidak. Bahkan harus diakui bahwa pemerintah yang merupakan "pengendali" kehidupan ekonomi dapat pula sekali-kali "terkejut." Atau sebaliknya, dapat dengan sengaja membuat kejutan. Kadang-kadang ada celah dan beda pendapat antara masyarakat dan pemerintah. Suatu ketika ada kebijaksanaan "biasa" yang mengundang reaksi hebat di masyarakat, tetapi pernah pula pemerintah menganggap akan membuat kejutan, namun masyarakat justru menerimanya dengan tenang-tenang saja. Sebenarnya tiada yang aneh. Ekonomi bak suatu roda. Ada putaran yang tetap, namun ada bagian-bagian yang selalu bergiliran, kadang-kadang diatas kadang-kadang dibawah. Jadi di negara manapun masalahnya hampir serupa. Tak ada yang istimewa disini. "Ekonomi Indonesia dapat dimengerti dengan buku teks terbitan Amerika." Tapi Ilmu Ekonomi adalah ilmu tentang tingkah laku masyarakat. Ilmu ini gampang sekali menarik masyarakat karena masyarakat langsung merasakannya. Maka, tak perlu dimasyarakatkan, ilmu ini memasyarakat sendiri tanpa upaya berat. Ada perkecualian penting di sini. Kalau di pihak satu banyak orang-orang "awam" dengan mudah mengerti peristiwaperistiwa ekonomi di masyarakat, maka di pihak lain tidak jarang sarjana-sarjana di luar ekonomi amat sulit mengikuti perkembangan ekonomi negeri ini. Pupuk Diekspor, Tapi ...... Betapa tidak? Katanya negara ini negara agraris, dus produksi utamanya adalah komoditi pertanian. Tapi mengapa makin banyak komoditi pertanian yang diimpor? Katanya selama 2 Pelita prioritas pembangunan ditekankan pada pertanian. Tapi mengapa tingkat pertumbuhan sektor ini selalu yang terendahdi banding sektor lain? Bahan makan utama bangsa ini adalah beras, sehingga kalau GBHN menyatakan kita harus swasembada pangan tentunya usaha untuk swasembada pangan selalu ada unsur swasembada beras. Mengapa diramalkan impor beras akan terus meningkat? Di bidang-bidang lainpun masyarakat tidak henti-hentinya bertanya. Kalau produksi pupuk sudah mulai kelebihan, sehingga mulai diekspor, mengapa surat-surat kabar seringkali memberitakan petani menjerit karena susah mencari pupuk di masa musim tanam? Di bidang industri kendaraan bermotor, terutama sedan, kini ada keluhan adanya produksi lebih sehingga pasar lesu. Akibatnya kini perusahaan-perusahaan tersebut kalang kabut mempromosikan hasil produksinya. Di bidang tenaga kerja ada kontradiksi penting. Yang sarjana pun kadang-kadang tidak bisa mengerti. Katanya banyak penganggur, tapi mengapa cukup sulit untuk mencari tenaga kerja di pedesaan? Bahkan di daerah transmigrasi ada laporan penelitian yang menyatakan salah satu kesulitan adalah kurangnya tenaga kerja Bagaimana hal ini dapat diterangkan? Bila semua kontradiksi di atas sukar dicerna masyarakat, maka masyarakat lebih tidak mengerti lagi kalau pejabat pemerintah sendiri kadang-kadang juga menyatakan keheranannya bila dimintai tanggapan atas sesuatu persoalan ekonomi masyarakat. "Saya juga tidak mengerti mengapa barang-barang tetek-bengek ini diimpor." Mengenai kasus kesulitan pupuk di Jawa Barat pejabat yang berwenang mengatakan: "Janggal, angka-angka saya menunjukkan justru di sana masih ada kelebihan pupuk." Dalam sistim ekonomi memang antara lain orang percaya bahwa tidak perlu semua orang mengetahui semua hal. Tidak perlu (dan tidak mungkin) pejabat pemerintah mempunyai segala informasi bagi segala persoalan. Di sini ada unsur "tangan yang tak kelihatan," yang orang percaya mampu mengatur jalannya sistim ekonomi. Tapi ini sistim kapitalis yang tidak dipercayai oleh sistim ekonomi sosialis atau komunis. Dalam sistim terakhir pemerintah harus menjadi pengatur jalannya perekonomian, dus sebagai "tangan yang kelihatan." Indonesia memutuskan mengadopsi sistim campuran atau semacam sistim "gado-gado" dengan mengambil yang baik-baik dari kedua sistim ekstrim tersebut. Di sinilah masalah kita. Usaha untuk mengambil hanya yang baik-baik saja dari kedua sistim kapitalis dan sosialis, bukan hal yang mudah. Keliru-keliru dapat terambil yang paling tidak baik dari kedua sistim itu inilah keterangan populer bagi orang awam mengapa ekonomi Indonesia kok serba kurang, serba lebih, serba gampang, serba perih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus