SESUDAH lama ditunggu, akhirnya Presiden Carter mengumumkan
tindakan yang akan diambilnya untuk memperbaiki nilai dollar dan
inflasi di AS. Dalam putusan yang diumumkannya Rabu minggu lalu,
nampaknya Carter serius dan benar-benar bertekad untuk
membendung serangan terhadap dollar dan inflasi. Nampaknya kini
Carter punya peluang dan enerji untuk melakukan serangan frontal
di bidang ekonomi, sesudah perhatiannya selama ini terpusat pada
usaha muskil untuk membawa Israel dan Mesir bisa peluk-pelukan
lewat perundingan di Camp David.
Yang nampak kini bukan saja kemauan yang keras dari pemerintah
AS, tapi juga tersedianya dana yang cukup besar bagi AS untuk
melaksanakan operasinya. Dari bank-bank sentral Jerman Barat,
Swiss dan Jepang, AS akan memp oleh pinjaman dana US$ 15 milyar
dalam mata uang negara-negara tersebut untuk operasi pembelian
dollar dari pasaran, bila nilai dollar merosot terlalu jauh.
Fasilitas swap semacam ini sebelumnya berjumlah US$ 7,6 milyar.
Di samping itu pemerintah AS akan mengeluarkan obligasi sebesar
US$ 10 milyar dalam denominasi mata uang asin.
AS juga akan memanfaatkan IMF sebagai tambahan sumber dananya
dengan meminjam US$ 3 milyar dari badan moneter internasional
ini, di samping juga akan menjual jatah SDR-nya US$ 2 milyar,
yang akan merupakan penjualan SDR terbesar sejak sistim ini
diperkenalkan 9 tahun lalu. Tambahan dana lainnya akan berasal
dari pelelangan emasnya yang jumlahnya akan ditingkatkan menjadi
1,5 juta troy ons dari 750 ribu troy ons sebulan selama ini.
Apakah dengan dana yang cukup besar ini pemerintah AS cukup
mampu untuk melawan spekulator masih harus dilihat Tapi yang
jelas adalah satu hari sesudah Carter mengumumkan
kebijaksanaannya, dollar di pasaran Tokyo naik keras. Nilainya
dalam satu hari naik dengan 10 Yen menjadi 188 Yen. Di samping
itu harga emas di bursa London turun dari US$ 225 per ons
menjadi US$ 220.
Pasaran dollar selama ini memang sudah tidak mengandung logika
pasaran, dan sudah tidak rasional lagi. Pola tingkah lakunya
sudah didominir oleh spekulasi: satu hal yang bisa dimengerti
karena selama ini sikap pemerintah AS tidak menentu, Tapi kalau
nilai dollar pulih kembali dengan tindakan pemerintah AS yang
tegas ini, maka pengaruh yang pertama adalah perbaikan dalam
neraca pembayaran AS, dan ini bisa menekan nilai impor, yang
bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan inflasi.
Di sektor moneter, Bank Sentral Amerika (Federal Reserve sudah
memperketat kenaikan peredaran uang dengan menaikkan suku bunga.
Ini juga sudah diikuti beberapa bank besar, di antaranya Chase
dan Chemical Bank, yang baru-baru ini menaikkan tinggi bunga
primernya dengan 0,5%. Kenaikan bunga deposito akan menarik
dollar dari peredaran dan berkurangnya jumlah dollar yang
beredar ini akan memperbaiki nilainya di pasaran. Tentu saja
kebijaksanaan kredit ketat ini akan mengurangi kegiatan ekonomi,
tapi dalan jangka panjang, kalau tingkat harga sudah stabil,
tingkat investasi akan bertambah, begitu para investor punya
kepastian.
Di sektor fiskal, Carter berjanji akan memegang teguh disiplin
anggaran belanja, di antaranya dengan memperketat jumlah pegawai
negeri, yang tahun fiskal ini diharapkannya akan berkurang
dengan 20.000 orang. Carter berharap akan mengurangi defisit
anggaran belanja dengan US$ 10 milyar menjadi hanya US$ 30
milyar untuk tahun fiskal 1980, yang akan datang.
Ke Abu Dhabi
Untuk menekan supaya perusahaan di dalam negeri tidak menaikkan
harga seenaknya, Carter memperkenalkan "standar harga sukarela".
Artinya dia minta industri AS supaya hanya menailkan harga tak
lebih dari 0,5% dari kenaikan rata-rata yang terjadi 1976-1977.
Ini bukan undang-undang, tapi nampaknya Carter bisa main keras,
bila perusahaan berniat membangkang. Carter bilang dia bisa
menghapus kwota impor -- yang berarti kran impor dibuka lebih
besar, dan biarkan perusahaan dalam negeri bersaing dengan
impor. Atau bagi perusahaan yang mempunyai kontrak dengan
pemerintah AS, kontraknya bisa dicabut bila tak memenuhi bujukan
Carter.
Kalau himbauannya kepada perusahaan ada kans untuk berhasil,
nampaknya tak demikian halnya dengan himbauannya kepada buruh.
Permintaan Carter agar organisasi buruh menahan diri dengan
membatasi tuntutan kenaikan gajinya dengan 7% sudah mendapat
tentangan keras dari organisasi buruh yang besar, sekalipun
Carter menjanjikan "pengembalian pajak" (rebates) untuk buruh
bila inflasi ternyata lebih tinggi dari 7%.
Bila program anti inflasi ini berhasil maka inflasi di AS
diharapkan turun menjadi 6 atau 6,5% setahun, dibandingkan
dengan inflasi tahun ini yang diperkirakan mencapai 8%. Namun
demikian, September kemarin, indeks harga melonjak lagi dengan
0,9%, sesudah dua bulan sebelumnya hanya naik dengan 0,5 dan
0,6%. Ini menyebabkan tingkat inflasi tahunan di bulan September
menjadi 9,6%, tingkat yang masih tinggi untuk standar AS.
Kalau dalam negeri usaha Carter bisa berhasil, maka masih ada
satu hal yang membayanginya. OPEC nampaknya berusaha keras untuk
menaikkan harga minyak mulai tahun depan bila mereka bertemu di
Abu Dhabi Desember ini. Konsensus sudah tercapai, bahwa harga
minyak akan naik, sekalipun besarnya kenaikan masih merupakan
objek spekulasi, di seputar 5%-10%.
Bagi OPEC, keadaan dollar rupanya sudah begitu parah, hingga
Arab Saudi dan Iran (yang tadinya ngotot untuk mempertahankan
harga) kini tak bersemangat untuk bersikap lunak lagi.
Bila benar harga minyak akan naik dengan 10%, atau US$ 1,30 per
barrel, maka konsumen minyak dunia akan harus mengeluarkan
tambahan US$ 20 milyar satu tahunnya. Ini akan memperlemah usaha
AS dalam mengatasi masalah dollar dan inflasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini