Saya, sebagai simpatisan Golkar, berharap pada pemilu mendatang Golkar menjadi mayoritas tunggal. Harapan ini, rasanya, bukanlah hal yang muluk, asalkan Golkar mau mengamati dan menanggapi suara hati nurani rakyat. Semua orang tahu, umumnya, pejabat negara dari atas hingga bawah adalah anggota Golkar. Tapi, seperti yang dikemukakan Suharsono dalam "Korupsi dan Kita: Siapa yang Salah?" (TEMPO, 8 Januari, Komentar), masih banyak oknum pejabat negara, yang notabene anggota Golkar, hidup dari hasil usaha yang tak terpuji. Inilah yang menjadi sorotan masyarakat, sekarang. Itu memang bukan cerita baru, tapi Golkar terlalu lamban menanggapinya. Umumnya, mereka yang ditindak atau ditelevisikan sama sekali bukan oknum yang diharapkan masyarakat. Akhirnya, itu hanya menimbulkan cemooh orang banyak. Dalam hal inilah, bila Golkar ingin meraup suara dan simpati rakyat pada pemilu mendatang, mulailah menertibkan dan membersihkan diri. Itu, terutama, untuk anggota Golkar di pemerintahan yang memegang jabatan dan tingkatan. Memang sekaranglah saatnya Golkar menertibkan diri. Tunjukkan kepada masyarakat bahwa Golkar juga mampu menertibkan diri ke dalam. Tindak dengan tuntas oknum Golkar yang menjadi pejabat negara yang kerjanya merugikan negara dan masyarakat. Bila ini sudah dilakukan, rakyat Indonesia yang manakah yang tidak akan bersimpati pada Golkar? Kalau tidak, adalah tidak mustahil Megawati (PDI) yang meraup suara terbanyak. Bahkan, tidak mustahil, PDI bisa merebut mayoritas tunggal, apalagi sekarang ini angin keterbukaan dan demokratisasi bertiup semakin kuat. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa "Beringin" tumbang. Semoga tidak demikian, asalkan saja Golkar sigap menanggapi kehendak rakyat. Kita tak bisa hanya bertumpu pada hasil karya pembangunan yang dicapai Golkar. Sebab, sekarang ini, oleh masyarakat, hal itu dianggap wajar.H.A. ILYASKompleks TSBI Blok F-8 Medan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini