RIA Irawan letih, lalu stres. Begitulah alasan bintang film dan pemain sinetron yang kenes itu sehingga ia tidak bisa hadir dalam pemeriksaan di Kantor Kepolisian Sektor Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat pekan silam. Untuk meyakinkan polisi, bahkan ibunya, Ade Irawan, melampirkan sepucuk surat keterangan psikiater yang menegaskan kondisi yang sedang dialami Ria. Stres itu tentu bukan akibat lelah memerankan Juminten dalam lakon sinetron Lika-liku Laki-Laki. Sebab, sejak dua pekan lampau, secara maraton -- dari malam hingga dinihari -- polisi menanyai Ria tentang kematian Raden Mas Atas Rifardi Sukarno Putro, 22 tahun. Aldi, begitu panggilannya, ditemukan tewas di rumah Ria, Jalan Anggrek C-28, Lebak Lestari, Jakarta Selatan, 12 Januari silam. Dalam pemeriksaan terakhir, seorang penyidik sempat mengingatkan: jika jawabannya terus-menerus tidak jelas, tanya jawab ini bisa berlangsung sampai sebulan. Setelah itu, Ria dikabarkan ambruk. Menurut sumber di kepolisian, kesaksian Ria dalam kasus tewasnya Aldi dianggap berbelit-belit. Setiap ia diperiksa, selalu muncul jawaban baru yang tidak konsisten dengan keterangan sebelumnya. Akibatnya, malah memancing kecurigaan polisi bahwa Ria yang belakangan juga menyutradarai videoklip ini mencoba bersandiwara. Bahkan, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Mayor Jenderal Hindarto, sampai menyatakan akan menggunakan alat pelacak kebohongan untuk mengejar cerita sejujurnya dari bibir mungil si bintang sinetron ini. Para pembaca koran yang tekun melahap berita dari hari ke hari banyak yang menyesali sikap Ria yang seperti ragu untuk buka-bukaan -- agar kasus tewasnya Aldi, yang sementara ini disimpulkan polisi akibat menelan obat melewati takaran, bisa terungkap. Dari wawancara TEMPO dengan berbagai sumber -- dikaitkan dengan hasil pemeriksaan polisi yang bisa dikais -- peta persoalan paling sedikit dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Versi pertama, dengan menyimak pengakuan Ria, Aldi telah berada di rumahnya pada Selasa, 11 Januari, sekitar pukul 20.00. Mereka berbincang berdua. Konon, Aldi mengeluh soal rumah tangganya yang baru diarunginya persis satu bulan. Tak lama kemudian, datang Rizal Mantovani pacar Ria yang paling gres alias terbaru. Pertemuan segitiga membuat suasana pada mulanya agak canggung. Namun, Aldi yang luwes segera mencairkannya. Mula- mula ia mengomentari pilek Rizal. Mereka bahkan kemudian mengobrol akrab sampai sekitar pukul 22.00, saat Ria mengajak Rizal ke luar rumah (lihat: Rizal Mantovani Ketiban Apes). Rencananya, mereka pergi menonton bioskop dan makan di luar sambil sekalian mengantar pulang Nurkhasanah, 23 tahun, juru rias Ria, yang biasa dipanggil Anna. Sewaktu hendak berangkat, Aldi sempat bilang pada Ria, ia ingin membicarakan suatu hal. Ria hanya menjawab, "Nanti dulu, deh." Dengan sedan Honda Concerto warna putih miliknya, Ria bersama Rizal dan Anna menuju kediaman Anna di daerah Manggarai. Jaraknya sekitar 45 menit bermobil dari Lebak Bulus. Karena mereka tak mau repot melewati jalan-jalan sempit, Anna lalu diturunkan di Jalan Sahardjo, sekitar 3 kilometer dari rumahnya, terselip di sebuah gang padat dalam kawasan Menteng Dalam Atas. Cerita Ria itu cocok dengan keterangan Kholim alias Hermawan. Suami Anna yang sehari-hari menjadi juru lampu dalam pembuatan film itu mengatakan, istrinya tiba di rumah sekitar pukul 23.00. Sesudah mengantar Anna, Rizal dan Ria batal menonton. Menurut ceritanya, mereka hanya raun keliling kota seraya asyik mengobrol. Dan tiba kembali di rumah Ria, Jalan Anggrek, sekitar pukul 02.00, ya, sudah dinihari, bertemu lagi dengan Aldi. Tamu ini, sepeninggal Ria dan Rizal tadi, menurut Mat Ali -- penjaga rumah Ria -- juga berangkat. Hanya sebentar, kembali lagi. Ria mengaku, saat itu ia terkejut. Sebab, Aldi hanya mengenakan singlet dan celana dalam. Wajahnya melompong, tampak acuh tak acuh. Mata rantai informasi tampak agak terputus di bagian cerita Ria dan Rizal berkeliling kota selama tiga jam ini. Apakah mereka memang hanya putar-putar kota, atau langsung kembali ke Jalan Anggrek. Artinya, ada kemungkinan mereka sudah berada di rumah sekitar pukul 00.00. Selain itu, ada juga keraguan mengenai waktu kedatangan Aldi pertama kali di rumah Ria. Sebab, sekitar pukul 20.00 Aldi diketahui sedang berada di Jakarta Hilton Convention Center. Ia di sana mulai senja, bersama panitia penyelenggara konser Twilite Orchestra yang pentas dalam acara ulang tahun ke-60 Unilever. Kemudian, tak seperti biasanya, sebelum konser berakhir, Aldi meninggalkan acara itu. Agaknya, ia punya janji dengan seseorang. Sebelumnya, seorang teman sempat menyapa, "Mau ke mana?" Aldi, yang tampak tak sesantai biasanya, menjawab hendak menemui seseorang, tanpa menyebutkan nama. Dari Hilton -- ada yang mengetahui -- ia mampir di Sekretariat Twilite Orchestra, Jalan Percetakan IV, Kebayoran Baru. Menurut seorang pengurus yang berada di sana, sekitar pukul 20.30, Aldi mengambil buku hariannya yang tertinggal. Sepanjang siang, sejak pukul 14.00, Aldi memang berada di kantor itu. Seperti biasa, untuk mengobrol dan bercanda. Singgah di situ sekitar sepuluh menit, Aldi lalu pergi entah ke mana. Besar kemungkinan, dengan mengendarai mobilnya, Grand Civic warna hijau, ia menuju rumah Ria. Normalnya, perjalanan dapat ditempuh sekitar 20 menit. Namun, malam itu hujan deras. Sehingga, diperkirakan Aldi baru tiba di Jalan Anggrek sekitar pukul 21.00. Di bagian ini cerita Ria mulai tak cocok. Sehingga, muncul kemungkinan versi kedua. Begini. Diduga, di Jalan Anggrek, Ria tak hanya ditemani oleh Anna. Tapi juga ada "pihak lain" yang sengaja mengatur agar Aldi datang ke Jalan Anggrek. Ada apa di balik rencana mereka, ini yang masih serbaremang. Namun, "pihak lain" ini tak langsung menemui Aldi. Mereka menunggu Ria dan Rizal keluar rumah mengantar Anna. Rupanya, Aldi, yang diharapkan menunggu kembalinya Ria dan Rizal, juga meninggalkan rumah Ria untuk pulang ke rumah istrinya, Ipunk. Jaraknya hanya sekitar 2,5 kilometer. Menurut Ipunk, suaminya sampai di rumah sekitar pukul 22.00. Dan sepuluh menit kemudian pergi lagi. Tapi kali ini tak memakai mobil, hanya jalan kaki. Sehingga, Ipunk mengira Aldi mau pergi ke toko-toko di sekitar rumahnya. Seperti biasanya, untuk mencari penganan. Karena Aldi tak pamit jelas, Ipunk pun tak tahu ia pergi ke mana. Tapi, menurut Zainuddin alias Udin, Aldi menemuinya sekitar pukul 24.00, tak lama setelah portal di kawasan itu ditutup. Satpam Pondok Indah yang dikenal Aldi dengan akrab itu bilang tidak melihat tanda-tanda Aldi sedang teler. Mulanya, Aldi akan meminjam sepeda Udin. "Gue mau ke rumah teman, gue nggak bawa duit, dompet gue ketinggalan di rumah," kata Aldi. Tapi kemudian Udin malah diminta memboncengkannya ke rumah Ria. Tak sampai persis di depan rumah, Aldi minta diturunkan. Waktu itu kira-kira pukul 00.20. Besar kemungkinan, pada saat itulah Aldi bertemu dengan "pihak lain" yang menunggunya. Tidak jelas apa yang mereka bahas dan kerjakan. Yang pasti, 1,5 jam kemudian Aldi telah "berubah": hanya bercelana dalam dan pandangannya kosong, seperti yang ditemui Ria dan Rizal setiba mereka di rumah tadi. Baik tinjauan versi pertama maupun yang kedua sebenarnya masih lebih utuh daripada apa yang terjadi setelah pukul 02.00 sampai ditemukannya Aldi meninggal. Sebab, pada jam-jam tersebut, tidak ada saksi lain kecuali Ria dan Rizal. Sehingga, mau tak mau keterangan pasangan inilah satu-satunya sumber informasi. Menurut keterangan mereka di depan polisi, setelah risi melihat tingkah Aldi yang hanya bercelana dalam itu, Rizal pergi tidur di kamar lantai atas. Sedangkan Ria menemani Aldi bermain organ sambil makan pisang goreng sampai sekitar pukul 03.00. Ria lalu menyusul Rizal tidur. Aldi dibiarkan sendirian di bawah. Rizal bangun sekitar pukul 05.30 dan bergegas pulang. Saat itu, ia sempat melihat Aldi berbaring dengan berbantalkan tangan. Menurut penuturan Rizal, Aldi belum tidur, dan malah diceritakan sempat mengangguk sebagai tanggapan atas pamitnya Rizal. Sekitar pukul 07.00, Ria bangun. Sebelum mandi, ia menyelimuti Aldi yang tidur setengah telanjang sambil mendengkur. Pada saat itu pula, awak sinetron Lika-liku Laki- Laki tiba untuk menjemput Ria yang akan syuting. Mereka hanya menanti di teras, sementara Ria masih mandi. Semasa menunggu, Sutiman, salah seorang awak, mendengar suara dengkuran yang keras. Satu jam kemudian, tiba-tiba Ria membuka pintu dan berseru panik, "Mas Timan, teman saya mulutnya berdarah." Menurut pengakuan Ria di depan polisi, ia menghubungi ibunya, Ade, yang rumahnya hanya berjarak sekitar 200 meter. Dokter pribadi Ria, Al Bachri Husein kemudian ditelepon. Yang datang koleganya, Dokter Sudirman. Setelah memegang nadi Aldi, Sudirman menyatakan pemuda itu telah meninggal dunia. Namun, Ria belum segera menghubungi polisi. Justru salah seorang familinyalah yang mengontak Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Sekitar empat jam setelah korban dinyatakan meninggal, polisi datang hampir berbarengan dengan Rizal, yang ditelepon Ria. Karena tak siap, Ria dan ibunya tak mengizinkan polisi segera masuk ke rumah. Mereka minta waktu 15 menit. Ini aneh. "Seolah-olah mereka sedang menyiapkan jawaban," kata Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Letnan Kolonel Adang Rismanto. Urusan bertambah kusut karena, selama pemeriksaan, Ria tidak pernah konsisten menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi sejak pukul 08.00 sampai datangnya polisi sekitar pukul 12.30 itu. Sekali lancung keujian, kata orang, maka semua keterangan Ria dan Rizal malah mengundang keraguan pihak pemeriksa. Meski keterangan tentang penyebab kematian (visum et repertum) dari Laboratorium Kriminal Markas Besar Polri dan Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia belum keluar, polisi berkesimpulan sementara: Aldi tewas akibat overdosis. Kecurigaan ini didasarkan atas adanya busa di mulut korban dan penemuan sejumlah pil di tempat kejadian. Pil ini masih diperiksa. Dan sumber di kepolisian menyebutkan bahwa jenisnya hanya beredar di kalangan jetset Ibu Kota. Besar kemungkian: Ecstasy, obat perangsang yang menimbulkan efek gembira yang berlebihan. Tapi kerabat Aldi tak pernah tahu ia memakai obat. "Jangankan obat bius, merokok pun tidak," kata istrinya, Ipunk. Tak aneh jika timbul dugaan: ada yang mencekoki Aldi dengan obat itu. Apalagi, jika dipertautkan dengan info Udin, sewaktu ia mengantar Aldi ke rumah Ria, kondisi Aldi masih sehat walafiat. Dalam hal ini pihak polisi berpendapat lain. Mereka punya catatan mengenai beberapa teman dekat Aldi yang diketahui sebagai pemakai obat itu. Sumber pemasok mereka: sebuah diskotek di bilangan Jakarta Pusat. Bukan tak mungkin Aldi termasuk pemakai obat juga. Dan pada malam itu, ia memakai terlalu banyak. Selain itu, tak tertutup kemungkinan ada kaitan Ria dengan jaringan pemasok Ecstasy. Apalagi, artis yang punya usaha garmen dan usaha produksi film atau video ini sering dikabarkan punya bisnis sampingan. Yaitu, wanita panggilan dengan tarif sekitar Rp 5 juta semalam. Bahkan, juga menjadi gunjingan di kalangan hura-hura Jakarta, Ria dijuluki bagai "apotek" bagi mereka yang ingin mendapatkan Ecstasy. Konon, menurut seorang artis yang pernah main bersamanya, Ria yang lincah dan pernah bertualang dengan paspor samaran itu juga sering jahil. Pernah, minuman seorang awak film diberinya obat. Keruan saja, si pekerja itu teler, lalu menjadi bahan olok-olok Ria dan kawan-kawannya. Boleh jadi Aldi hanya korban keisengan Ria. Tapi sumber polisi tidak menampik dugaan adanya "pihak lain" yang memanfaatkan kebiasaan ini untuk menyudutkan Ria hingga ia terdepak dari arena persaing-an bisnis obat bius. Bagaimana persisnya kejadian yang melatari musibah yang membawa maut bagi Aldi, kata kuncinya memang terletak di tangan Ria Irawan. Sekaligus, dengan demikian, ia sendiri yang bakal menentukan statusnya untuk tetap sebagai saksi dalam kejadian ini. Seandainya dalam kasus ini memang terselip urusan bisnis obat bius, dan itu bisa terbongkar pula janji Kapolri Letnan Jenderal Banurusman, akan menuntaskan pemeriksaan Ria dalam beberapa hari mendatang ini tentu sebuah sukses bagi polisi. Seperti kata peribahasa, sekali merengkuh dayung dua tiga urusan bisa dipentung.Ivan Haris, Taufik T. Alwie, dan Rihad Wiranto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini