Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Humor Jurnalistik 1980

Patih kodya Bandung pelanggan semua jenis mas media, tak ada kaitannya dengan membacanya. penyimak siaran berita dalam berbagai bahasa, hingga dapat mengetahui kejadian di indonesia yang tak ada di mas media.

10 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PATIH Gajahmada jangan lekas besar kepala, karena di dalam wilayah hukum Kotamadya Bandung -- percaya atau tidak -- terdapat lebih dari cuma satu patih. Resmi, berkantor, berstempel, berseragam, dan dengan sendirinya bergaji dan berpensiun. Bedanya, kalau patih zaman dulu kerjanya cuma bercekak pinggang dan memamah tembakau serta berteriak bagaikan guntur, kini lebih terarah dan terpadu. Tak putus-putusnya lokakarya dan seminar dan ditatar dan menatar sehingga sang bawahan nyaris lupa roman wajah juragannya sendiri. Salah satu dari patih-patih itu punya kelebihan dari yang lain, paling sedikit dari satu segi. Dia tak mau dapat koran atau majalah gratis atau yang ditarik dari gaji bulanan, melainkan dibelinya sendiri dengan uang yang langsung dirogoh dari koceknya. Seperti kucing melihat kepala ikan, begitulah sang patih melihat mass-media yang tampak di ujung hidungnya. Semua yang namanya koran harian, semua yang namanya koran mingguan, semua yang namanya koran yang tak bisa ditentukan persis kapan terbitnya, dibelinya belaka. Puas? Apanya yang bisa bikin puas di dunia ini? Koran adalah koran, dan majalah adalah majalah. Maka segala rupa majalah pun dibelinya belaka tanpa pikir dan tanpa tawar. Yang tipis, yang tebal, yang malang dan yang melintang, disapunya dengan gemas. Hampir dapat dipastikan, sang patih merupakan konsumen mass-media terakus di dunia. Tak satu pun diperbolehkan lewat tanpa ditelannya. Penyakit macam apakah ini namanya? Bukan penyakit. Ini apa yang disebut "koran masuk patih". Apakah semua barang belian itu dibacanya? Di sini satu hal harus dicamkan: membeli koran dan majalah tidak ada sangkut pautnya dengan membaca koran dan majalah. Antara keduanya harus dipisahkan secara tegas seperti kita memisahkan ikan kembung dengan ikan mujair. Tidak ada aturan orang mesti beli koran dan majalah, seperti halnya tidak ada aturan orang mesti baca koran dan majalah yang sudah dibelinya. Dunia sudah penuh sesak dengan aturan, karena itu tidak ada manfaat menambah-nambah. Kalau demikian halnya, apa yang dilakukan sang patih? Adonan segala rupa mass-media itu disusunnya rapi-rapi, seperti seorang nyonya menata konde, koran sesama koran, mingguan sesama mingguan, majalah sesama majalah. Tak seorang pun boleh menyentuh, hatta mertuanya sendiri. Pernah seekor tikus mengerikiti, diubernya perusuh itu sampai ke RW lain, dan bagaikan gergasi makhluk itu dibantingnya hingga lenyap masuk tanah. Semua penduduk meloloskan kepala dari jendela dan bertepuk tangan gegap gempita karena salah satu pengganggu pers sudah dikirim ke alam lain. Harap jangan lekas-lekas mengira sang patih seorang pejabat Kotamadya Bandung yang dungu. Tidak sama sekali! Sebab, seorang patih yang dungu segera dikaryakan sebagai tukang bakso. Dia punya radio kualitas tinggi dengan tiang antena menyentuh awan. Tiap ada waktu luang telinganya melekat di pesawat dan mengembaralah dia dari satu gelombang ke gelombang lain hingga gelombang yang terpancar dari Kutub Utara. Disimaknya baik-baik siaran berita dalam bahasa Swahili, bahasa Benggali, bahasa Khmer, bahasa Tamil dan rupa-rupa bahasa Balkan yang ganjil. Dari situlah sang patih tahu apa yang sebetulnya terjadi di negerinya Indonesia bahkan apa yang terjadi di terminal Cicaheum. Karena itu jangan heran jika di depan pegawai-pegawai kantornya dia dianggap semacam hantu yang tahu segala rupa kejadian yang tak seorang pun pernah membacanya di koran dan majalah atau lewat pemberitahuan humas. Semua mulut menganga, dan semua kepala geleng-geleng. Tapi . . . jangan dikira sang patih tidak menghadapi kesulitan. Berhubung tumpukan mass-media sepanjang tahun 1980 sudah memadati seantero rumah, terpaksa dia tinggal di hotel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus