APA kamu mau jadi insinyur? Tidak. Atau mau jadi dokter? Apaan
itu dokter? Tidak. Publisistik barangkali? Apa-apaan itu? Tidak.
Sebetulnya bapak kepingin kamu jadi sastrawan karena kata orang
kemelut dunia hanya bisa dibereskan oleh sastrawan, bagaimana?
Jangan main-main pak, orang tua yang baik itu bukanlah dia yang
mau bikin anaknya kejeblos. Habis mau jadi apa? Testing
Perintis sudah di ambang pintu, lho. Kamu tentu tahu peminat
seperti semut padahal lubang cuma satu. Tidak mati kegencet saja
sudah untung kamu. Negeri ini sudah cukup sulit, tak ada waktu
buat orang cerewet. Begitulah kataku kepada sang putra yang baru
lulus SMA. Atau kamu mau jadi makelar saja?
Saya mau jadi tentara, pak. Kuulangi sekali lagi supaya jelas,
saya kepingin jadi tentara, kepingin masuk Akabri. Apa kira-kira
kamu sudah pikir-pikir dan punya alasan? tanyaku. Anakku tertawa
terbahak-bahak begitu mendadak dan kerasnya sehingga kaget aku
dibikinna. Apa bapak tidak pernah baca koran? Apa bapak tidak
pernah nonton televisi? Apa bapak tidak punya mata dan telinga?
Tak perlu lagi penjelasan, segalanya kuanggap sudah cuhup
terang benderang. Jangkrik di liangnya pun sudah mafhum apa itu
maksud dan manfaat masuk Akabri. Saya hanya minta bapak sediakan
ongkos yang diperlukan. Itu saja tugas bapak, tidak lebih dan
tidak kurang.
Begini, anakku sayang. Potonganmu memang amatlah memadai
sehingga terus terang bapak sendiri suka menggigil duduk di
sampingmu. Pikiranmu sungguh cerah, perasaan halus, mudah
terharu, suatu sifat yang diperlukan oleh seorang prajurit yang
baik. Bapak dengar, tentara itu bukan sekedar mesti sigap
menghadapi lawan, tapi sekaligus juga harus pandai melawan nafsu
buruk yang muncul dari dalam dirinya. Apa betul begitu entahlah,
tapi kaidah itu tampaknya tidak bermaksud jelek apalagi
memancing keresahan. Kupakai istilah "keresahan" ini bukan
karena apa, soalnya kusenang karena sedap kedengarannya.
Baiklah, pak. Bapak sudah setuju, bukan? Memang mesti begitu,
tidak ada pilihan lain. Dan keuntungan saya jika jadi tentara
bagai pelangi yang tiap warnanya memperindah langit. Misalnya,
tanyaku. Misalnya martabat keluarga kita akan terangkat. Dan
bukan saja keluarga, melainkan segenap warga RT pun akan ikut
kebagian. Bayangkan, pak. Ada perbedaan jauh antara RT yang
tidak ada penghuni tentaranya dengan RT yang ada penghuni
tentaranya. Apa soal-soal sederhana seperti ini tidak jelas?
Lurah akan menenggang, bahkan maling pun akan berpikir dua tiga
kali sebelum mengambah kaki.
Sekarang begini, nak. Apa kamu pernah dengar nama Sun Tzu? Siapa
itu Sun Tzu? Tukang roti panggang? Tidak ada urusan. Bukan, sama
sekali bukan, makan roti pun barangkali dia tidak. Jika bapakmu
orang bodoh ini tidak keliru, Sun Tzu itu empunya teori perang
yang Clausewitz pun bagaikan kutu belaka. Orang kuno sih orang
kuno, maklum di sekitar 551 sebelum Masehi, tapi perkara ilmu
strategi, manuvre, pengetahuan medan, main intel-intelan, cara
menyerang, logistik, kesemuanya itu dasarnya berangkat dari
pikirannya. Apa kamu tidak merasa perlu pelajari dulu Sun Tzu
ini sebelum masuk akademi tentara?
Bapak ini ada-ada saja. Museum barangkali perlu, tapi
kemiliteran praktis tidak. Apa bapak kira tentara itu hanya
untuk urusan perang? Tanpa ada perang pun tentara itu
diperlukan. Ada musuh atau tidak ada musuh tidaklah jadi masalah
benar. Bukankah sekarang ini yang diperlukan adalah damai dan
waspada? Jalan pikiran bapak tampaknya mesti disetel kembali
karena ada yang kendur di sana-sini. Jangan-jangan ada sekrup
yang salah pasang, ini maaf-maaf saja, pak. Tentara mutakhir
memerlukan ilmu mutakhir. Kalau saya mesti terangkan
sekecil-kecilnya, pastilah akan membikin kepala bapak pening.
Habis baiknya bagaimana? Cukup bapak restui saya, kemudian
sediakan ongkos yang tidak seberapa, sekali-sekali jenguk saya
ke asrama agar supaya bapak bisa terlongo-longo, atau tunggu
saya pulang cuti menurut tata aturan yang berlaku. Seorang putra
dari akademi militer pulang menengok bapaknya -- percayalah --
sama halnya dengan seekor rusa masuk kampung sehingga akan
mendatangkan sedikit kegemparan yang membawa keasyikan
tersendiri. Ini sungguh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini