Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kata tuan pinontoan

Perbedaan agama dalam bentuk persaingan tidak sehat, membuat bangsa indonesia tidak saling mengenal, menghargai dan kerja sama. perintis kristen dan islam dalam mencari penganut, merendahkan agama lain.

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONGRES pertama para tuan dan nona muda tahun 1926 sungguh merupakan kongres para tuan di negeri sendiri. Tak ada rasa risi, ketika mereka mulai duduk dan untuk pertama kalinya berkata-kata sebagai tuan yang merasa punya hak menentukan sejarah. Meski di kala itu tak nampak pertanda bahwa pemerintah kolonial Belanda mulai meragukan hak pertuanannya atas negeri yang dijajahnya. Kehjdupan pun tak menjadi lebih longgar--malah meningkat untuk kemudian memuncak pada rentetan penangkapan, pembuian dan pembuangan tahun-tahun 30-an. Gagasan-gagasan yang dilontarkan dalam kongres tersebut merupakan manifestasi pengalaman kemerdekaan--yakni pengalaman sebagai tuan yang bebas menentukan kehendak sendiri. Peristiwa Kongres Pemuda Indonesia Pertama alhasil merupakan peristwa bersejarah. Bermula dari gagasan-gagasan pendahuluan yang dirumuskan dalam kongres ini, dua tahun kemudian tercetuslah Sumpah Pemuda. Cetusan yang senilai dengan harga Indonesia sebagai kesatuan bangsa, kesatuan nusa dan bahasa. Realisme Tahun 1926 Termasuk pidato Tuan M. Tabrani selaku Ketua Panitia Kongres, ada tujuh orang pembicara yang membahas empat hal pokok yang sudah ditentukan. Yaitu persatuan Indonesia, kedudukan wanita, Bahasa Indonesia, dan tugas agama dalam gerakan (nasional). Hari terakhir, 2 Mei 1926, setelah pidato Tuan Mohamad Yamin yang panjang dan berapi-api tentang Kemungkinan-kemungkinan masa depan bahasa-bahasa dan sastra Indonesia, tibalah giliran Tuan P. Pinontoan membacakan makalahnya berjudul Tugas Agama Dalam Pergerakan Nasional. Dalam makalah yang hanya sekitar 1.500 kata, Tuan Pinontoan telah menyentuh salah satu soal inti mengenai persatuan bangsa. Ia berbicara tentang tugas agama-agama (khususnya Islam dan Kristen) di tengan perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Sebagaimana para pembicara yang lain, Tuan Pinontoan pun penuh roh persatuan. Dalam semangat meluap-luap menggalang segenap potensi bangsa, Tuan Punontoan menempatkan agama-agama juga sebagai bagian dalam gerakan bangsa untuk mencapai hari depan bersama, yaitu kemerdekaan dan kesejahteraan. Dengan melabuhkan tujuan-tujuan keagamaan searah dengan cita-cita kemanusiaan yang diperjuangkan dalam ruang lingkup pergerakan nasional, Tuan Pinontoan berupaya mengaitkan seerat-eratnya aspirasi keagamaan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam cita-cita kemerdekaan. Timbul kesan pandangan kongres tentang nilai dan soal-soal kemanusiaan lebih luas dibanding agama-agama itu sendiri. Sekurang-kurangnya bagi Tuan Pinontoan, agama-agama mestinya punya arti yang lebih positif untuk turut memecahkan soal-soal kemanusiaan umumnya. Peristiwa dan gagasan-gagasan yang tumbuh di sekita Sumpah Pemuda sering disebut sebagai suatu "loncatan sejarah jenial, yang membuka cakrawala pemikiran baru" dan generasi 20-an. Yang mampu berpikir dan bertindak melepaskan diri dari kesempitan alam suku, adat, ideologi dan agama serta mampu pula menerobos ke luar dari batas-batas logika penjajahan. Kesulitan Tuan Pinontoan serta-merta menjadi kentara karena seperti ideologi, agama-agama bersifat komprehensif utuh dan universal. Meski dalam ruang-lingkup kehidupan nasional, realitanya baik ideologi maupun agama cenderung merupakan pengelompokan "primordial" yang tertutup. Namun, lepas dari kesulitan dan kegagalan melabuhkan tujuan tujuan keagamaan yang total dan utuh itu ke dalam cita cit nasional, realisme 1926 mampu merumuskan persoalan bagi agama-agama di masa depan. Yaitu bagaimana menempatkan agama-agama demi melangsungkan tugas-tugas kemanusiaan dalam konteks perjuangan suatu bangsa mencapai hari depannya. Kasalahan Manusiawi Pertanyaan yang dikemukakan Tuan Pinontoan tahur 1926 adalah: "Apakah sebenarnya sebabnya, maka bangsa bangsa Indonesia masih tidak saling mengenal dan menghargai, apalagi bekerjasama?" Dengan nada sendu ia mencoba menerka-nerka jawab: . . . barangkali agama yang merupakan penghalang terbesar, sehingga usaha menciptakan persatuan mengalami jalan buntu? Tuan Pinontoan berpendapat, perbedaan agama yang ia lihat mengarah kepada bentuk persaingan yang tak sehat: antara agama yang satu dengan yang lain saling mengucilkan, berwatak menyendiri. Inilah yang menyebabkan kenapa mereka tak saling mengenal dan menghargai satu sama lain, juga saling menganggap rendan dan saling membenci, bahkan saling mengatai "kafir". "Para perintis agama Kristen dan Islam di daerah ini melakukan kesalahan manusiawi yaitu: dalam mencari penganut, mereka merendahkan martabat orang-orang yang beragama lain akibatnya tiap orang Muslim menganggap orang Kristen lebih rendah dan sebaliknya, sehingga mereka saling membenci," kata Tuan Pinontoan. Untuk menggalang persatuan di kalangan berbagai golongan bangsa, maka orang Islam dan Kristen wajib meninggalkan jalan yang menipu diri sendiri, yang berwujud fanatisme agama. Kesalahan-kesalahan itulah yang disebut Tuan Pinontoan sebagai kesalahan "manusiawi" dalam agama. Yakni kesalahan yang masih dalam batas-batas manusiawi untuk dikoreksi. Dan sama sekali bukan jenis "keunikan agamawi" yang mulia sifatnya. " . . . agama yang dimaksudkan untuk mempertinggi kemanusiaan, tetapi jika disalahgunakan dapat mengerikan," kata Tuan Pinontoan. * Laporan Kongres Pemuda Indonesia Pertama (terjemahan M Nur, Kata Pegantar dan Pendahuluan M Tabrani dan A Surjomihardjo), Takari, Jakarta, 1981.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus