TURKI bakal membeli karet alam dari Indonesia? Rasanya sejauh
ini antara Indonesia dengan negeri Mustafa Kemal Ataturk itu
belum punya hubungan inim dalam dagang, selain kontak
persaudaraan sesama negeri berpenduduk Islam. Tapi begitulah.
kabar menarik interbetik awal Oktober ketika Ali H Zen, pemilik
sebuah perusahaan swasta Turki bernama panjang: Ring Kinyev
Maddeler Ithalati Anonim Sirketi, datang ke Indonesia. Tujuannya
merintiskontak dagang pembelian karet.
Oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Ali kemudian
dipertemukan dengan PT Bakrie & Brothers. D samping mengusahakan
pabrik pengolahan karet alam di Palembang perusahaan ini dikenal
pula aktif berdagan berbagai komoditi. Dasar jodoh, pertemuan
antara Ring dan Bakrie tersebut langsung menghasilkan semacam
agency agreement (persetujuan keagenan) yang mereka tandatangani
14 November. Dalam perjanjian itu Bakrie menunjuk Ring untuk
memasarkan karet Indonesia di Turki sedang Ring sebaliknya
mempercayakan pemasaran kapas Turki di Indonesia kepada Bakrie.
Pembelian dari Turki ini merupakan perjumpaan awal dengan pasar
non-tradisional. Sebab selama ini karet alam Indonesia
menggantungkan diri pada pasar di Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa. Menurut rencana, Turki sepakat untuk mengimpor
sekitar 2.000 ton per bulan. Terdiri dari 1.600 ton jenis SIR
20, dan 500 ton jenis RSS (sleet) I, II dan III. "Dan kami
sedang menyiapkan kontrak untuk jangka waktu 1 tahun," kata
Adhie Ahmad Cabier, Asisten Manajer Divisi Karet PT Bakrie &
Brothers kepada TEMPO pekan lalu.
Kontrak secara resmi memang belum diteken. "Tapi sudah pasti
awal Desember ini pengiriman pertama akan kami mulai, sebagai
trial," ungkap Adhie.
Soal harga sedang mereka rundingkan sambil memonitor pasaran
terakhir. Hanya saja, seperti dikatakan Adhie, "untuk jenis SIR
20 pihak Ring minta kemiringan harga sekitar 1-2 sen dollar
Malaysia, supaya bisa bersaing dengan karet sejenis yang selama
ni mereka impor dari Malaysia." Pasaran karet dengan kualias
sama eks Malaysia untuk Desember tercatat 212 sen dollar
Malaysia per kilogram. Bakrie nampaknya akan setuju untuk
menurunkan harga. "Tapi untuk jenis RSS, sesuai pembicaraan,
standarnya harga pasaran di Singapura," kata Adhie.
Untuk memenuhi permintaan Turki ini, Bakrie akan mengambil
sebagian besar karet Sumatera Utara, antara lain dari PT Hadi
Baru dan Ban Li. Sedang pabriknya sendiri yang di Palembang
hanya akan mensuplai sekitar 20%. Ini juga atas sepengetahuan
Ali H. Zen, yang selama di Indonesia sempat melihat sendiri
situasi pasaran di Palembang. Selain karet, Ali tertarik pula
untuk membeli kopi dan lada Lampung. Dari perusahaan kopi
Palembang Jaya Ali akan mencoba memasarkan kopi Indonesia itu
sebanyak 200 ton ke Turki.
Kurang Memperhatikan .
Pengusaha Turki yang konon tergolong berpengaruh di negerinya
itu, mengaku sudah lama mengincar karet Indonesia. Kabarnya
karet itu akan dipasarkan lagi ke Yugoslavia dan Bulgarla.
Akan halnya kapas yang hendak dibeli Bakrie dari Ring, menurut
rencana akan disalurkan ke PN Sandang dan beberapa pemintaan
lain. Jumlahnya sedang dirundingkan.
Buat Bakrie, hubungannya dengan Turki ini merupakan kontak
serius pertama dengan kalangan bisnis Timur Tengah. Selama ini
orang-orang karet Indonesia kurang memperhatikan pasaran di
sana, khususnya Turki. "Kami memang kurang pengalaman dengan
Turki," seperti kata Mochrar, Sekditjen Hubungan Perdagangan
Luar Negeri Dep. Perdagangan dan Koperasi. Hubungan dagang
dengan Turki menurut dia lebih banyak ditangani negara ketiga,
seperti Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini