PAK, saya membawa misi," ujarnya serius. Lelaki setengah baya
dengan perawakan tegap itu punmemberi kesan pertama yang
meyakinkan. Ia menolak waktu dipersilakan duduk, untuk ditemui
di kursi tamu. Dipilihnya kursi hadap di depan Pak Walikota,
digesernya dekat-dekat ke meja kerja. Dengan sigap, sopan dan
lugas ia memulai tugasnya dengan mengeluarkan secarik kertas
bergaris. Kosong. Ternyata untuk catatan-catatan rahasia yang ia
tulis dari hasil pembicaraan maha penting, menyangkut diri sang
pejabat.
Setengah berbisik tetapi dibikin jelas dan sopan ia pun memulai
melaksLmakan tugas. Lagaknya persis gaya interogasi terhadap
calon tahanan politik. Diungkapnyalah misi yang dikesankan serba
rahasia itu.
Ia sedang menyeleksi man behind the gun untuk suksesnya
pembangunan nasional, ujarnya. Ia mewakili sebuah team antar
lembaga, yang akan mengorek lebih lanjut keterangan tentang diri
Pak Walikota sebagai calon potensial untuk jabatan gubernur.
Dalam kedudukan sebagai sekretaris team, ia bertindak selaku pra
sandi upaya (advanced missi(nl), katanya pula.
Nafsu Mengabdi Republik
Pak Walikota sekilas terpana oleh kabar baik yang ia tunggu
tentang dirinya, menjelang akhir masa jabatan. Memang, beliau
telah ungkapkan keinginan hatinya, untuk terus mengabdi
republik. Ia merasa masih muda, sekolahnya ada dan sarjana pula.
Hasil pekerjaan selama masa jabatan menurut perasaannya sendiri
dan penilaian istrinya, semuanya sukses. Membina hubungan
denganberbagaijalur atasan tidak ia lupakan.
Menurut ramalan dukun yang sengaja didatangi beliau, katanya
tahun-tahun mendatang ini bintang Pak Wali bakal cerah, asal ia
berhati-hati. Bintang tampak berbinar-binar pada bayangan air
dalam ember yang ia saksikan sendiri di rumah sang Dukun.
Suasana di ruang gelap itu memang tak merangsang nafsu Pak
Walikota untuk menyelidik asal mula cahaya dalam bayangan itu.
Yang ada, hanya keinginan untuk memperoleh pengukuhan atas
impiannya.
Pak Wali memang kepingin sekali menjadi gubernur. Ia selalu
berusaha mencari info di instansi dan kekuatan sospol yang ia
anggap kunci. Kesan Pak Walikota, mereka yang ia kenal di situ
semua bersikap manis kepada beliau. Kalau sudah begini, apalagi
yang ditunggu, kalau bukan berita baik seperti ini.
Ia menggumam, harta pun tak ada nilainya, dibanding dengan
nafsunya untuk mengabdi. Sudah beberapa minggu Pak Walikota
gelisah. Untuk menimang impiannya itu, beliau telah mengambil
segala langkah yang beliau yakini akan membawa hasil. Beliau
telanjur kehilangan kepercayaan dan keyakinan terhadap cara
terhormat mtuk memperoleh jabatan beliau tidak puas dengan
aturan main yang resmi berlaku.
Rupanya kegundahan Pak Wali, diintai terus oleh spion melayu.
Intormasi tentang Pak Walikota ia kumpulkan. Dari data resmi,
riwayat hidup, konduite, sampai kesenangan dan kelemahan
pribadinya. Ini semua merupakan bahan maha penting, untuk
menilai, tetapi juga landasan bergerak menunjang impian Bapak
Walikota.
Manakala keterangan telah terkumpul, team bayangan pun direka
oleh spion tersebut. Team Penilai dan Seleksi Eksponen
Pembangunan terdiri dari unsur-unsur sipil dan non sipil.
Daftar pertanyaan pun disiapkan, sepenuhnya ditiru dari pola
screening bagi pejabat negara. Apa pemah menjadi anggota parpol
atau organisasi politik terlarang? Pemah terlibat pemberontakan
atau gerakan anti Pancasila? Separa tisma'? Apa punya
perusahaan, menjadi direktur, dewan komisaris atau penasihat
sebuah usaha swasta dengan menerima honorarium tetap? Apa anak,
istri, keluarga semenda pada garis keturunan pertama dan kedua
ada yang terlibat dengan pekerjaan serupa?
Impian Yang Membelenggu
Rangkaian penyidikan yang mestinya rahasia, dibikin terungkap
samar-samar dengan dibumbu banyak harap. Itu semua membuat rasa
ingin tahu Pak Walikota meletup-letup. Tahu gelagat pancingnya
termakan, irama tarikan tali pancing spion pun disesuaikan.
Dipersilakan, barangkali Pak Walikota hendak menanya, berkenaan
dengan misi penyidikan atas dirinya ini.
Maka tak terbendung lagi Pak Wali pun ganti menyelidik Siapa
saingannya. Bagaimana kansnya, apa kelemahan nilai dirinya. Apa
syaratnya untuk membikin baik itu nilai? Bagaimana pendirian
pihak ini, pihak itu? Dan segala seluk-beluk proses penggodokan
pun ingin tuntas dibikin terang.
Setelah jelas sang korban terbelenggu oleh impian dan ambisinya
sendiri, yang dapat dirajut menjadi perangkap manis, mereka pun
beraksi. Untuk mematangkan data-data, untuk menggarap anggota
Team, untuk memperkokoh daya saing, semuanya perlu kerja keras
dan pengorbanan ujarnya serius .
Pak Wali sudah tidak sabar. Perhitungan sudah dibuat, ia segera
menangkap isyarat spion. Biaya pun mulai terkorek dan
dikeluarkan.
Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Kemajuan
penggodokan selalu dilaporkan kepada Pak Wali. Tetapi juga
setiap tahap selalu diakhiri dengan rekening. Akhirnya
terkuraslah semua kekuatan Pak Walikota.
Manakala pemilihan gubernur berlalu, namun ternyata nama Pak
Walikota disebut pun tidak, hati Pak Wali kecut bukan main.
Spion keparat itu pun kini tidak muncul-muncul lagi, setelah
memberi penjelasan seperlunya tentang tidak dicantumkannya nama
Pak Walikota sebagai calon gubernur.
Korban penipuan semacam itu konon sudah banyak berjatuhan. Dari
segala lapisan. Namun kejahatan komplotan itu masih berkeliaran
dan mengintai terus calon-calon korban, terdiri dari mereka yang
berambisi dan lagi gundah.
Sesungguhnya, bangsa ini tidak perlu melahirkan lapangan kerja
bagi penipu seperti itu, sekiranya semua orang dapat diyakinkan
bahwa pemilihan pejabat negara sudah jelas aturannya, dan telah
teguh ditegakkan menurut ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini