Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Dari Pigura

Di dalam semua KBBI, makna kata pigura sama belaka, yakni “gambar atau lukisan yang berbingkai”.

30 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dalam KBBI, makna kata pigura adalah gambar atau lukisan yang berbingkai.

  • Pemakaian kata pigura kadang salah kaprah.

  • Banyak yang memaknai pigura adalah bingkai gambar atau lukisan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI dikenal luas sebagai pelukis dan tak pernah kuliah di fakultas sastra, dalam berbahasa, Hanafi lebih gemi, inventif, dan kreatif ketimbang kebanyakan mahasiswa fakultas sastra dan alumnusnya. Modus berbahasa demikian dapat memungkinkan bicaranya yang autentik menimbulkan kebingungan, rasa tak paham, atau kesalahpahaman. Hanafi menginsafi itu dan mau menanggung risikonya.

Ia pun insaf bahwa risiko itu mungkin saja lebih berat ketimbang yang dibayangkannya. Namun, baginya, tampaknya lebih berat jika ia mengingkari apa yang dirasakannya, apa yang dipikirkannya, atau apa yang diimajinasikannya demi berbahasa sesuai dengan kegaliban belaka. Kemalasan menyelisik dan raib tersihir narasi galib agaknya lebih mengerikan baginya. Jadilah ia seperti penyair dalam pemikiran W.H. Auden, yakni ia yang “sebelum segala sesuatu yang lain adalah orang yang mencintai bahasa dengan penuh gairah”.

Mencintai bahasa dengan penuh gairah itulah agaknya yang menjadikan Hanafi, misalnya, menamai karyanya di kanvas bukan lukisan seperti orang ramai lazim menamainya, tapi gambar. Gambar yang menampakkan gambaran. Penamaan tersebut bukan demi citra eksentrik, nyeniman, dan sebagainya, melainkan cenderung demi kesesuaian ungkapan dengan kebenaran dan kenyataan, atau dengan perasaan, pikiran, dan imajinasi.

Saya bayangkan pelukis yang seperti penyair itu hendak menambah besar lagi daya bahasanya dengan menjangkau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ia menjangkau KBBI dari cetakan pertama 1988 hingga KBBI online yang konon diperbaiki atau direvisi setiap enam bulan sekali. Mula-mula ia melihat pagina yang menyajikan kata yang erat bertemali dengan profesinya. Bertemulah ia dengan “pigura”.

Perupa mumpuni seperti Hanafi tentu paham benar apa itu pigura, fungsi-fungsinya, bahan-bahannya, beraneka ragam cara pembuatannya, dan sebagainya. Ia pun bisa dipastikan tahu persis siapa saja pembuat pigura di kotanya, di mana alamat mereka, bagaimana mereka biasa bekerja, bagaimana mutu pekerjaan mereka, bagaimana pandangan masing-masing terhadap uang, dan sebagainya. Namun saya pun berani memastikan Hanafi akan terjelengar ketika menemukan makna kata pigura di dalam KBBI.

Meski begitu, Hanafi adalah orang yang telaten dan tabah. Kejernihannya memandang tak mudah dikeruhkan oleh didih emosi mentah. Paling banter ia jeda sejenak, meluruskan tulang belakang, mengatur arus napas, membersihkan kacamata. Sehabis merasa dadanya lebih lega, barulah ia kembali ke KBBI. Ia kembali melihat pagina yang sama, mencermati kata yang sama.

Kemudian beralih ke KBBI cetakan yang lain dan ke yang lain lagi hingga ke KBBI online. Perhatiannya tidak menumpul, tapi malah menajam. Ingatannya tidak melemah, tapi malah menguat. Namun setajam-tajamnya perhatian Hanafi, sekuat-kuatnya ingatan pendiri dan pemilik Galeri Kertas ini, tetap saja tidak mengubah makna kata pigura. Di dalam semua KBBI, makna kata pigura sama belaka, yakni “gambar atau lukisan yang berbingkai”.

Saya tidak tahu proses yang terjadi di benak Hanafi sehabis mencermati kata pigura di semua KBBI. Saya hanya ingat kembali satu peristiwa ketika saya duduk di kelas II sekolah dasar. Ibu guru berdiri di depan kami. Ia memberi kami tugas membuat pigura. Bahannya dari kayu bekas atau ranting-ranting. Ukurannya 20 x 20 sentimeter atau 15 x 30 sentimeter.

Sebelum menyampaikan itu, ibu guru bilang, “Pigura adalah bingkai gambar atau lukisan. Lukisan Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden itu kan menjadi lebih indah dengan dipigurai. Begitu juga foto kalian. Foto waktu ulang tahun atau waktu disunat, misalnya.”

Tidak semua foto, gambar, atau lukisan menjadi lebih indah ketika dipigurai. Daya pukau gambar tertentu bisa jadi malah berkurang justru karena dipigurai. Namun, sampai hari ini, dalam praktik berbahasa sehari-hari di berbagai wilayah di antero Indonesia, pemaknaan-pemaknaan pigura yang saya dengar sama dengan pemaknaan ibu guru itu. Tidak pernah saya mendengar ucapan, “Celeng adalah pigura jitu Djoko Pekik”, “Raden Saleh adalah pemigura naturalis Indonesia”, atau “Mata bolong adalah ciri pigura-pigura Jeihan”.

Kalau begitu, apa yang dijadikan sumber pemaknaan pigura oleh para penyusun semua KBBI? Sebagai salah satu perangkat konvensionalisasi bahasa Indonesia, tim penyusun semua KBBI dan lembaga-lembaga yang menaunginya pastilah menghendaki konvensi bahasa Indonesia operasional.

Dipercaya, dihormati, dan dipatuhi oleh semua warga negara Indonesia merupakan syarat minimal untuk mencapainya. Memenuhi syarat minimal tersebut bisa dengan memungkinkan dari tahun ke tahun KBBI menjadi pemandu berbahasa yang kian benar, kian rinci, dan sekaligus kian menyerap keanekaragaman pemakaian bahasa, sedikitnya di wilayah negara ini. Maka seyogianyalah tim penyusunnya menggunakan banyak waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan imajinasi untuk cermat, mengamati dan menyelisik kata-kata dan bahasa-bahasa yang digunakan di antero Indonesia.

Memang, jumlah kata dan istilah dalam edisi demi edisi KBBI terus bertambah. Namun, selain penambahan itu masih patut disebut belum memadai, akan lebih baik jika penambahan adalah juga penambahan makna kata dan istilah yang sudah ada di dalam KBBI. Dan menambahinya lagi dengan contoh-contoh penggunaan kata dan istilah dapat memungkinkan KBBI menjadi seperti moto majalah Tempo: “Enak Dibaca dan Perlu”. Juga tentu pemaknaan menyesatkan seperti pemaknaan pigura itu menjadi bisa dihindar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hikmat Gumelar

Hikmat Gumelar

Koordinator Program Institut Nalar Jatinangor

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus