ARIEF BUDIMAN SETELAH pertemuan Tapos, koperasi memang menjadi salah satu primadona pembicaraan di Indonesia sekarang. Tampaknya, Pemerintah mempunyai keinginan besar untuk menjadikan koperasi sebagai alat pemerataan. Dengan demikian, ketiga sektor ekonomi yang sudah diatur sesuai dengan fungsinya, swasta sebagai alat pertumbuhan, pemerintah sebagai alat stabilisator, dan koperasi sebagai alat pemerataan, akan berjalan dengan baik. Kedua sektor pertama dianggap sudah cukup kuat. Kini tinggal sektor koperasi yang akan dibenahi. Cara yang dipakai, paling tidak sampai pada saat ini, adalah dengan "memaksa" perusahaan-perusahaan besar memasok modal bagi koperasi dalam bentuk saham. Tapi banyak orang menyangsikan kesanggupan koperasi untuk memikul tugas yang diberikan kepadanya. Seminar yang diadakan oleh Indonesian Swedish Association, Institut Bisnis Indonesia dan harian Kompas pada tanggal 4 September yang lalu tentunya berusaha menyumbangkan pikiran tentang permasalahan ini. Pengalaman Swedia, yang dianggap berhasil, dijadikan acuan studi. Apalagi setelah sistem sosialis di negara-negara Eropa Timur dianggap gagal, dan karena itu sistem kapitalisme dengan proses pemerataan kekayaan yang tinggi, seperti yang terjadi di negara-negara Skandinavia, menjadi sangat menarik. Pada seminar itu saya lihat ada kecenderungan untuk membahas koperasi tanpa melihat konteks kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan. Marilah kita lihat konteks Swedia. Swedia jelas melaksanakan sistem kapitalis. Di sini, hak milik pribadi dan hak berusaha untuk meraih keuntungan dilindungi. Di sini, ada pemilik modal dan ada orang yang menjual tenaganya sebagai buruh. Tapi memang ada pelbagai macam sistem kapitalisme. Kapitalisme di Swedia sering disebut sebagai kapitalisme jalan tengah, atau kapitalisme partisipatoris, karena di sini peran buruh sangat besar. Peran buruh yang sangat besar ini dapat kita lihat pada partai yang berkuasa, yakni Partai Demokrasi Sosial. Partai yang didirikan tahun 1889 ini didukung oleh 50 serikat buruh dari semua 70 organisasi pendirinya. Sampai sekarang, 60-% dari semua anggotanya adalah kaum buruh. Partai ini berhasil menguasai pemerintah pada tahun 1932. Pada tahun 1976, partai ini memang kalah. Tapi pada tahun 1982, Partai Demokrasi Sosial kembali berkuasa, dengan almarhum Olaf Palme sebagai perdana menterinya. Artinya, partai ini sudah berkuasa lebih dari setengah abad. Di bawah pemerintahan yang dikuasai kaum buruh, banyak kebijaksanaan ekonomi dibuat demi kepentingan mereka. Para pengusaha memang diizinkan berusaha dan meraih keuntungan, tapi kepentingan buruh sangat diperhatikan. Kalau tidak, pemerintah akan kehilangan kepalanya, dipenggal oleh para pemilihnya. Di sini tampak pentingnya sistem politik yang demokratis. Dengan demikian, paling sedikit ada dua unsur utama yang dapat kita simpulkan bagi berhasilnya gerakan koperasi di Swedia. Pertama, pemerintahnya merupakan pemerintah yang berorientasi ke kelas bawah karena kelas inilah yang mendominasi negara. Kedua, sistem politik yang dijalankan demokratis. Dalam konteks seperti inilah koperasi berkembang dengan subur, di samping, karena gerakan koperasi memang sudah merupakan gerakan yang sudah lama, yakni sejak permulaan abad ke-19. Sebuah negara lain yang gerakan koperasinya berjalan dengan baik adalah Cili di bawah Presiden Salvador Allende (1970-1973) Pemerintah Allende menyatakan bahwa dia akan membuat Cili menjadi negara sosialis. Tapi, lebih daripada sekadar niat atau slogan saja, pemerintah ini memang didominasi oleh kaum buruh. Dengan demikian, banyak kebijaksanaan politik dan ekonomi diarahkan kepada keuntungan kelompok yang ada di bawah. Begitulah, ketika terjadi pemogokan besar-besaran para pemilik truk yang melumpuhkan seluruh sistem transportasi Cili ketika itu, tiba-tiba muncul gerakan-gerakan rakyat yang mengimbanginya dengan cukup berhasil. Gerakan-gerakan semacam koperasi seperti cordones industriales dan comando comunales merupakan gerakan antartetangga yang mendistribusikan makanan dan barang-barang keperluan lain yang disediakan oleh pemerintah. Pasar-pasar yang diorganisasi oleh penduduk muncul di persimpangan jalan untuk menjual barang-barang keperluan hidup tanpa mengambil keuntungan. Semua orang, termasuk Presiden Allende sendiri, terkejut melihat kekuatan baru yang muncul ini. Sejalan dengan itu, Allende juga menjalankan sistem politik yang demokratis. Partai-partai oposisi diperkenankan hidup dan berkampanye melawan pemerintah, demikian juga pers dibiarkan bebas melakukan kritik . Pemilihan umum dijalankan dengan bebas dan rahasia. Dengan demikian, kedua unsur yang ada di Swedia. tampaknya, juga ada di Cili ketika itu. Cili di bawah Presiden Allende merupakan pemerintah dengan sistem sosialis (atau sedang diarahkan ke sana). Swedia merupakan negara dengan sistem kapitalis. Kedua negara itu secara relatif berhasil melindungi dan mengembangkan gerakan-gerakan rakyat miskin untuk meraih bagian dari kue nasional hasil pembangunan negara. Seperti yang diuraikan di atas, dua unsur utama yang ada di kedua negara tersebut adalah pemerintah yang dikuasai oleh kaum buruh (atau kelompok masyarakat yang ada di bawah), dan sistem politik yang demokratis. Unsur kedua inilah yang absen di negara-negara sosialis Eropa Timur meskipun pemerintahnya pada permulaannya dikuasai oleh kelas buruh. Mungkin inilah sebabnya negara-negara itu sekarang mengalami krisis yang hebat. Bagaimana dengan gerakan koperasi di Indonesia? Saya khawatir, meskipun pada saat ini pemerintah tampaknya ingin membantu koperasi, gerakan ini masih merupakan gerakan birokratis, bukan gerakan rakyat dari bawah. Apalagi lobi politik rakyat di kalangan pemerintah masih sangat lemah ketimbang lobi kelas pengusaha. Apalagi, ada banyak birokrat pemerintah yang juga menjadi pengusaha. Sistem politik yang demokratis pun masih sulit dijalankan dengan sempurna di Indonesia karena pelbagai alasan. Untuk membuat gerakan koperasi jadi berarti, faktor-faktor kontekstual ini harus dibenahi lebih dahulu. Kalau tidak, gerakan koperasi hanya akan menjadi gerakan kosmetik saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini