Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA yang bingung, dan tidak habis pikir, mengapa Gus Dur merasa perlu mengunjungi Habibie, dan sesudahnya menemui Soeharto pada saat seperti sekarang ini. Gus Dur, walaupun dalam kondisi fisik lemah, tetaplah tokoh kuat di antara pemimpin masyarakat yang ada, sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa. Sebagai calon presiden, dan orang yang menginginkan pemilihan umum terselenggara secepatnya, tentu ia termasuk yang berorientasi ke depan. Mengapa berpaling ke Soeharto, gembong masa lalu yang penuh korupsi dan sedang jadi pusat sasaran untuk diadili itu? Apa yang ingin dicapainya?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo