Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Memorabilia

Memorabilia sekarang makin menjadi komoditi laris. sudah menjadi investasi bisnis yang dianggap menguntungkan. memorabilia dari buku, koran, poster- poster film lama, majalah lama, dll.

28 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI studio Los Angeles, ada orang berjualan koran bekas. Bukan untuk bungkus kacang. Juga bukan untuk alas duduk. Tiap eksemplar koran bekas dibungkus rapi dalam plastik. Harganya -- bergantung pada usia koran itu -- rata-rata US$ 20 per eksemplar. Makin tua korannya makin mahal harganya. Siapa mau beli koran bekas dengan harga semahal itu? Banyak, ternyata. Saya membeli koran New York Times tanggal 29 April 1950, karena itu adalah hari kelahiran saya. Saya ingin tahu apa saja yang terjadi di dunia ketika saya lahir. Banyak orang membeli koran tua yang terbit pada hari kelahirannya sebagai memorabilia -- kenang-kenangan. Koran itu lalu dimasukkan dalam pigura, menjadi hiasan dinding yang indah. Ada juga yang membeli koran pada edisi yang memuat berita-berita besar: gempa bumi San Francisco, bom atom Hiroshima, Wall Street crash, dan sebagainya. Saya juga punya lima pigura yang berisi reproduksi kumpulan sampul majalah Time, yang terbit pada tahun-tahun kelahiran seluruh anggota keluarga saya. Anak saya yang terkecil akan selalu ingat bahwa pada hari kelahirannya, Mao Zedong mati. Memorabilia sekarang makin menjadi komoditi laris. Beberapa toko suvenir di AS menjual poster-poster film lama dengan harga mahal. Poster film Gone with the Wind, misalnya, dijual dengan harga US$ 100 tanpa pigura. Itu yang asli. Banyak juga yang menjual reproduksinya, dengan harga US$ 15. Sebuah buku puisi karangan James Merril (ia memang salah seorang cikal bakal lembaga keuangan Merril Lynch), yang dulu di jual dengan harga US$.3 ketika baru terbit pada 1951 sekarang dihargai US$ 300 -- apresiasi per tahunnya 13%. Tak usah yang terlalu tua. Edisi pertama Salem's Lot karangan Stephen King, yang terbit pada 1975 dengan harga US$7,95. sekarang ini dicari-cari orang dengan harga sekitar US$ 1.000. Di televisi AS sekarang ini, sedang ada film seri terkenal Lonesome Dove. Orang pun berebut mencari buku novel sumber cerita film itu, yang sekarang rata-rata dijual dengan harga US$ 50. Padahal? ketika terbit pada 1985, harganya hanya US$ 1,95. Kalau Anda ering pergi ke pasar loak di Senen untuk mencari buku bekas, mungkin Anda akan iri mendengar bagaimana seorang menemukan buku karangan Edgar Allan Poe berjudul Tamerlane ard Other Poems di toko loak di New England, AS. Buku lusuh itu dibelinya dengan harga US$ 15. Ia kemudian sadar bahwa buku itu sangat langka. Ia berhasil menjualnya, beherapa bulan kemudian, dengan harga US$ 198.000. Tak heran bila memorabilia sekarang sudah menjadi investasi bisnis yang dianggap menguntungkan. Investmen Newsletter yang terbit sebagai lampiran majalah bisnis Fortune. juga menyarankan orang agar memperhatikan buku-buku langka dan memorabilia sebagai investasi. "Menemukan Ernest Hemingway masa depan memang sama sulitnya dengan mendeteksi perusahaan mana yang bakal sebesar IBM atau Merck nantinya7" tulis jurnal itu. Investasi buku, masih menurut jurnal itu, juga memerlukan riset yang mendalam. Orang harus banyak membaca buku, dan tidak sekadar membaca, tetapi memahaminya dengan baik. Cara yang aman adalah investasi buku-buku dari pengarang yang Anda sukai. Toh Anda akan membelinya karena ingin membacanya. Bila ternyata buku itu tidak menjadi collectors item di kemudian hari, paling-paling Anda impas. Andreas Brown dari Gotham Book Mart, yang terkenal di New York menyarankan agar seorang yang mengusahakan koleksi buku hendaknya berkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis buku saja. Buku puisi jangan dicampur dengan buku kedokteran. Bila kolektor buku memang punya apresiasi seni yang tinggi koleksi buku-buku seninya tentu akan lebih bermutu daeripada mereka yang awam di bidang itu. Buku-buku yang dikoleksi juga harus dipelihara mutunya. Jaket dan sampulnya harus utuh. Terbitan perdana, apalagi kalau ada tanda tangan pengarangnya, bisa dijual mahal di kemudian hari bila pengarang itu tiba-tiba menjadi terkenal. Seperti juga prangko yang salah cetak. atau uang yang salah cetak. buku yang salah cetak pun punya nilai lebih tinggi bila ia menjadi collectors item. Ada baiknya juga meniru cara kolektor prangko. Kolektor prangko selalu membeli empat seri dari setiap terbitan prangko baru. Kalau Anda menduga bahwa seorang pengarang bakal naik daun di kemudian hari, beli saja empat buku sekaligus. Apalagi kalau buku itu sempat dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung harganya bisa berlipat ganda. Majalah Expo yang memuat daftar orang kaya Indonesia, dan kemudian dihentikan penerbitannya, malah jadi laris fotokopinya. Siapa bilang Anda tidak bisa jadi investor, sambil menikmati koleksi buku atau memorabilia lain yang pasti juga akan meningkatkan intelektualitas Anda sekeluarga? Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus