Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Lansia Indonesia, yang Tertinggal di Ruang Digital

Kepedulian negara kepada lansia di ruang digital sangat minim. Gerakan inklusi digital baru sebatas jargon.

29 Juli 2024 | 00.00 WIB

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sejak 2020, terjadi peningkatan 1 persen jumlah lansia. Pada 2045, jumlah lansia diperkirakan seperlima dari total populasi Indonesia.

  • Lebih dari 83 persen pra-lansia adalah pengguna Internet aktif.

  • Sebagaimana warga negara lainnya, lansia punya hak untuk diperhatikan dan diikutsertakan dalam transformasi digital.

LANSIA dan digital, dua kata yang seolah-olah bertolak belakang. Lansia atau lanjut usia identik dengan segala sesuatu yang tradisional. Sedangkan digital adalah teknologi, kemajuan, dan kecepatan.

Dua hal kontradiktif ini lantas menjadikan kelompok lansia seolah-olah sebagai hambatan atau masalah di ruang digital: gampang termakan dan menyebar hoaks, menjadi korban penipuan digital, gagal melindungi privasi dan data pribadi, merepotkan anak-cucu untuk bertransaksi daring, termasuk "ngeksis" berlebihan, utamanya di grup-grup percakapan keluarga.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Santi Indra Astuti

Santi Indra Astuti

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (UNISBA), Program Manager Tular Nalar Mafindo, Co Founder JAPELIDI (Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia)

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus