Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Merebut pasar dengan lotre

Deregulasi ekonomi, berdampak pada persaingan antar bank terutama berebut nasabah tabungan hari depan. tahapan dianggap judi, memberikan kupon lotre untuk nasabah. tahapan perlu distop diganti kasino.

10 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAMPAK deregulasi di sektor keuangan (sejak 1 Juni 1983 hingga Pakto 27) telah mulai terasa. Persaingan antar lembaga keuangan sudah mulai menajam. Semakin tajamnya persaingan diharapkan mendorong lembaga-lembaga keuangan untuk berlomba-lomba memperkenalkan teknologi dan produk baru, melakukan inovasi, memperbaiki manajemen, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksinya. Melalui peningkatan persaingan itu diharapkan lembaga-lembaga keuangan dapat meningkatkan mobilisasi tabungan nasional, menurunkan biaya intermediasi, serta meningkatkan efisiensi alokasi sumber keuangan dalam rangka peningkatan efisiensi ekonomi nasional. Di pihak lain, peningkatan persaingan antarlembaga keuangan sudah mulai menimbulkan hal-hal yang negatif yang tidak sesuai dengan etika bisnis yang sehat. Persaingan yang tidak sehat tersebut, antara lain, tercermin pada keterangan pers maupun upaya penjegalan dalam pemasaran produk dengan cara-cara yang tidak sehat. Persaingan yang kurang etis tampak dalam memperebutkan pasar kartu kredit dan berbagai tuduhan yang tidak fair yang diarahkan kepada Tabungan Hari Depan (Tahapan) yang diselenggarakan oleh kelompok BCA (BCA, Lippobank, Bank Bhumy Bahari, dan Bank Umum Asia). Padahal, jika ditinjau dari aspek hukum, moral, dan balas jasa Tahapan tidak berbeda dari Tabanas dan instrumen tabungan kecil lainnya yang telah ada. Tahapan menjadi populer karena "serupa tapi tak sama" dengan instrumen tabungan lainnya yang telah ada karena advertensi yang agresif maupun kesiapan keempat bank penyelenggara. Untuk mencegah dampak negatif dari persaingan yang tidak sehat seperti itu, sudah waktunya Pemerintah dan Perbanas turun tangan menjaga ketertiban pasar menegakkan etika bisnis yang sehat. Dalam ekonomi pasar dan alam deregulasi, Pemerintah erta Perbanas tidak hanya duduk berpangku tangan bertindak sebagai penonton dan menyerahkan segala sesuatunya kepada kekuatan pasar. Sebagai regulator, Pemerintah tetap berperan untuk menjaga ketertiban pasar dan mencegah adanya manipulasi kekuatan pasar yang menguntungkan baginya sendiri dan merugikan orang lain. Persaingan di Pasar Eceran Setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, bank-bank swasta mulai lebih agresif memasuki pasar eceran (retail business) karena semakin jenuhnya pasar bagi nasabah besar (corporate sector). Untuk memasuki pasar eceran Bank Danamon memperkenalkan Tabungan Primadana, Bank Niaga menyodorkan Tabungan Harian, dan kelompok BCA menciptakan Tahapan. Ketiga produk tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda. Sasaran utama ketiga produk itu adalah penabung kecil. Jumlah minimal setoran awal Tabungan Harian, Primadana, dan Tahapan masing-masing Rp 50 ribu, Rp 25 ribu, dan Rp 10 ribu. Pengambilan Primadana dan Tahapan dibatasi maksimal enam kali dalam sebulan sedangkan Tabungan Harian dapat diambil setiap hari tanpa batas. Berbeda dengan Primadana dan Tabungan Harian, Tahapan memberikan sebagian balas jasa tabungan dalam bentuk undian. Kedua instrumen tabungan pertama menawarkan balas jasa bunga 17,5 persen setahun. Primadana menghitung bunga atas saldo rata-rata dan Tabungan Harian menghitungnya dari saldo harian. Di atas tingkat suku bunga 15 persen setahun Tahapan memberikan kupon satu nomor undian untuk setiap Rp 10 ribu berdasarkan saldo terendah selama sebulan. Kupon diundi sekali dalam tiga bulan dengan jumlah pemenang 351 kupon dan nilai hadiah Rp 500 juta. Hadiah bervariasi dari Rp 150 juta hingga Rp 0,5 juta. Jika biaya dana bagi kelompok BCA dalam menyelenggarakan Tahapan sama dengan 17,5 persen setahun seperti pada kedua instrumen tabungan lainnya itu, maka besarnya nilai kupon atau taruhan sama dengan 2,5 persen dari bunga atau sekitar Rp 250. Agar "bandar" tidak rugi, undian memerlukan jumlah penabung (pembeli kupon) yang cukup besar. Untuk dapat menarik penabung dan jumlah tabungan yang besar, keempat bank tersebut telah memperluas jaringan kantor cabangnya dan memodernkan administrasinya setelah memiliki komputer IBM 3090. Tuduhan yang tidak Etis pada Tahapan Apakah karena elemen undian, produknya yang sesuai dengan selera dan kebutuhan penabung kecil, advertensi yang gencar, ataukah pelayanan yang menarik, Tahapan ternyata telah berhasil menarik nasabah dan sekaligus memobilisasi tabungan masyarakat. Satu minggu setelah diperkenalkan, Tahapan telah berhasil memobilisasi tabungan Rp 5 milyar. Mungkin saja sebagian dana yang masuk Tahapan berasal dari giro maupun deposito yang sudah masuk perbankan (dari keempat bank itu ataupun dari bank-bank lainnya). Tetapi, pasti cukup banyak peserta Tahapan yang merupakan nasabah baru bagi perbankan. Peralihan tabungan masyarakat ke dalam bentuk tabungan finansial dalam lembaga keuangan merupakan sasaran deregulasi. Karena besarnya pangsa pasar yang dapat direbut oleh bank-bank penyelenggara Tahapan dalam waktu singkat, mulai muncul suara sumbang yang tidak etis pada kelompok BCA. Suara itu bersumber dari berbagai pihak: industri perbankan dan bank pasar yang merasa disaingi oleh BCA, anggota Komisi VII DPR, maupun kelompok moralis serta yang merasa sebagai pembayar pajak yang baik. Tahapan dituduh memperkenalkan elemen judi karena memberikan kupon lotre sebagai bagian dari balas jasa bunga dalam menarik nasabah dan mobilisasi tabungan. Padahal, sistem lotre seperti itu dimulai oleh Pemerintah sendiri dengan Tabanas. Pada waktu mulai diperkenalkan, proses undian pemenang Tabanas bahkan ditayangkan melalui TVRI dan hasilnya dimuat di semua media cetak. Berbagai bentuk undian juga ditawarkan oleh berbagai bank lainnya dalam memasarkan produk di luar Tabanas. Tahapan juga dituduh menyebabkan erosi basis atau sumber pajak penghasilan. Padahal, Tahapan hanya sekadar memanfaatkan diskriminasi pemungutan pajak penghasilan atas pendapatan bunga pada berbagai instrumen tabungan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1988. Dengan perkataan lain, sumber erosi itu adalah karena adanya diskriminasi pengenaan oleh Pemerintah dan bukan karena instrumen tabungan, seperti Tahapan. Pengecualian pemungutan pajak penghasilan berlaku bagi seluruh bentuk tabungan kecil seperti Tabanas, Taska, Simpedes, TUM-KPR, dan bukan hanya berlaku bagi Tahapan. Di lain pihak, Tahapan menciptakan basis pajak baru. Hadiah undian kupon Tahapan jelas dikenai pajak penghasilan, yang besarnya berkisar 15 hingga 35 persen bergantung pada besarnya hadiah serta penghasilan pemenang. Apakah Undian Kupon Identik dengan Judi? Kelompok moralis pantas mengkritik Tahapan karena instrumen tabungan tersebut jelas mengandung elemen judi yang dapat merusak moral bangsa. Selain itu, karena penabung dan peserta undian lebih banyak berasal dari golongan berpendapatan kecil, setiap bentuk perjudian juga bersifat regresif dan karenanya anti pemerataan. Namun, kritik seperti itu seyogyanya diarahkan kepada Pemerintah. Sebagaimana telah diuraikan di atas, BCA bukan merupakan bank yang pertama memperkenalkan unsur judi dalam instrumen tabungan. Praktek judi pun sudah meluas dalam berbagai kehidupan, termasuk "door prize" dalam berbagai acara halal bihalal. Pengaturan arus dana ("cash flow") bentuk perjudian, seperti undian Tabanas, kupon Tahapan, kupon berhadiah pasar swalayan, serta "door prize", cukup sehat, sama halnya dengan pengaturan arus dana SDSB. Dalam bentuk-bentuk perjudian seperti ini, sebagian taruhan atau kupon yang terjual digunakan untuk biaya promosi, biaya administrasi, biaya notaris, pajak, dan balas jasa bagi "sang bandar". Hanya sebagian dari kupon yang terjual dikembalikan kepada pembeli kupon dalam bentuk hadiah. Dalam bisnis judi murni seperti SDSB, bagian yang dikembalikan kepada penjudi dalam bentuk hadiah merupakan bagian kecil dari nilai taruhan yang terkumpul. Dengan demikian, bentuk berbagai "perjudian" itu sangat berbeda dengan bentuk judi YKAM versi Jusuf Handojo Ongkowidjaja yang tidak memperhitungkan kesehatan arus dananya. Penerima hadiah hanya terbatas bagi beberapa orang pemenang undian. Sebagian besar pembeli kupon tidak akan pernah memperoleh hadiah dan selalu kehilangan pokok taruhannya. Karena sebagian besar dari penabung dan pembeli kupon undian adalah golongan ekonomi lemah, undian seperti ini sangat regresif. Porsi pendapatan golongan ekonomi lemah yang dibelanjakan pada kupon lotre lebih besar dari porsi pendapatan golongan ekonomi kuat pada kupon yang sama. Dengan perkataan lain, golongan ekonomi lemah lebih banyak menanggung beban lotre tersebut daripada golongan ekonomi yang lebih mampu. Pembeli kupon hidup dalam fantasi, ingin cepat kaya mengharapkan hadiah besar dari nilai pokok taruhannya yang kecil atas dasar untung-untungan. Falsafah seperti ini justru sedang kita kikis dengan giat dengan merasionalisasi etos manusia Indonesia melalui butir-butir Ekaprasetia Pancakarsa dalam penataran P-4 sebagai pengamalan Pancasila. Dalam Penataran P-4 tersebut ditanamkan etos bahwa untuk hidup senang, orang harus berhemat, bekerja keras, dan menghargai karya orang lain. Apakah Kelompok BCA akan Menjadi "Bandar Kasino"? Pertanyaan sekarang, akan ke mana (kelompok bank) BCA setelah Tahapan. Apakah BCA akan tetap menjadi bank atau akan berubah menjadi bandar kasino, sehingga Tahapan perlu disetop dan BCA perlu ditutup? Melihat reputasi figur pimpinan keempat bank penyelenggara Tahapan serta investasi yang sudah mereka lakukan, jelas bahwa kelompok BCA akan tetap berusaha sebagai bank. Tahapan tidak lebih dari salah satu instrumen tabungan biasa yang secara jenius digunakan untuk mempromosikan keempat bank penyelenggaranya guna merebut pangsa pasar. Setelah merebut pasar itu, keempat bank penyelenggara Tahapan nampaknya akan mulai secara agresif memasarkan bebagai produk finansial lainnya seperti rekening koran, kredit, L/C, kartu kredit, ATM, dan cek perjalanan, administrasi pembayaran badan usaha. Strategi untuk merebut pangsa pasar melalui inovasi seperti itu justru ingin dirangsang oleh deregulasi dan bukan dimatikannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus