ADAKAH persamaan di antara pahlawan sungguhan dan pahlawan
sentimentil? Ada.
Keduanya siap melakukan korban besar, entah nyawa, keluarga,
sahabat, kekasih atau karier. Dalam pandangan umum keduanya
tetap pahlawan. Tidak perduli korban itu ditanggung dengan rela
atau terpaksa. Menjadi korban karena berani atau takut tak akan
merobah gelar yang demikian jaya. Mati dengan tersenyum atau
menggigil, tetap juga pahlawan namanya.
Bedanya? Pahlawan sungguhan memilih korban karena korban itu
perlu. Tak ada jalan lain untuk berhasil atau bertahan, selain
mempertaruhkan korban itu. Pahlawan sentimentil memilih korban
karena nikmat Dia memilih gagal dan bukan sukses, memilih
tragedi dan bukan kemenangan, semata-nata karena tragedi itu
dikagumi dan amat dipujapuanya.
Korban pada pahlawan sungguhan adalah tindakan "terakhir" Korban
pada pahlawan sentimentil adalah keasyikan. Kepahlawanan bagi
yang satu adalah kewajaran, seperti taktlk atau efisiensi.
Kepahlawanan bagi yang lain serba luarbiasa, semacam
persembahaniri seorang yang ingin disebut superman.
Ada pahlawan sentimentil, ada pejuang sentimentil. Seorang
pejuang sentimentil memilih berjuang tidak demi tujuan
perjuangan. Semua tujuan bagaikan pamrih yang harus ditolak.
Seorang pejuang mestinya bersih, bersih juga dari kemungkinan
bersalah. Karena itulah pejuang seperti ini akan menerima segala
kesalahan atas pundaknya. Bukan karena ingin mengambil-alih
tanggungjawab, tetapi justru untuk menghindarinya. Seorang yang
siap menjadi kambing-hitam berbagai dosa, dan tak berikhtiar
membela dirinya, sebenarnya sudah menyatakan bahwa diri yang
demikian siap-korban apakah mungkin melakukan semua dosa itu
karena kelemahan?
Bedanya dengan pejuang sungguhan cukup jelas. Pejuang sungguhan
akan berhitung benar untuk mulai berjuang. Pejuang sentimentil
selalu bernafsu untuk berjuang. Yang satu ingin berhasil dalam
perjuangan, karena baginya perjuangan hanyalah sarana mencapai
tujuan. Yang lain akan memilih kalah dan gagal, karena
kemenangan adalah pamrih yang mengakhiri perjuangan. Pejuang
sungguhan berani untuk merasaberani dan takut. Pejuang
sentimentil takut untuk merasa berani dan takut. Pejuang
sungguhan brada di lapangan. Pejuang sentimentil berada di
pentas.
Pemimpin sungguhan atau pemimpin sentimentil begitu juga.
Pemimpin sungguhan akan tampil mewujudkan ambisinya. Dia tak
takut menyatakan dirinya mempunyai ambisi dan pamrih. Tak ada
kepura-puraan untuk tampak hebat dan serba sempurna. Yang
sempurna mungkin usaha dan dayatahannya. Dia tertarik pada hasil
dan bertekad mencapanya. Tidak merasa selalu unggul. Siap
ditertawakan dan rela dipertentangkan dengan kemungkinan lain
Tak takut mengahl kalah, dia akan ngotot mempertahankan
rencananya, tetapi cepat memobilisir perobahan, begitu dia yakin
akan perlunya perobahan tersebut. Tidak merasa dirinya pemimpin,
namun siap memimpin dan memulai inisiatip. Dia tak menolak
pujian dan tak membantai kritik. Bagi dia dua-duanya hanya
berbeda dalam rasa Yang terkena akibat hanyalah reaksi selera.
Dia tahu bahwa bagi kesehatan dan pertumbuhan, yang penting
hanyalah kadar gizi: pujian kosong atau berbobot, kritik bergizi
atau kerempeng.
Pemimpin sentimentil selalu menginginkan status pemjmpin. Dia
dengan tampil, agar ditampilkan orang. Dia menampakkan diri
sebagai tokoh sepi yang tanpa kepentingan. Dia akan menolak
pujian agar berhak juga menolak kritik. Pemimpin jenis ini
bersikap anti-perhitungan. Dalam memberi dia berlaku murah dan
boros. Bukankah pemimpin harus berani melupakan dirinya?
Sebaliknya, dia jua tanpa rasa sungkan dalam mengambil atau
menuntut. Menyebut miliknya adalah juga milik bawahannya
sebenarnya mengartikan bahwa milik bawahan dan orang-orangnya
adalah juga miliknya.
Pemimpin sungguhan mengajak bawahannya berusaha bersama dia.
Pemimpin sentimentil meminta bawllannya berkorban dan mengabdi.
Pemimpin sentimentil cenderung berbicara tentang bakti yang
masih harus diberikan. Pemimpin sungguhan akan menjabarkan
kesulitan yang harus diatasi. Pemimpin sentimentil berbicara
tentang penyerahaniri dan kesabaran. Pemimpin sungguhan
berbicara tentang kekuatan dan kelemahan. Pemimpin sentimentil
sadar tentang moral. Pemimpin sungguhan_sdar tentang tugas.
Yang satu menyesuaikan bawahan dengan dirinya. Yang lain
menyesuaikan dirinya dengan bawaharnya.
Cita-cita sungguhan dan cita-cita sentimentil sama adanya. Yang
sungguhan dibuat agar dilaksanakan. Yang sentimentil, agar
dikagumi. Syarat bagi yang sungguhan adalah feasibility.
Syarat bagi yang sentimentil adalah kadar dashatnya. Yang
sungguhan diukur berdasarkan seberapa dekatnya ke bumi. Yang
sentimentil, berdasarkan seberapa dekatnya ke bintang.
Keduaduanya sama mengandung keinginan Yang sentimentil ingin
menjadi juara. Yang sungguhan ingin mewujudkan keinginan itu.
Sungguhan dan sentimentil, hampir tak nyata bedanya. Yang
sentimentil bespura-pura untuk tidak sentimentil, yang sungguhan
tidak berpura-pura untuk sentimentil. Yang sentimentil
berpura-pura untuk bersungguh-sungguh, yang sungguhan
bersungguh-sungguh untuk tidak berpura-pura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini