APA pilihan yang lebih baik dari perang? Seorang penulis
mengatakan, pilihan itu bukanlah damai.
Memang aneh juga bahwa suara antiperang yang paling bergelora
kini berada di Barat. Damai adalah pertama-tama hasrat mereka
yang menikmati hidup dan enggan berubah. Eropa yang kenyang,
Eropa yang bebas, Eropa yang layak dipelihara dalam suatu status
quo, yang ingin tetap dengan kastil tuanya dan kerapian
modernnya - itulah Eropa yang dengan bersemangat menginginkan
damai. Damai, dalam arti tak berubah.
Perang memang bukan permainan Dunia Ketiga. Beratus tahun para
petani di pelosok tahu itu: tiap kali raja mereka berperang,
merekalah - yang di bawah - yang harus menderita lebih atau mati
terinjak. Tapi bila sampai sekarang perang berkecamuk di
semak-semak Afrika atau Asia atau Amerika Latin, soalnya karena
perang merupakan pilihan yang lebih baik ketimbang status quo.
Perang adalah peralihan dari situasi yang macet. Damai hanya
menyengsarakan lebih panjang.
Pendapat seperti itu tentu saja perlu diberi catatan tambahan:
perang adalah suatu peralihan, mungkin ke keadaan yang lebih
baik jika kita tahu bahwa perang itu dapat dimenangkan.
Bagaimana jika sebuah perang tak dapat dimenangkan? Misalnya
sebuah perang nuklir, yang akan menghancurkan siapa - saja,
hingga tak satu pihak pun akan memetik hasilnya?
Dalam bayang-bayang yang mengerikan itulah perdamaian dipilih di
Eropa: bukan saja karena kehendak menikmati terus sebuah
peradaban yang telah berakar, tapi jua karena di sana perang
tak mungkin lagi dimenangkan oleh siapa saja. Perang telah
menjadi suatu omnicude.
Karena itu, memang agak aneh ketika suatu kali, belum lama
berselang, Presiden Reagan pernah dikutip mengatakan bahwa
perang nuklir itu sesuatu yang dapat dimenangkan. Perang yang
sedahsyat itu pun, dalam persepsi ini, tampaknya masih tak jauh
dari "permainan", atau "pertandingan". Ada peran. Ada strategi.
Ada gerak. Ada hasil. Ada yang menang dan yang kalah. Dan ada
pilihan untuk berhenti.
Tapi barangkali memang orang masih harus, seperti Presiden
Reagan, menganggap ada sesuatu yang berharga dari sana. Toh
Reagan tidak sendiri. Mendiang Mao ZeDong dan sejumlah tokoh
lain, barangkali juga Andropov dan para jenderal di mana-mana,
tahu bahwa dalam perang ada sesuatu yang luhur: cita-cita yang
harus diberi korban, misalnya. Atau keberanian. Atau
kepahlawanan. Dengan kata lain, hal-hal yang bukan benda-benda,
tapi juga bukan omong kosong.
Dibandingkan dengan itu, damai memang sesuatu yang tampak
hambar, boyak, dan tak mengasyikkan. Karena itulah, seorang
penggerak protes untuk perlucutan senjata, seorang penulis yang
banyak terlibat dalam aksi anti-kelaparan dunia dan lain-lain,
Robert Fuller, bertanya, "Adakah permainan yang lebih baik
ketimbang perang?"
Ia tak lagi bicara soal perlucutan senjata, sebagai sasaran
langsung. Ia tak lagi bicara soal perdamaian. Ia tahu, mustahil
sebuah negara dengan senang hati mencopoti sebagian besar atau
semua senjata pentingnya --seperti seseoran mencopoti giginya
sendiri. Dengan sikap baru, ia bicara tentang Mo Tzu.
Mo Tzu, kata sahibul hikayat, adalah seorang tokoh sejarah Cina
dalam abad ke-5 Sebelum Masehi. Orang ini, bersama para
pengikutnya, beberapa kali berkelana di zaman ketika peperangan
mengoyak-koyak antarprovinsi itu. Mo Tzu selalu datang kepada
pihak-pihak yang berhadapan. Ia membujuk mereka berunding. Bila
salah satu pihak menolak, dan perdamaian gagal, Mo Tzu pun
membantu pihak yang lemah untuk menghadapi yang kuat.
Tidak jelas benar adakah dengan itu perang selalu dapat
dielakkan dan masa siap tempur diperpanjang sampai capek.
Bagaimanapun Mo Tzu menyajikan suatu contoh yang berani - dan
optimistis - untuk merentang saat-saat sebelum senjata
digunakan. Di celah-celah itu yang diharapkan adalah suatu
proses hilangnya saling ketakutan. Setelah itu, insya Allah
sebuah dialog akan timbul, dan suatu proses akan terjadi untuk
saling melengkapi diri dengan penghargaan atas pihak yang lain.
Mo Tzu memang suatu percobaan yang agak nekat, tapi mungkm itu
satu versi dari politik "bebas dan aktif".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini