Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Burung Diburu, Belalang Menyerbu

Serbuan belalang kembara mengancam produksi pangan empat kabupaten di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pemangsa alaminya diburu demi penggemar burung kicau.

28 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Burung Diburu, Belalang Menyerbu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Serbuan belalang kembara mengancam produksi padi dan jagung di empat kabupaten di Sumba, Nusa Tenggara Timur.

  • Ledakan populasi belalang kembara dipicu oleh berkurangnya populasi branjangan Sumba sebagai pemangsa alaminya.

  • Branjangan Sumba yang tidak dilindungi itu terancam perburuan masif karena menjadi favorit penggemar burung kicau.

KETIKA keseimbangan ekosistem terganggu, yang terjadi adalah petaka. Begitulah yang berlaku di empat kabupaten di Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang sejak awal tahun ini diserbu hama belalang kembara. Gerombolan belalang itu melahap daun padi dan jagung sehingga menggagalkan panen tanaman pertanian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ulah manusia menjadi salah satu pemicu ledakan populasi belalang jenis Locusta migratoria manilensis itu. Burung pemangsa alami belalang, branjangan Sumba, kian sulit dijumpai akibat perburuan liar. Branjangan Sumba (Mirafra javanica parva) diburu karena menjadi favorit penggemar burung kicau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain bisa berkicau merdu, burung berbulu cokelat bergaris abu-abu itu pintar menirukan suara burung lain, sehingga cocok sebagai guru atau master burung kicau. Perburuan branjangan pun marak sejak 1998. Harga jualnya terus melambung, dari Rp 5.000 per ekor di tangan pemburu hingga Rp 200 ribu per ekor di pasar burung.

Anehnya, pemerintah seperti tak peduli atas penyusutan populasi branjangan ini. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur, misalnya, tak merasa perlu mendata jumlah burung ini. Mereka berpegang pada penetapan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) tahun 2017 yang menyatakan branjangan berisiko rendah punah. Padahal pengamatan tim Burungnesia dan Indonesia Ornithologist’s Union hanya mencatat sembilan perjumpaan dengan branjangan selama 2016-2020.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setali tiga uang. Kementerian menganggap burung kicau seperti branjangan tak perlu dijaga. Buktinya, pada 2018, Menteri Siti Nurbaya mengeluarkan kembali lima spesies burung kicau dari Daftar Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Padahal, menurut peraturan yang terbit empat bulan sebelumnya, tiga spesies burung kicau itu, termasuk branjangan, masih dilindungi.

Aturan berubah kilat karena pemerintah lebih mementingkan penggemar dan pebisnis burung kicau. Komunitas itu menolak murai batu, cucakrawa, dan jalak suren dilindungi. Peraturan serampangan ini harus segera direvisi lagi agar perburuan burung kicau tidak menjadi masif dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Burung kicau yang bebas berkeliaran punya peran ekologi sangat penting. Mereka mengendalikan populasi serangga seperti semut, kumbang, dan belalang agar tidak melonjak. Karena itu, pemerintah pusat seharusnya mencontoh kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Pada 2021, Bupati Sumba Timur menerbitkan aturan khusus pelestarian satwa burung di wilayahnya.

Peraturan bupati itu melarang penangkapan burung yang populasinya menurun tajam atau yang menjadi pemangsa hama. Namun satu peraturan bupati saja tak cukup. Sumba Timur paling menderita karena serbuan hama belalang ini. Sampai pertengahan Maret lalu, lebih dari 480 hektare—dari total 9.000 hektare padi dan 2.770 hektare dari 9.800 hektare jagung—di 22 kecamatan di Sumba Timur luluh lantak diinvasi pasukan belalang.

Untuk mengendalikan belalang kembara sebagai hama yang populasinya diperkirakan sekitar 400 juta ekor itu, butuh kolaborasi semua pemangku kepentingan. Tak cukup pula mengandalkan bioinsektisida berbasis jamur Metarhizium anisopliae untuk membasminya. Bagaimanapun, peran pemangsa alami seperti burung kicau lebih baik bagi kelestarian alam. Saatnya penggemar dan penangkar burung kicau melepas piaraannya untuk mengisi kekosongan branjangan Sumba di alam.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus