Pesta demokrasi: seolah-olah ada menjelang pemilu

Pemilu sudah menjadi agenda politik yang diselenggarakan secara rutin di negara kita sebagai "pesta demokrasi". Jargon politik itu telah begitu memasyarakat. Mulai dari tukang becak pinggiran kota hingga gembala di desadesa tahu bahwa arti dari pesta demokrasi itu adalah pemilu. Tapi banyak di antara mereka bahkan golongan di luar mereka itu tidak tahu untuk apa dan untuk siapa ia memilih. Ketidaktahuan ini sering menimbulkan fanatisme yang berlebihan dalam mendukung OPP pilihannya, emosinya seakan-akan sebagai penjelmaan kehendak dari partai. Istilah pesta demokrasi tanpa disadari telah mendangkalkan makna demokrasi itu sendiri. Seolah-olah ia ada dan hanya dapat dirasakan ketika menjelang dan saat pemilu saja. Lalu, setelah itu, lenyap bersama usainya sebuah pesta. Padahal demokrasi adalah sebuah proses yang tak pernah berhenti. Dan pemilu hanya sekadar sebuah momentum dalam melengkapi sebuah proses. Meski begitu, pemilu memang tidak hanya sebuah pesta. Sebetulnya, ia mengemban banyak harapan perubahan hidup yang lebih baik, terutama bagi rakyat kecil. Dan setidaknya untuk mempertahankan istatus quor bagi yang telah mapan. Karena itu pemilu disambut dengan gegap-gempita dan kampanye dilakukan dengan pengerahan massa secara jorjoran oleh setiap OPP. HERMAN W. SUTISNA Jalan Pangkalan Raya I Nomor 7 Bogor 16710 Jawa Barat