Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Upaya menempatkan tokoh politik sebagai ketua PMI menyimpang dari prinsip dasar organisasi.
Keterlibatan tokoh politik dapat melemahkan independensi dan fokus kemanusiaan PMI.
Bisnis plasma darah ditengarai jadi incaran pemimpin PMI selanjutnya.
SEBAGAI organisasi independen, Palang Merah Indonesia (PMI) idealnya menjadi wadah bagi individu yang murni berorientasi pada kepentingan publik. Upaya menempatkan tokoh politik sebagai ketua organisasi ini menyimpang dari prinsip dasar PMI, yakni kemanusiaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar tak sedap perihal rencana mengegolkan politikus Partai Golkar, Agung Laksono, menjadi Ketua Umum PMI santer terdengar. Ia dinilai tepat mengisi posisi itu untuk periode mendatang dengan alasan klise: kedekatannya dengan pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat Komite Donor Darah Indonesia, Agung ditengarai menggalang para pengurus PMI hadir dalam sebuah acara di Jakarta. Upaya menjadikan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu Ketua Umum PMI diduga diwarnai politik uang. Semua perwakilan PMI yang hadir dalam acara itu mendapat uang saku dan akomodasi.
Cara seperti ini seharusnya tidak terjadi di PMI, salah satu organisasi kemanusiaan tertua di Indonesia. Didirikan dengan semangat pengabdian untuk membantu sesama tanpa pamrih, PMI berperan dalam penanggulangan bencana, penyediaan darah, dan berbagai layanan kemanusiaan lain.
Sudah sepatutnya tak ada pihak-pihak yang merecoki organisasi ini dengan menempatkan orang politik di dalamnya. Apalagi jika cawe-cawe itu punya agenda lain. Salah satunya bisnis plasma darah yang disebut-sebut menjadi incaran pemimpin PMI selanjutnya.
Tak dapat dimungkiri, jabatan Ketua Umum PMI bukan hanya posisi strategis untuk mengatur kebijakan organisasi. Ia juga memiliki daya tarik politis mengingat popularitas PMI di masyarakat.
Sejak 2009, PMI dipimpin oleh Jusuf Kalla, yang notabene juga berlatar belakang politik dan berasal dari Golkar. Di satu sisi, ini bisa dianggap sebagai keuntungan karena koneksi politik dapat membuka akses sumber daya lebih luas bagi PMI. Namun, di sisi lain, keterlibatan tokoh politik dapat memunculkan kekhawatiran akan independensi dan fokus kemanusiaan organisasi.
PMI sebaiknya menetapkan kriteria bahwa calon pemimpin organisasi adalah orang yang punya rekam jejak dalam kegiatan kemanusiaan. Untuk itu diperlukan pemilihan yang bersifat terbuka, transparan, demokratis, dan bebas politik uang.
Jika proses pemilihannya diwarnai politisasi, bahkan intrik dan politik uang, kredibilitas PMI dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi ini bisa ambrol. Padahal masyarakat selama ini menyandarkan harapan tinggi kepada PMI.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Agustus 2024 mengatakan stok darah PMI di seluruh Indonesia saat ini berjumlah 91 ribu kantong per tahun. Padahal idealnya stok kantong darah itu adalah 2,5 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 7 juta kantong per tahun. Karena itu, PMI mesti berfokus memenuhi kebutuhan kantong darah untuk masyarakat.
Ketegangan yang terjadi di seputar pemilihan Ketua Umum PMI tidak boleh mengalihkan fokus dan tugas utama organisasi, yaitu memberi layanan kemanusiaan. PMI perlu mempertahankan integritasnya sebagai organisasi kemanusiaan. Itu sebabnya para pemimpin dan anggota PMI sudah seharusnya menjauhkan politisasi di tubuh organisasi ini. Caranya, antara lain, mengedepankan kepentingan masyarakat di atas segalanya.
Semangat pengabdian tetap menjadi panduan bagi siapa pun yang akan memimpin PMI. Jangan sampai karena ambisi politik sekelompok elite, organisasi ini malah berantakan. Dalam 10 tahun terakhir, elite politik sudah cukup banyak mengintervensi organisasi-organisasi kemasyarakatan.
Langkah lancung untuk menguasai organisasi kemasyarakatan dan kemanusiaan itu sudah sepatutnya dihentikan. Biarkan proses pemilihan Ketua Umum PMI berjalan sesuai dengan kehendak para anggotanya, bukan karena cawe-cawe elite politik semata. Publik berhak mengawal agar proses pemilihan ini berjalan terbuka dan transparan.