KETIKA saya mengutip kalimat if you don't throw the dice, you will never land a six, banyak orang menelepon dan mengatakan bahwa saya mempromosikan perjudian. Tentu saja, tidak. Kalimat itu saya kutip dari peribahasa Cina untuk menggambarkan situasi pengambilan risiko. Kalimat yang mirip sekali dengan adagium Barat: nothing ventured nothing gained. Kalau kita tidak melakukan apa-apa, kita memang tak akan menghasilkan apa-apa. Apakah orang-orang yang berhasil dan sukses bersikap seperti para penjudi? Yang mengambil risiko besar dan menang? Banyak usahawan berhasil yang justru bersikap anti terhadap perjudian Djoenaedi Joesoef, misal- nya, seorang usahawan dari Solo yang sukses di bidang farmasi, kosmetik kembang gula, dan percetakan rotogravur sampai-sampai tidak membolehkan adanya kami permainan di rumahnya. Anak-anaknya dilarang menyentuh kartu. Dalam hidupnya, Djoenaedi pun tak mengambil langkah-langkah risiko yang terlalu besar. "Kalau langkah itu menghasilkan untung, saya tidak buru-buru ketawa besar karena sebentar lagi mungkin langkah saya di bidang yang lain akan merugi," katanya. Herman Kahn berkata: risk taking is the essence of innovation. Edward de Bono dalam buku terbarunya Tactics mengatakan bahwa inovasi, seperti juga investasi, adalah risiko sendiri. Pengambilan risiko dalam bisnis jelas berbeda dengan pengambilan risiko dalam perjudian. Unsur risiko merupakan elemen yang selalu hadir dalam langkah bisnis. Sedangkan dalam perjudian risiko merupakan elemen sentral. Risiko dalam bisnis mungkin dapat disamakan dengan risiko dalam beberapa cabang olah raga. Ketika saya masih melakukan olah raga terjun payung, banyak orang berkata bahwa olah raga jenis itu sangat besar risikonya. Bagi saya, tidak. Bagi saya, olah raga di air lebih berisiko tinggi karena saya tak dapat berenang. Selama kita bersikap hati-hati dan menguasai segala seluk-beluknya secara persis, olah raga terjun payung mungkin sama risikonya dengan loncat tinggi. Salah mendarat, kaki keseleo. Seseorang melakukan sesuatu karena dengan pengetahuan yang dimilikinya ia yakin dapat melakukannya tanpa gagal. Seorang yang mengemudikan mobil di jalan raya secara otomatis telah menerima risiko. Mobilnya bisa mogok, bannya bisa kempis, atau ditabrak bis dari belakang. Dan hanya bila ia yakin dapat menghindari risiko itu, maka ia melakukan tindakan mengemudikan mobil itu. Semakin banyak orang kini menerbangkan pesawat ultra ringan sendiri, mendaki puncak gunung yang sulit, menyelam ke dasar laut, melayari samudra dengan perahu kuno, atau kegiatan-kegiatan lain yang diklasifikasikan berisiko tinggi. Apakah karena pada dasarnya mereka memang menikmati adrenalin dari situasi-situasi berisiko tinggi itu ? Mungkin, di sinilah letaknya perbedaan pengambilan risiko yang dilakukan para penjudi. Bila seorang penjudi merasa dirinya mulai berada di sisi kemenangan, ia mulai melipatgandakan taruhannya. Dalam bisnis, orang tidak melakukan hal itu. Kaum bisnis memikirkan matang-matang setiap fraksi dari langkah yang akan diambil. Hanya fraksi-fraksi kecil saja - karena asumsi atau pengetahuan yang belum lengkap - yang kadang-kadang dibiarkan berada dalam situasi "untung-untungan". Mereka mencoba sedalam-dalamnya mengenali pasar sasaran, bahkan sering kali harus melakukan riset pasar sebelum mengembangkan suatu jenis usaha. Sebab, dengan mengenali pasar secara lengkap dan terinci akan mengurangi risiko tersembunyi yang semula tak kelihatan. Dalam Tactics, Edward de Bono menggambarkan perbedaan antara risiko penjudi dan kaum bisnis dengan gambar seperti ini:Risiko para penjudi tergambarkan dengan jelas. Ia tak bisa terus-terusan menang. Tak bisa juga terus-terusan kalah. Bisnis jelas tak bisa mengikuti pola ini karena bisnis menuntut pertumbuhan terus-menerus. Dalam bisnis, setiap risiko diperhitungkan dan diperbandingkan dengan hasil yang akan dicapai. Pada dasarnya, orang-orang sukses adalah orang-orang yang berani mengambil risiko, tetapi sebenarnya ia sendiri tak menyukai risiko itu. Karena itu, ia berusaha mengurangi risiko itu sebesar-besarnya. Dan mengurangi risiko hanya dapat dilakukan dengan kerja keras dan perencanaan yang tiga ratus persen matang. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini