PERBEDAAN antara raja dan yang lain ialah raja diurapi. Mulai dari Daud yang diurapi Syemuel sampai Ratu Elisabeth II yang dinobatkan The Archbishop of Canterbury. Semua raja tidak naik dari bawah tapi turun dari tangga surgawi, bertahta, kepalanya dihiasi mahkota, dan dalam tangan dipegang sceptrum dan orbis. Rex iure divino, langsung ditunjuk instansi surgawi, mandataris ilahi, the once and truly king. Lain dengan mereka yang muncul dari bawah. Orang Prancis, waktu para raja meraja lela (Dum dielirant reges), dengan pisau tajam menarik batas antara pemerintahan dan jajahan dan garis itu lewat leher Louis XVI. Dan seperti waktu Cromwell memenggal leher William I, seluruh rakyat bergetar seolah-olah hal ilahi sendiri dibunuh. Raja diganti manusia yang tidak diurapi, tapi dipilih. Turun dari surga atau naik dari bawah, teknik tidak berbeda. Segala hal itu berdasarkan dongeng. Waktu orang Mesir mulai menanam gandum di pinggir Sungai Nil dan membuat irigasi, kesejahteraan rakyat bergantung pada keadaan parit dan selokan. Banjir artinya kelaparan. Kekeringan, kelaparan juga. Keluarga yang berperang, suku yang berkelahi, harus dikuasai. Dan hal itu hanya mungkin kalau ada aturan. Aturan hanya mungkin kalau ada kesatuan politis, dan kesatuan politis hanya mungkin kalau satu orang menjadi pemilik seluruh daerah, eis koiranos estin, hanya satu orang mempunyai sawah dan ladang. Supaya rakyat menerima hak satu orang itu, perlu dibuat suatu dongeng. Di surga ada Isis dan Osiris, instansi ilahi yang melahirkan Horus. Pemilik tanah (firao) ialah Horus, dan dia mahakuasa. Seluruh rakyat bersorak-sorai, irigasi aman, tidak ada kelaparan - kecuali tujuh tahun paceklik waktu Nabi Yusuf menjadi menteri pertanian dan mulai dengan Bulog. Keluarga raja hilang dari muka bumi dan hanya masih hidup dalam dongeng, once upon a time there was a king. Sekarang orang harus memikirkan dongeng lain kalau mau menyelamatkan irigasi. Di Rusia orang memakai cerita Bapak Karl Marx, suatu hipotesa (perumpamaan untuk mengumpulkan data) yang diubah menjadi dogma. Segala hal dikuasai ekonomi, setiap orang mendapat sesuai dengan kebutuhan dan menyumbang sesuai dengan tenaga. Fajar merah menyingsing di Moskow. Dan, sesudah Lenin, Stalin, dan Khrushchev, ada orang lain yang menjadi firaodan tidak satu orang tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Lain lagi dengan negara seorang paman yang disebut Uncle Sam. Televisi sangat laku hanya yang menang di televisi bisa menjadi firao. Kalau orang Cina hidup dalam the year of the pig, orang Amerika hidup dalam the year of the cowboy. Juga irigasi Amerika diamankan dengan dongeng: meritokrasi, yang bekerja keras akan maju, yang malas tetap miskin, setiap orang bisa menjadi presiden. Ada yang berpendapat bahwa bekas bintang film mengerti segala ilmu, mahir di bidang ekonomi dan pandai di bidang teknik, strategi, agama, filsafat, pertanian, lalu lintas, pembangunan, keuangan .... Biarlah, asal irigasi selamat. Di Inggris situasi lebih sulit lagi. Raja masih ada, dan sekali seratus tahun lakon Barnum & Baily dimainkan seseorang harus duduk di tahta dan kepalanya diurapi, sementara orang menyanyi God Save The King. Tapi kuasa ada dalam tangan wanita lain yang dibuat dari besi, dan hanya dengan meledakkan bom, The Iron Lady bisa dihilangkan dari bumi. Mortalitas pada upstart firao's memang tinggi. Sadat, Kennedy, Indira, Bhuto, dan puluhan orang lain jatuh di bawah pisau, bedil, atau pedang rakyat tercinta. Musium Topkapi di Istambul penuh dengan jas, celana, atau baju yang berlumur darah karena hampir tidak ada syekh, emir, khalif, atau syah meninggal di tempat tidur. Pernah ada orang yang mimpi. I had a dream: impian manis, mulia, dan suci. Dia mimpi tidak ada raja tidak ada negara, polisi, pegawai, tentara, algojo, penyiksa, pemeras, dan polisi pajak. I had a dream: tidak ada korupsi, paksaan, pembunuhan, kebohongan, tipuan. A dream: tidak ada kopkamtib, petrus, kamar interogasi, departemen penerangan. Bakunin ialah nama pemimpi itu. Dan Marx mau mewujudkan impian itu, dalam cita-cita masyarakat tanpa negara. Kenyataan lain sama sekali. Yang muncul ialah superstate yang totaliter, tempat polisi memeriksa orang makan apa dan militer meneliti pikiran mereka. Orwell membuat lukisan yang menakutkan, tapi kenyataan masih lebih jelek. Homo viator menuju kubur seperti kelompok biri-biri menuju rumah pembantaian, dibimbing seorang gembala. Isis dan Osiris mempunyai anak, dan firao ialah inkarnasi anak ilahi itu. Selama orang percaya dongeng itu, irigasi aman, dan kita tak lapar. Kalau mereka tidak percaya lagi, kita harus memikirkan dongeng yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini